Kasus Bocah Terserempet Kereta di Bandung, Bupati Dadang Supriatna Akan Undang Dirut KAI
Bupati Bandung, Dadang Supriatna, saat mengunjungi rumah Sahrul Mubarok, bocah yang terserempet kereta api, Kamis (12/5/2022).
Penulis: Lutfi Ahmad Mauludin | Editor: Giri
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Lutfi Ahamad Mauludin
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Di daerah Sahrul Mubarok (6) terserempet kereta api hingga mengakibatkan tempurung kepalanya retak, yakni di Kampung Gandok, RT 03, RW 5, Desa Bojong Salam, Kabupaten Bandung, tak ada palang pintu atau pembatas antara permukiman dengan rel kereta api.
Mengenai hal itu, Bupati Bandung, Dadang Supriatna, mengatakan akan segera berkordinasi dengan pihak PT KAI untuk melakukan langkah preventif, supaya tak terjadi lagi hal serupa.
"Sahrul bukan korban pertama kalinya, mungkin sebelumnya ada kejadian," ujar Dadang saat berada di kediaman Sahrul, Kamis (12/5/2022).
Dadang mengatakan, kebetulan di Desa Bojong Salam, kampung Sahrul ini berbatasan langsung dengan rel kereta api.
"Saya cek tadi sekilas bahwa memang ini terlalu diabaikan. Artinya saya pengin tahu secara histori ini kejadian seperti apa," kata Dadang.
Dadang mengungkapkan, pihaknya akan minta kepada Dirut PT KAI agar tidak mengabaikan lokasi yang dilintasi lintasan kereta api.
"Apalagi saya lihat barusan, walaupun ada pagar pakai bambu, tapi kiri kanannya longgar. Nah saya berharap pinggir rel kereta itu tutup saja," kata Dadang.
Dadang mengatakan akan mengundang Kepala Stasiun Rancaekek atau dirutnya langsung.
"Supaya ada satu kesamaan, supaya sama-sama menjaga. Jadi, orang tua itu menjaga anak, dari PT KAI-nya juga harus memberikan fasilitas keamanan. Jangan sampai sudah terjadi baru dibuatkan," ujarnya.
Dadang mengatakan, pihaknya memberikan saran kepada orang tua, walaupun anak-anak sudah bisa berjalan, namun agar tetap diperhatikan. Jangan sampai dilepas, apalagi anak-anak yang masih di bawah umur.
"Jangan sampai secara istilah kita sayang, tapi dibiarkan. Apalagi waktu-waktu yang krusial, misalnya waktu kereta lewat," tuturnya.
Dadang menjelaskan, biasanya di perkampungan atau desa yang dekat dengan lintasan kereta api tahu jadwal kereta melintas.
"Paling tidak si orang tua harus tahu jadwal itu. Saya juga paham dan memaklumi tidak semua orang tua diam di rumah karena ada pekerjaan," ujar Dadang.
Seandainya orang tuanya tidak ada di rumah, kata Dadang, anak-anaknya tetap diingatkan terkait dekatnya dengan rel kereta api.
"Atau kalau bisa, dibawa ke tempat pekerjaan. Kalau tetap tidak bisa, ya di titipkan, atau satu di rumah," katanya.
Dadang berharap, tidak ada kejadian seperti yang menimpa Sahrul lagi.
"Maka dalam waktu yang singkat ini, kami akan mendorong supaya Dirut PT KAI melakukan langkah-langkah dan upaya preventif, jangan sampai terulang lagi," ucapnya. (*)