Wabah PMK Mengintai Menjelang Iduladha, Jabar Lakukan Micro-lockdown pada Ternak yang Tertular
Dalam sepekan terakhir, PMK terdeteksi di sejumlah daerah di Jabar. Kasus terbesar terjadi di Kabupaten Garut. Ratusan ekor sapi terpapar.
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Pemerintah Provinsi Jawa Barat memberlakukan pembatasan mikro untuk mencegah penyebaran Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) hewan ternak.
Pengiriman hewan dari wilayah luar Jabar untuk memenuhi kebutuhan Iduladha tidak akan ditutup, tetapi pemeriksaannya diperketat.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan (DKPP) Jawa Barat, Moh Arifin Soedjayana mengatakan terdapat enam daerah di Jawa Barat yang sudah terkonfirmasi kasus PKM.
Baca juga: Warga Sumedang Hadapi Iduladha di Tengah Wabah PMK, Mentan Pastikan Ternak Akan Aman Disembelih
Daerah tersebut adalah Kabupaten Garut, Kabupaten Tasikmalaya, Kota Banjar, Kota Tasikmalaya, Kabupaten Sumedang, dan Kabupaten Kuningan.
Arifin mengatakan alasan pembatasan mikro atau micro lockdown tersebut diberlakukan agar kegiatan ekonomi tidak terpengaruh secara signifikan.
“Kan jangan merugikan ekonomi di wilayah sekitar. Dengan PPKM mikro saja, lockdown-nya zonasi kecamatan atau desa. Kita tidak menutup secara total pengiriman hewan dari luar provinsi. Makanya pada saat hewan masuk ke Jabar, di check point, kita minta SKKH atau Surat Keterangan Kesehatan Hewan dari kota pengiriman. Kalau terlihat gejala PMK, ya dipulangkan,” kata Arifin, Rabu (18/5).
Dalam rangka Iduladha, sebut Arifin, kebutuhan Jabar terhadap pasokan sapi sekitar 70 ribu ekor.
Sebanyak 80 persennya dipenuhi dari luar Jabar.
Sembari kebijakan lockdown berjalan, kata Arifin, pengawas atau Pejabat Otoritas Veteriner Pemerintah Daerah akan melakukan pemantauan langsung sekaligus memberikan vitamin dan obat untuk hewan ternak yang sakit.
Hewan yang terkena PMK, tegas Arifin, tetap bisa dikonsumsi.
Baca juga: Jelang Iduladha Ada PMK, Bandar Tak Berani Stok Banyak Sapi, Tahun Lalu 60 Ekor Habis, Kini Cuma 20
"Dagingnya bisa dikonsumsi asal dengan perlakuan, seperti digoreng, direbus, dibakar, virusnya mati. Kalau daging segar, dilayukan atau digantung 24 jam. Virusnya mati dan bisa dikonsumsi,” katanya.
Dalam sepekan terakhir, PMK terdeteksi di sejumlah daerah di Jabar. Kasus terbesar terjadi di Kabupaten Garut. Ratusan ekor sapi terpapar.
PMK juga terdeteksi di Sumedang dan Indramayu, masing-masing tiga dan dua ekor sapi terpapar.
Di Kabupaten Kuningan, tujuh ekor sapi terpapar. PMK juga terdeteksi di Kota dan Kabupaten Tasikmalaya serta Kota Banjar.
Ditemui saat mendatangi kandang milik warga di Cilayung, Jatinangor, Sumedang, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL) mengaku optimistis PMK akan teratasi sebelum Iduladha.
Syahrul mengatakan, sejauh ini PMK sudah tersebar di 48 kabupaten/kota di 16 provinsi Indonesia.
Kementerian Pertanian, ujarnya, akan terus bergerak melakukan intervensi terhadap 48 kabupaten/kota yang telah terpapar wabah PMK tersebut.
Ia mengatakan, mereka telah menetapkan tiga zona untuk daerah yang telah terpapar, yakni zona merah, kuning, dan hijau.
Bagi daerah yang masuk zona merah, diwajibkan untuk melakukan lockdown, dalam arti menutup lalu lintas jual-beli hewan ternak antardaerah.
Baca juga: Moblitas Hewan Ternak Antar Daerah Dipantau Ketat, Wabah PMK Bisa Menyebar Dalam Radius 11 Km
"Kalau hijau, tetap intervensi. Yang merah harus lakukan protap yang ada. Ada protap darurat, temporer, dan permanen," katanya.
Mentan juga menegaskan, hewan yang pernah terjangkit PMK tetap bisa dimakan dagingnya.
"Yang tidak boleh dimakan itu jeroannya dan bagian hidungnya," kata Syahrul.
(syarif abdusalam/hilman kamaludin/ahmad ripai/handhika rahman/andri m dani/kiki andriana)