Hari Kartini
Kumpulan Surat Cinta RA Kartini, Beri Pesan Mendalam Sulitnya Mencintai Pria yang Sudah Beristri
Simak kumpulan surat cinta Kartini yang memberikan pesan mendalam terkait perjuangan perempuan melawan ketertindasan.
Penulis: Rheina Sukmawati | Editor: Kisdiantoro
Mr JH Abendanon kemudian menerbitkannya dalam sebuah buku berjudul "Door Duisternis tot Licht" yang pertama kali diterbitkan pada 1911.
Pada 1922 buku tersebut terbit dalam bahasa melayu yang berjudul "Habis Gelap Terbitlah Terang" diterbitkan Balai Pustaka.
Kemudian buku "Door Duisternis tot Licht" diterjemahkan Agnes Louise Symmers menjadi "Letters of a Javanese Princess".
Perasaan Kartini tentang cinta terungkap dalam surat-surat yang dikirimkan kepada sahabatnya tersebut.
Baca juga: Deretan Kata-kata Mutiara RA Kartini Cocok Untuk Story WA sampai Instagram untuk Bangkitkan Semangat
Berikut kutipan Kartini tentang cinta yang termuat dalam "Letters of a Javanese Princess"
"Love! what do we know here of love? How can we love a man whom we have never known? And how could he love us? That in itself would not be possible. Young girls and men must be kept rigidly apart, and are never allowed to meet."
Cinta! Apa yang kita ketahui tentang cinta? Bagaimana kita dapat mencintai seorang pria yang tak pernah kita kenal sebelumnya? Bagaimana pria itu dapat mencintai kita? Tentu saja mustahil. Perempuan dan laki-laki muda dipisahkan, dan tak pernah diijinkan untuk berjumpa. (Jepara - 25 Mei 1899)
"How can a man and woman love each other when they see each other for the first time in their lives after they are already fast bound in the chains of wedlock?"
Bagaimana mungkin seorang pria dan wanita dapat mencintai satu dengan yang lain ketika mereka baru berjumpa pertama kali dalam kehidupan ini setelah mereka terikat dalam pernikahan? (Jepara - 6 November 1899)
"I shall never, never fall in love. To love, there must first be respect, according to my thinking; and I can have no respect for the Javanese young man. How can I respect one who is married and a father, and who, when he has had enough of the mother of his children, brings another woman into his house?"
Saya tak akan pernah, tak akan pernah jatuh cinta. Mencintai, pertama-tama membutuhkan rasa hormat, menurut hemat saya; dan saya tidak dapat menghormati pemuda Jawa muda.
Bagaimana saya bisa menghormati seseorang yang telah menikah dan menjadi seorang ayah, dan yang telah memiliki istri yang melahirkan anak-anaknya, membawa perempuan lain ke dalam rumahnya? (Jepara - 6 November 1899)
"I think there is nothing finer than to be able to call a happy smile to a loved mouth—to see the sunshine break over another's face."
Tiada hal yang lebih indah selain dapat menerbitkan senyum di wajah mereka yang kita cinta. (November 1899)
"Too often we are made to feel that we Javanese are not really human beings at all. How do the Netherlanders expect to be loved by us when they treat us so? Love begets love, but scorn never yet aroused affection."