Terigu Mahal, DPR Dorong Potensi Tepung dari Ketela Pohon, Potensinya Besar Jika Ada yang Produksi
tepung terigu menjadi perbincangan karena harganya mahal akibat Indonesia bergantung produk impor. Padahal ada penelitian umbi ketela pohon menjadi
Penulis: Kiki Andriana | Editor: Darajat Arianto
Laporan Kontributor TribunJabar.id Sumedang, Kiki Andriana
TRIBUNJABAR.ID, SUMEDANG - Setelah minyak goreng, tepung terigu menjadi perbincangan hangat karena harganya mahal akibat Indonesia bergantung kepada produk impor.
Padahal, Indonesia mampu membuat bahan yang sama dengan terigu.
Sejumlah universitas telah meneliti tentang upaya pengolahan umbi ketela pohon menjadi tepung terigu yang kemudian dikenal sebagai mokaf atau mocaf (modified cassava flour).
"Ya tentu kalau Indonesia bisa mandiri mocaf, kemandirian itu memang yang dicari," kata Sutrisno, Anggota Komisi IV DPR RI saat mengunjungi para petani di Sumedang, Jumat (8/4/2022).
Dia mengatakan sepanjang produk dalam negeri ada substitusinya, mesti didukung.
"Apalagi saya. Saya ini paling anti impor. NKRI ini negeri subur, masa iya daging masih impor, gula juga impor, bawang putih impor, kalau direncanakan dengan baik oleh pemerintah, rakyat didorong, ya pasti bisa," kata Sutrisno politisi PDIP ini.
Namun, kata dia, sampai kapanpun keinginan itu tak akan tercapai jika rakyat dibiarkan berjalan sendiri, bekerja sendiri, tanpa kerja terarah.
"Tapi kalau rakyat harus bekerja sendiri tidak punya program spesifik, ya akan sulit," katanya.
Peran pemerintah adalah menyediakan teknologi tepat guna agar rakyat semakin bersemangat mengelola pertanian dengan hasil yang melimpah.
Teknologi akan membuat produksi meningkat.
"Kita ini kalau dikelola dengan baik, bakal mencukupi. Bahan mie dari itu (Mocaf). Urusan mesin saya kira tidak akan lebih mahal dari pembuatan terigu. Bukan masalah kalau lahannya ada, di mana yang benar-benar produksi, pastikan kalau ada saya kejar," katanya. (*)