Cerita Seribu Orang Penghafal Alquran Dicetak dalam Lima Tahun di Cianjur, Rekor Ada yang 6 Bulan

Sebanyak seribu penghafal Alquran telah dicetak Yayasan Al Muchtariah di Desa Ciherang, Kecamatan Karangtengah Cianjur dalam kurun waktu lima tahun.

Penulis: Ferri Amiril Mukminin | Editor: Darajat Arianto
TRIBUNJABAR.ID/FERRI AMIRIL MUKMININ
Santri penghafal Alquran di Yayasan Al Muchtariah Desa Ciherang, Kecamatan Karangtengah, Kabupaten Cianjur, Rabu (6/4/2022). 

Laporan wartawan Tribunjabar.id, Ferri Amiril

TRIBUNJABAR.ID, CIANJUR - Sebanyak seribu orang penghafal Alquran telah dicetak oleh Yayasan Al Muchtariah dalam kurun waktu lima tahun.

Yayasan yang berada di Desa Ciherang, Kecamatan Karangtengah, Kabupaten Cianjur, ini juga telah memberangkatkan umrah empat orang santri terbaik penghafal Alquran.

Tak hanya sampai di situ, sebanyak 20 orang santri lainnya juga melanjutkan pendidikan jenjang beasiswa di luar negeri yakni di Turki, Tunisia, dan Mesir.

H Usu Suherman, pengelola Yayasan Al Muchtariah, mengatakan para penghafal Alquran terbaik itu dilihat dari keseharian dari kualitas hafalan, serta kategori tercepat.

"Usia para penghafal Alquran ini antara 13-19 tahun, pendidikannya sendiri gratis karena ini masuk dalam program Pemkab Cianjur," kata Usu ditemui di Yayasan Al Muchtariah, Rabu (6/4/2022).

Ia mengatakan, metode yang dipakai dipilih oleh sang anak agar lebih mudah dan cepat dalam menghafal Alquran.

"Hasil evaluasi berbeda, rata-rata bisa menghafal dalam waktu 18 bulan, namun terkadang ada yang bisa hanya dalam waktu enam bulan," katanya.

Usu mengatakan, pengajarnya terdiri dari ustaz berbagai pesantren yang menggunakan teknik gabungan.

"Metode awal menggali sebanyak-banyaknya biar anak sendiri yang memilih metode mana yang cocok, karena setiap anak bisa saja tak cocok dengan satu metode," katanya.

Ia menyadari awalnya terpaku pada satu metode namun hasilnya kurang maksimal, setelah ada metode gabungan baru anak bisa mendalami metode yang ia pilih.

Usu mengatakan, setelah lulus dan selesai penghafalan maka dilanjut dengan pengkajian.

"Selama dua tahun setelah lulus dilanjutkan belajar kitab kuning dan tafsir," ujarnya.

Ia menambahkan, lulusan rata-rata melanjutkan kuliah, membuka lembaga pendidikan sendiri, dan ada yang mengajar diminta oleh lembaga lain seperti di Bandung dan Depok.

"Santri yang ke luar negeri juga ada, di antaranya Turki, Mesir, dan Tunisia," ucap Usu. (*)

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved