Pramuka Korban Lingkaran Setan
Cerita Korban Tradisi Pramuka Tak Hanya Bonyok, Tapi Juga Lebam di Dada dan Pundak Hingga Demam
Tiga siswa kelas X SMAN 1 Ciamis yang menjadi korban kegiatan “Lingkaran Setan” Pasukan Tongkat Ambalan Pramuka tak hanya lebam di pipi tapi juga
Penulis: Andri M Dani | Editor: Darajat Arianto
Laporan wartawan Tribunjabar.id, Andri M Dani
TRIBUNJABAR.ID,CIAMIS – Tiga siswa kelas X SMAN 1 Ciamis yang menjadi korban kegiatan “Lingkaran Setan” Pasukan Tongkat Ambalan Pramuka Ciungwanara SMAN 1 Ciamis Sabtu (8/1) lalu tidak hanya mengalami lebam-lebam di wajah, di bagian pipi kiri maupun kanan.
Tapi ada juga yang mengalami lebam dan bekas dikepret di pundak seperti yang dialami E (16).
Atau lebam di dada serta demam panas yang dialami FR (16). Maupun bibirnya jontor (robek) lebam seperti yang dialami MF (16).
Lebam bonyok tersebut diduga akibat kegiatan saling pukul, saling tempeleng sesama peserta kegiatan. Diduga juga melibat senior, kakak kelas.
“Kalau anak saya, FR, tidak hanya muka nya saja yang lebam-lebam. Bagian dada-nya juga lebam,” ujar Deden Effendi, ayahanda FR kepada Tribun di Kamis (13/1).
FR sempat tumbang terkapar di tempat kos di Lembur Balong dekat SMAN 1 Ciamis. Kondisinya memang cukup parah.
Menurut Deden, anak bungsunya tersebut juga mengalami demam panas dan kini dirawat di RSUD Pandega.
“Hari ini masih dirawat di RSUD Pandega Pangandaran. FR memang lebih dekat ibunya,” katanya.

FR kata Deden, selain aktif dikegiatan pramuka juga aktif di olahraga bola basket. “Dan aktif di kegiatan pencinta alam,” ujar Deden yang sehari-hari bekerja sebagai guru di SDN 3 Rancah Ciamis.
Deden berharap dengan ada kejadian menimpa anaknya tersebut jangan terulang kembali.
:Saya ini kan guru, jadi sedikit banyak tahulah tentang kegiatan pramuka di sekolah. Sepengetahuan saya, kegiatan pramuka tidak mengenal main pukul, main tempeleng dan segala macam bentuk kekerasan,” harapnya.
Harapan serupa juga diungkapkan, Ari Firmansyah (52), warga Perum Kertasari orangtua dari E (16).
“Yang sudah ya sudah lah. Kalau mau ada kegiatan pramuka. Ya kegiatan pramuka saja. Jangan sampai main tempeleng, main pukul segala. Murni kegiatan pramuka saja” ujar Ari kepada Tribun Kamis (13/1).
Akibat saling pukul dan saling tempeleng pada kegiatan “Lingkaran Setan” eskul kepramukaan Sabtu (8/1) menurut Ari, anaknya tersebut mengalami lebam- lebam bonyok di wajah, di pipi kiri dan pipi kanan.
Baca juga: Polres Ciamis Periksa 4 Saksi, Kakak Pembina Pramuka dan Kepala Sekolah Akan Dimintai Keterangan
“Di pundaknya juga ada lebam, dan bekas seperti dicakar. Atau mungkin karena dikepret atau direngkuh. Jadi meninggalkan bekas di pundak,” katanya.
Menurut Ari, anaknya tersebut tidak sampai dirawat di rumah sakit. “Hanya masuk IGD saja, setelah diobati pulang lagi. Nggak sampai dirawat, tapi sekarang belum masuk sekolah. Masih izin sakit,” ujar Ari.
E menurut Ari merupakan anaknya yang ke-3 dari 4 bersaudara. “Di sekolah ia hanya aktif di pramuka. Di eskul lain tidak aktif,” katanya.
Hal yang lebih rinci diungkapkan Mamay. Ayahanda dari MF (16) menyebutkan bahwa anak bungsunya tersebut tidak hanya mengalami lebam bonyok di pipi kiri dan kanan. “Tetapi si Adek (maksudnya MF) juga mengalami lebam dan luka robek dibibir. Bibirnya jontor,” ujar Mamay kepada Tribun Kamis (13/1).
Mamay sempat kaget menyaksikan anak bungsunya tersebut dengan muka penuh lebam. “Semula ngakunya kecelakaan, tapi akhirnya ngaku karena ikut kegiatan pramuka. Adek juga sempat menyebut bahwa ada temannya lebih parah, yakni FR. Korban lainnya, E. Ada tiga yang korban. Setelah ditelusuri ngakunya mengikuti kegiatan Pasukan Tongkat,” katanya.
Setelah mendapat informasi dari anak bungsunya tersebut, menurut Mamay, bulan Oktober lalu eskul kepramuka SMAN 1 Ciamis merekrut anggota baru, dari siswa kelas X. “ Adek ikut eskul pramuka, bersama 75 orang rekannya sesama siswa kelas X. Bulan Oktober mulai latihan rutin di bawah binaan siswa senior,” jelas Mamay.
Ke-76 peserta baru eskul kepramukaan yang tergabung dalam Ambalan Ciungwanara dan Ambalan Diyah Pitaloka SMAN 1 Ciamis tersebut dibagi atas 4 sangga. MF masuk sangga panegas.
Latihannya setiap hari Selasa dan Kamis pada jam 09.00 sampai jam 10.00 di lingkungan SMAN 1 Ciamis.
Memasuki libur semester mulai Jumat (24/12) tensi latihan meningkat. Tidak hanya pada hari Selasa dan Kamis tersebut. Tetapi juga hari Sabtu. Khusus Pasukan Tongkat (Paskat), tempat latihannya juga berpindah-pindah, pernah di hutan pinus Darmacaang. Dan seringnya di Taman RA Kusumadiningrat Situs Jambansari. Latihan pasukan tongkat tidak hanya baris berbaris.
“Pada hari kejadian Sabtu (8/1) tersebut latihannya berlangsung di sebuah rumah kosong di Kertaharja Cijeungjing. Si Adek tidak tahu namanya kampungnya apa, tapi bisa nunjukin rumah tersebut. Rumah tersebut katanya rumah TT, alumni SMAN 1 Ciamis. Anakku itu Sabtu (8/1) sempat pamit mau latihan pramuka,” jelas Mamay.
Dari keterangan anaknya, menurut Mamay, beberapa sebelum mengikuti latihan di Kampung Sarayuda Kertaharja Cijeungjing Sabtu (8/1) anggota pasukan tongkat diberi tahu kalau pada latihan tersebut ada kegatan saling tempeleng dan saling pukul sesama peserta.
Namanya “Lingkaran Setan” dan kemudian berlanjut kegiatan serupa namannya “Empat Mata Angin”.
Semacam kegiatan mirip perpeloncoan, sebagai upaya seleksi untuk memilih ketua sangga (pimpinan sangga, pinsa).
Dan siswa yang lolos dari kedua kegiatan tersebut akan dikukuhkan sebagai pimpinan sangga (pinsa).
Dalam kegiatan “Lingkaran Setan” tersebut ada 3 siswa yang bertahan dan dianggap kuat yakni MF, E dan FR.
Menurut Mamay, anaknya kuat bertahan mungkin karena punya latar belakang aktif di olahraga bela diri, taek wondo,
Namun karena kuat bertahan, ketiga siswa tersebut menjadi sasaran kekerasan lagi.
“Diduga juga melibatkan seniornya. Sehingga insiden tersebut, Adek dan dua temannya (FR dan E) mukanya lebam-lebam akibat insiden saling tampiling. Pulang ke rumah hari Minggu (9/1) muka Adek, sudah banyak bonyok lebam-lebam. Sempat ditutupi pakai masker dan jaket akhirnya ketahuan juga,” katanya.
Mengetahui kejadian tersebut, Mamay langsung memberitahu pihak sekolah. Memberi tahu wakasek dan pembina pramuka.
“Reaksi pihak sekolah cepat. Minggu siang itu juga, ketiga langsung dibawa ke IGD RSUD Ciamis. Diobati, dan seorang dirawat,” ujar Mamay.
Menyusul kejadian tersebut Mamay dan pihak orangtua memilih melaporkan kejadian tersebut ke Polres Ciamis.
“Maksudnya agar kejadian serupa jangan terulang kembali. Kalau kegiatan pramuka, ya kegiatan pramuka saja jangan ada kekerasan. Apalagi kegiatan itu katanya sudah menjadi tradisi,”katanya
Kamis (13/1) siang itu, Mamay dan Ari mendatangi Polres Ciamis untuk memberikan kesaksian lanjut dan mengantarkan anak masing-masing guna memberikan keterangan sebagai saksi korban di Unit PPA Polres Ciamis. (*)