Ustaz Diusir di Cianjur
Seratusan Warga Cianjur Sempat Kepung Rumah Ustaz yang Lecehkan Santri, Punya Jabatan di MUI
Aksi anarkis berhasil diredam setelah aparat desa Babinsa dan Babinmas menjamin sang ustaz akan diproses sesuai dengan hukum yang berlaku.
Penulis: Ferri Amiril Mukminin | Editor: Seli Andina Miranti
Laporan Wartawan TribunJabar.id, Ferri Amiril Mukmini
TRIBUNJABAR.ID, CIANJUR - Kepala Desa tempat pelaku tinggal, Uher Suherman, mengatakan bahwa sebanyak 100 orang warga sempat mengepung rumah SA (30) sang ustaz cabul yang melakukan pelecehan seksual pada para santriwatinya.
Uher mengatakan, aksi anarkis berhasil diredam setelah aparat desa Babinsa dan Babinmas menjamin sang ustaz akan diproses sesuai dengan hukum yang berlaku.
Uher mengatakan, warga pun meredam emosi mereka dan membubarkan diri dengan tertib. Warga kesal setelah mengetahui penuturan dua korban santriwati YY (19) dan NN (19) yang mengaku dilecehkan sang ustaz.
Baca juga: Heboh Ustaz di Cianjur Diusir Warga karena Diduga Lecehkan Santriwati, Modus Turunkan Ilmu
"Kami siaga di rumah pelaku, saat itu sudah berkumpul sekitar 100 orang warga, kami menjaga agar tidak ad kejadian anarkis," ujar Uher ditemui di kantor Desa Sukaluyu, Kecamatan Sukaluyu, Kabupaten Cianjur, Rabu (6/7/2022).
Uher mengatakan bahwa sang ustaz menjabat sebagai Ketua Unit Pengumpul Zakat (UPZ) Kecamatan Sukaluyu, Sekretaris MUI, dan Amil Desa Sukaluyu.
"Jabatan sebagai Amil desanya sudah saya copot," ujar Uher.
Uher mengatakan, bahwa sang ustaz memberikan aturan mengaji di pesantrennya dimana santri cowo tak boleh menginap dan santri cewe harus menginap.
"Ternyata itu akal bulus dia untuk berbuat cabul, terus terang saya juga marah dengan adanya kejadian ini, saya akan kawal kasusnya agar warga juga mendapat kejelasan," katanya.
Uher mengatakan bahwa sang ustaz melakukan ritual setiap pukul 24.00 WIB kepada santriwati dengan mandi memakai madu.
"Dibuka baju santri lalu dimandiin dan diolesi dengan madu, lalu memegang alat vital korban," katanya.
Uher mengatakan, jumlah santri di pesantren tempat pelaku terakhir terdata 50 orang namun saat ini sudah bubar semuanya.
Baca juga: Anaknya Jadi Pelaku Rudapaksa, Kiai di Jombang Malah Minta Sang Anak Tak Ditangkap, Kok Bisa?
"Dari kejadian tersebut saya mengimbau kepada orangtua dan guru ngaji agar tak ada lagi murid menginap di guru ngaji terutama yang perempuan," ujar kepala desa.
Ia mengatakan, dua perwakilan dari Dinas yang mengurus perempuan dan anak sudah turun ke lokasi dari kabupaten untuk melakuka advokasi dan trauma healing para korban.
"Tadi ada dua orang turun ke lokasi dan rumah korban untuk melakukan advokasi dan trauma healing serta pendataan," ujar Aher