Pengusaha Rumah Makan di Majalengka Keluhkan Naiknya Harga Gas Elpiji, Sehari Gunakan 4 Tabung 12 Kg
Kenaikan harga gas elpiji non subsidi berlaku sejak Minggu (10/7/2022). Gas LPG ukuran 12 kilogram (kg) dibanderol Rp 205 ribu.
Penulis: Eki Yulianto | Editor: Seli Andina Miranti
Laporan Wartawan Tribuncirebon.com, Eki Yulianto
TRIBUNJABAR.ID, MAJALENGKA - Para pengusaha rumah makan di Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, mengeluhkan kenaikan Liquefied Petroleum Gas (LPG) non subsidi.
Kenaikan harga gas elpiji non subsidi berlaku sejak Minggu (10/7/2022).
Gas LPG ukuran 12 kilogram (kg) dibanderol Rp 205 ribu.
Baca juga: Kasus Subang Ini Rugikan Negara sampai Rp 11 Miliar, Penyelendupan Gas LPG, Ini Modusnya
Pengelola Rumah Makan Saung Iga Majalengka, Tuti Widiastuty mengatakan, selisih harga jual gas elpiji 12 kg dengan sebelumnya mencapai Rp 15 ribu.
Menurutnya, kenaikan harga gas tersebut dirasa memberatkan pengusaha kuliner, termasuk dirinya.
"Kita keberatan dengan naiknya gas elpiji non subsidi, soalnya untuk menyajikan kuliner yang kita sediakan, butuh gas elpiji untuk memasak secara dadakan makanannya," ujar Tuti kepada Tribun, Kamis (14/7/2022).
Kata dia, kenaikan gas elpiji tersebut sudah dirasakan sebanyak lima kali pada tahun ini.
Sebelumnya, kenaikan terjadi pada bulan lalu seharga Rp 190 ribu.
Pemilik rumah makan, akhirnya mengeluhkan kondisi tersebut.
"Dari harga sebelumnya hanya Rp 190 ribu sekarang Rp 250 ribu. Ini sangat memberatkan karena kenaikannya dari agen saja Rp 15 ribu. Ditambah kenaikan sudah terjadi 5 kali pada tahun ini, dari awalnya hanya Rp 150 ribu," ucapnya.
Masih kata Tuti, dalam sehari, pihaknya menggunakan tabu 12 kilogram non subsidi sebanyak 4 buah.
Baca juga: Harga Terbaru BBM dan Gas Elpiji yang Dinaikkan Pertamina Mulai Kemarin, untuk Seluruh Indonesia
Itu pun sudah dikurangi, di mana sebelumnya bisa menyimpan gas cadangkan tiga buah, namun saat ini tidak dilakukan.
"Karena memang kondisinya serba sulit sekarang. Kita buka tahun 2018 itu awalnya kita pakai 10 tabung. Makin ke sini, karena gas naik, kita kurangi menjadi 7 buah. Nah sekarang naik lagi, mau tidak mau 3 gas yang untuk cadangan sudah tidak bisa dalam keadaan terisi, sekarang hanya menggunakan 4 gas," jelas dia.
Ia berharap agar pemerintah bisa memberi keringanan dengan menunda kenaikan gas non subsidi ini.
"Ya harapan kita dikaji ulang (kenaikan gas) ini, karena sekarang sejumlah bahan pokok rumah makan juga sudah naik," katanya.
Sementara ia tidak memungkinkan menaikkan harga makanannya, sebab akan berpengaruh terhadap pengunjungnya.
"Ya jalan satu-satunya mungkin porsinya yang kita kurangi. Karena jangan sampai kalau kita naikkan pembeli mengeluh," ujarnya.
Apalagi sejak awal membuka usahanya, ia sudah berkomitmen menggunakan gas 12 kilogram non subsidi.
"Jangan sampai banyak pengusaha yang sudah punya komitmen justru goyah dan menggunakan tabung elpiji subsidi 3 kilogram," ucap dia.
Baca juga: Truk Gas LPG 20 Ton yang Diamankan Polda Jabar Kini Ada di Gudang Bekas Penggilingan Padi di Subang