Dedi Mulyadi Nilai Nasionalisme Arteria Dahlan Jakarta Sentris, Tak Mengerti Peradaban Setiap Daerah

Anggota DPR RI Dedi Mulyadi menilai pemahaman nasionalisme yang Jakarta Sentris malah melahirkan egoisme intelektual

Editor: Ichsan
dok.dedi mulyadi
Dedi Mulyadi Nilai Nasionalisme Arteria Dahlan Jakarta Sentris, Tidak Mengerti Peradaban Setiap Daerah 

"Saya lihat di Jawa Tengah, bupati, wali kota, gubernur sering juga menggunakan bahasa Jawa dalam kegiatan kesehariannya. Ini adalah bagian dari kita menjaga dialektika bahasa sebagai keragaman Indonesia," katanya.

Bahkan, kata Dedi, saat ia memimpin rapat sebagai Wakil Ketua Komisi IV DPR RI kerap menyisipkan bahasa Sunda di dalamnya. "Justru itu malah membuat suasana rapat rileks tidak tegang. Sehingga apa yang ada di pikiran kita, gagasan kita bisa tercurahkan. Dan lama-lama anggota yang rapat sedikit banyak mendapat kosakata baru bahasa Sunda yang dimengerti," katanya.

"Jadi bagi saya tidak ada problem apapun orang mau menggunakan bahasa daerah manapun di Nusantara ini selama itu bisa dipahami oleh peserta rapat atau acara yang kita pimpin," kata Kang Dedi Mulyadi.

Dedi lalu mempertanyakan orang-orang yang kerap menggunakan bahasa asing saat rapat atau keseharian. "Kita tidak pernah berpikir apakah istilah asing itu dimengerti atau tidak oleh peserta rapat atau diskusi itu," kata Dedi.

Baca juga: Dedi Mulyadi Pecahkan Ulekan Pedagang yang Ternyata Palsu, Kusnadi Terima Tak Dibayar, Ini Endingnya

Dedi pun mengajak agar bersama-sama menjaga keberagaman dan kebhinekaan untuk persatuan juga kesatuan bangsa Indonesia. Bagi Dedi berbahasa daerah bukan berarti tidak nasionalis. Sebab nasionalisme dibangun dari kekuatan daerah-daerah.

"Jadi kalau ada Kajati terima suap saya setuju untuk dipecat, tapi kalau memimpin rapat pakai bahasa Sunda apa salahnya?," kata Kang Dedi Mulyadi.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved