Anak Ridwan Kamil Hilang
Memasuki Musim Panas, Update Pencarian Eril Polisi Swiss Optimis Temukan Eril, Begini Alasannya
Mengingat memasuki musim panas di Swiss, polisi setempat optimis temukan almarhum Emmeril Kahn Mumtadz alias Eril, anak Ridwan Kamil
TRIBUNJABAR.ID - Sampai minggu kedua, pencarian Eril masih terus dilakukan.
Mengingat memasuki musim panas di Swiss, polisi setempat optimis temukan almarhum Emmeril Kahn Mumtadz alias Eril, anak Ridwan Kamil.
Update terbaru kali ini berasal dari kepolisian setempat.
Polisi Swiss mengatakan akan berusaha maksimal menemukan Eril.
Beberapa alasannya adalah karena Swiss saat akan memasuki musim panas.
Baca juga: Anies Peluk Kang Emil, Sampaikan Duka Cita Warga Jakarta, Insya Allah Eril Jadi Pembuka Pintu Surga
Hal ini membuat Polisi Swiss optimis dapat segera menemukan tubuh Emmeril Kahn Mumtadz atau Eril yang dilaporkan hilang sejak 26 Mei 2022 lalu di sungai Aare, Swiss.
Aktivitas pengunjung yang meningkat akan berkontribusi dalam pencarian Eril.
Duta Besar Indonesia (Dubes RI) untuk Swiss Muliaman D Hadad pada konferensi pers virtual dari Bern, Senin (6/6/2022) menyatakan saat ini di Swiss mulai memasuki musim panas.
Pihak kepolisian Bern optimis, dengan naiknya temperatur akan terjadi penambahan debit air di sungai Aare.
Musim panas juga berarti menambah intensitas aktivitas pengunjung di sepanjang sungai Aare dan kemungkinan menemukan Eril semakin besar.
“Peningkatan dinamika air dan manusia diharapkan akan berkontribusi dalam proses pencarian,” kata Muliaman.
Dubes RI mengungkapkan, hal yang menjadi kendala dalam proses pencarian selama ini, utamanya adalah kondisi dinamis sungai Aare itu sendiri, seperti faktor alam dan cuaca.
Secara kebetulan pada hari-hari terakhir, Bern diguyur hujan.
“Sebagaimana sudah saya sampaikan dalam keterangan sebelumnya, debit air pada saat kejadian mencapai sekitar 200 meter kubik per detik, debit air ini berubah setiap hari tergantung pada intensitas pencairan glacier dari pegunungan di Bern yang di pengaruhi naiknya hujan maupun temperatur udara di pegunungan,” ujarnya.

Dubes Muliaman menjelaskan, beberapa hari setelah kejadian, volume debit air masih tinggi disertai kekeruhan yang juga cukup tinggi yang berasal dari unsur partikel salju yang mencair.