Meninggal Mendadak Saat Bersepeda, Kemungkinan Tak Hanya Serangan Jantung, Ini Kata Dokter Spesialis
Ketika seseorang meninggal mendadak saat bersepeda kemungkinan tak hanya serangan jantung
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - World Health Organization (WHO) menyebut penyakit kardiovaskular menjadi penyebab kematian tertinggi di dunia dengan belasan juta korban tiap tahun. Kehadirannya seringkali pula tanpa peringatan. Tidak mengherankan jika serangan jantung dan pembuluh darah menjadi momok banyak orang.
Dikutip dari laman resmi Unair, kardiovaskular diduga terjadi pada pesepeda yang tiba-tiba terjatuh dan meninggal dunia di kawasan tanggul lumpur Sidoarjo pada Kamis (3/3/2022).
Menyusul peristiwa ini, dr Mochamad Yusuf SpJP(K) PhD FIHA FESC FAsCC memberikan tanggapan.
Baca juga: Darah Tinggi Bisa Bahayakan Jantung, Atasi dengan Daun Kemangi, Bisa Juga untuk Obati Flu
“Bicara hal tersebut (kematian seseorang, Red) yang sifatnya mendadak, terutama apabila 1×24 jam atau bahkan 1 jam sebelumnya (keadaan fisik seseorang, Red) tidak bermasalah, seringkali yang dikambinghitamkan adalah (sakit, Red) jantung,” ujar dokter spesialis jantung dan pembuluh darah di Rumah Sakit Universitas Airlangga (RSUA).
Meski demikian, Yusuf menegaskan bahwa kemungkinan penyebab meninggalnya korban tidak hanya terbatas pada serangan, tetapi juga gangguan irama pada jantung.
Lulusan doktor dari Juntendo University itu menjelaskan bahwa pola hidup dan faktor genetika menentukan tingkat kerentanan individu.
Risiko meningkat pada perokok berat, obesitas, hingga kelompok usia paruh baya.
Baca juga: Wisatawan Asal Sukabumi Meninggal di Pangandaran Seusai Salat Tahajud, Diduga Punya Penyakit Jantung
Penyumbatan Tiba-Tiba pada Jantung
Yusuf menyebut, serangan jantung merupakan peristiwa ketika terjadi penyumbatan tiba-tiba pada pembuluh koroner yang berada di jantung.
Apabila jantung tidak mendapat mensuplai oksigen yang cukup, akan timbul rasa nyeri pada dada.
Nyeri ini juga menjadi gejala gangguan irama jantung.
“Tapi ada sejumlah orang yang angkanya kecil sekali, dimana ia akan mengalami gangguan jantung tanpa (penyumbatan pembuluh, Red) koroner. Sejak awal sudah ada defect (cacat, Red) yang kurang lebih meningkatkan risiko faktor terkena (penyumbatan pembuluh, Red) koroner,” Kata praktisi kesehatan di RS Siloam Surabaya tersebut.
Baca juga: Ibu Wajib Tahu, Obesitas pada Anak Bisa Sebabkan Komplikasi, Dari Asma Hingga Kelainan Jantung
Keadaan korban yang meninggal ketika bersepeda mengindikasikan individu aktif berolahraga.
Meski demikian, Yusuf menegaskan bukan berarti olahraga memperparah risiko penyakit kardiovaskular.
Sebaliknya, olahraga dianjurkan secara medis.
Namun, tetap harus ada ‘introspeksi diri’.
“Konkretnya begini, ketika saya mau berolahraga tapi tensi saya 190 atau ketika saya lagi demam, ya, jangan berolahraga. Tapi ketika tidak ada keluhan, tensinya bagus, maka mulailah dengan olahraga ringan dan bertahap,” ujar dosen Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FK UNAIR) tersebut.
Yusuf kemudian memberikan tips menghindari penyakit serupa.
Gangguan terhadap jantung dapat diminimalisir dengan tidak merokok serta menghindari konsumsi kolesterol dan gula berlebih.
Olahraga rutin juga dapat meningkatkan kesehatan jantung dan pembuluh darah.
Bagi individu yang memiliki risiko penyakit jantung bawaan, Yusuf anjurkan agar menjalani pemeriksaan rutin.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jabar/foto/bank/originals/ilustrasi-jantung-2.jpg)