Cerita Egi Trialogi, Guru Honorer Majalengka yang Sukses Dirikan Sekolah Anak Jalanan

Dengan segala keterbatasan yang ia miliki, Egi dikenal sangat peduli terhadap nasib anak jalanan, khususnya yang ada di wilayah Kecamatan Kadipaten

Penulis: Eki Yulianto | Editor: Seli Andina Miranti
Istimewa/ Dok Egi Trialogi
Egi Trialogi saat tengah membuka kelas untuk para anak jalanan di Desa Pagandon, Kecamatan Kadipaten, Kabupaten Majalengka 

Laporan Wartawan Tribuncirebon.com, Eki Yulianto

TRIBUNJABAR.ID, MAJALENGKA- Egi Trialogi adalah seorang pria yang berprofesi sebagai guru honorer asal Kabupaten Majalengka, Jawa Barat.

Ia saat ini mengajar di PKBM Miftahul Huda di Desa Pagandon, Kecamatan Kadipaten, Kabupaten Majalengka.

Pria berusia 31 tahun itu memiliki kisah inspiratif bagi siapapun yang mendengar.

Baca juga: Kisah Guru Honorer di Pelosok KBB, Mengajar 52 Tahun, Gaji Rp 350 Ribu, Sehari Jalan Kaki 10 Km

Ya, Egi sukses mendirikan sebuah sekolah anak jalanan (anjal) yang diberi nama Pustaka Raharja sejak 2016 lalu.

Meski dengan segala keterbatasan yang ia miliki, Egi dikenal sangat peduli terhadap nasib anak jalanan, khususnya yang ada di wilayah Kecamatan Kadipaten, Kabupaten Majalengka.

Kisah mendirikan sekolah anak jalanan berawal dari perjalanan hidup Egi.

Pada tahun 2006, Egi lulus dari jenjang sekolah menengah pertama (SMP).

Di usianya yang masih terbilang belia itu, justru Egi tak ada niat untuk melanjutkan sekolah ke jenjang selanjutnya.

Alasan ekonomi lah, yang membuat pria kelahiran Majalengka 7 Maret 1991 ini enggan kembali duduk ke bangku sekolah.

"Tapi waktu itu saya pindah ke Tasik ikut saudara. Gak tahu kenapa, pas di sana niat saya sekolah kembali muncul, itu pun saya sekolah sambil kerja," ujar Egi kepada Tribun, Selasa (21/6/2022).

Berbagai profesi pekerjaan dilakukan Egi.

Termasuk, menjadi kenek angkot, penjaga wartel atau pun kerjaan lainnya.

Hal itu dilakukan guna menutupi biaya sekolah yang harus ia tanggung sendiri.

"Selama tiga tahun saya lakuin tuh kerjaan serabutan itu. Sampai akhirnya lulus tahun 2009 dan saya pulang lagi ke Majalengka," ucapnya.

Baca juga: Guru Honorer di Sumedang Diminta Tenang, Kadisdik: Bukan Dihapus, Tapi Dipindah Status

Halaman
123
Sumber: Tribun Cirebon
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved