Dari Cilok Vespa, Aris Bisa Raup Rp 500 RIbu Sehari, Sekolahkan Anak Hingga ke Perguruan Tinggi
Berkah dari berjualan kuliner sejuta umat tersebut sudah dirasakan oleh Aris Risyandi (45), tukang cilok dari Desa Sukakerta Panumbangan Ciamis.
Penulis: Andri M Dani | Editor: Darajat Arianto
Aris merasa nyaman dan memilih berjualan cilok, karena berjualan cilok itu simpel, sederhana. “Membuat cilok itu gampang, simpel.
Gampang bikinnya, tidak susah. Bahan bakunya sederhana, aci dan bumbu. Tidak sulit,” jelasnya.
Selain itu harganya murah, banyak yang suka. Cilok itu banyak penggemarnya, orang tua, dewasa apalagi ibu-ibu dan anak-anak. “Cilok itu banyak penggemarnya,” ujar Aris optimis.
Untuk berjualan cilok tersebut Aris melakukannya secara mandiri. Bikin sendiri dan jual sendiri. Tidak mengambil cilok dari orang, dan tidak punya pasukan untuk berjualan cilok.
“Saya mandiri saja. Bikin sendiri jual sendiri,” katanya.
Dari ratusan bahkan ribuan tukang cilok di Ciamis. Boleh jadi, Aris beda sendiri. Ia berjualan cilok dengan menggunakan vespa.
Tak hanya itu, Aris pun menamakan cilok buatannya, dengan nama cilok “Vespa”. Ia memang penggemar berat vespa.
Vespa yang digunakan Aris untuk berjualan cilok tersebut merupakan vespa super keluaran tahun 1976. Ia mendapatkan dari kakaknya 12 tahun.
“Saya belinya dari kakak sendiri, 12 tahun lalu. Kebetulan kakak saya waktu itu butuh ongkos untuk ke Sumatera. Saya belinya Rp 1,5 juta. Sekarang sudah ada yang nawar Rp 10 juta. Nggak akan dilepas. Ini kan modal utama jualan cilok. Namanya juga cilok vespa,” terang Aris.
Selama 7 tahun jadi tukang kredit keliling di Condet Pasar Rebo Jakarta dulu menurut Aris ia juga menggunakan vespa. Dan sempat pula bergabung dengan komunitas penggemar vespa di Pasar Rebo, Kayama.
“Sekarang pulang kampung ke Panumbangan, jualanya ciloknya juga pakai vespa,” ungkapnya.
Aris tidak hanya sekedar penggemar vespa. Tapi ia juga merawat vespa keluaran tahun 1976 kesayangannya tersebut. Kini vespa tersebut terlihat sangat terawat, meski sehari-hari digunakan untuk berjualan cilok.
Jok belakangnya dimodivikasi untuk tempat cilok. Sementara kompor gasnya disimpan di lengkungan bodi vespa bagian tengah.
Dengan vespa itu pula Aris setiap hari melewati Tanjakan Pari dalam perjalanan pulang pergi dari Panumbangan ke Panjalu untuk berjualan cilok.
“Setiap hari memang lewat Tanjakan Pari ini. Yang penting hati-hati,” ujar Aris.