Melihat Jejak Manusia Purba 1 Juta Tahun Lalu di Sumedang Timur, Perkakas Mereka Masih Bisa Dijumpai
Jejak migrasi manusia purba awal akibat perubahan iklim di masa lalu ditemukan di Desa Jembarwangi, Kecamatan Tomo, Sumedang, Jawa Barat.
Penulis: Kiki Andriana | Editor: Mega Nugraha
Laporan Kontributor TribunJabar.id Sumedang, Kiki Andriana.
TRIBUNJABAR.ID, SUMEDANG - Jejak migrasi manusia purba awal akibat perubahan iklim di masa lalu ditemukan di Desa Jembarwangi, Kecamatan Tomo, Sumedang, Jawa Barat.
Jejak-jejak itu mengindikasikan bahwa di wilayah itu pernah hidup sejumlah manusia purba.
Hal ini tersingkap di dalam diskusi Collection Talk #9: Jejak Hunian Manusia Purba Sumedang Timur, yang digelar Museum Geologi Bandung bekerjasama dengan Disbudparpora Kabupaten Sumedang, Selasa (25/1/2022), melalui aplikasi zoom.
Sejumlah ahli turut menyampaikan temuan mereka di dalam penelitian yang dilakukan di Sumedang itu. Tiga peneliti yang berbicara di dalam diskusi itu adalah Halmi Insani dan Unggul Prasetyo Wibowo, ahli paleantologi dari Badang Geologi Bandung dan Anton Ferdianto, peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
Baca juga: 19 Orang Mati Terbakar di Tempat Karaoke di Kota Sorong, Dibakar Massa Saat Bentrokan Antar Warga
Anton yang telah melakukan penelitian arkeologis di Jembarwangi mengatakan indikasi manusia purba hidup di daerah tersebut adalah ditemukannya sejumlah batu yang biasa digunakan untuk alat berburu atau yang difungsikan sebagai alat pemotong.
"Ini batu yang mengandung silika (serat kaca) tinggi. Jika dipecah pada sudut tertentu akan menghasilkan runcing yang tajam dan kuat. Batu ini sama seperti batu yang ditemukan di daerah Sangiran," kata Anton.
Dia telah melakukan eskavasi di atas bukit di Jembarwangi sejak 2018. Kotak eskavasinya kini sudah ditutup karena khawatir proses penggalian sedalam 5 meter itu jika dilanjutkan akan merusak struktur asli endapan di wilayah itu.
"Jika melihat umur batuan ini, kemungkinan manusia purba pernah tinggal di wilayah ini pada 900-1,2 juta tahun yang lalu," kata Anton yang sehari-hari berkantor di Balai Arkeologi Bandung.
Arkeologi, kata Anton, merupakan sebuah ilmu yang membahas tentang masa lalu. Namun, berbeda dengan paleantologi, arkeologi lebih kepada sisi kehidupan manusia di masa lalu.
Baca juga: Tidak ke Luar Negeri, Lansia dan Guru SMK di Karawang Terpapar Omicron, Begini Kondisi Mereka
"Karena itu, kotak eskavasi digali bukan dengan alat-alat yang dapat merusak lahan tersebut. Juga tidak menggunakan cairan kimia. Galian eskavasi dibuka dengan alat-alat yang kecil dan dilakukan secara perlahan," katanya.
Kawasan tempat ditemukannya jejak manusia purba itu berada di area lembah di Jembarwangi. Adapula sungai kecil yang membelah lembah, yakni sungai Cirendang.
Ungul Prasetyo Wibowo mendedahkan bahwa wilayah itu dahulu sekali terendam air. Dia yang bersiaran langsung dari Jembarwangi memperlihatkan bagaimana jenis batuan yang cenderung mendekati batuan daerah lautan. Dijelaskan pula penampakan batu bara muda.
"Ada fosil molusca yang panjang dan bulat. Molusca yang panjang biasanya hidup di air dengan arus deras, sementara yang bulat cenderung hidup di air yang tenang," katanya seraya menyebut daerah itu sebagai daerah yang sangat nyaman untuk hidup hewan.
Di wilayah itu, selain juga ditemukan indikasi manusia purba, ada juga fosil-fosil binatang berukuran besar seperti gajah, keluarga kerbau, dan juga badak.