Buntut Tragedi Siswa Luka-luka Saat Latihan Pramuka di SMAN 1 Ciamis, Ambalan Ciungwanara Dibekukan
Dua ambalan pramuka di SMAN 1 Ciamis dibekukan setelah tragedi latihan berdarah.
Penulis: Andri M Dani | Editor: taufik ismail
TRIBUNJABAR.ID, CIAMIS - Terhitung mulai Rabu (12/1/2022), ekstrakurikuler (ekskul) pramuka Ambalan Ciungwanara dan Ambalan Diyah Pitaloka SMAN 1 Ciamis dibekukan sampai waktu tidak ditentukan.
Tidak ada lagi kegiatan kepramukaan di pangkalan SMAN 1 Ciamis.
“Ambalan Ciungwanara dan Ambalan Diyah Pitaloka SMAN 1 Ciamis dibekukan sampai waktu yang tidak ditentukan. Kami sudah menugaskan Kwaran Ciamis Kota untuk melakukan pemantauan,” ujar Ketua Kwarcab Gerakan Pramuka Kabupaten Ciamis, H Nanang Permana SH kepada Tribun, Rabu.
Kebijakan pembekuan kegiatan eskul kepramukaan di Ambalan Ciungwanara dan Ambalan Diyah Pitaloka SMAN 1 Ciamis tersebut menyikapi insiden dugaan kekerasan yang terjadi saat latihan pasukan tongkat Ambalan Ciungwanara di Sarayuda, Kertaharja, Cijeungjing, Sabtu (8/1/2022).
Pada kegiatan yang mirip perpeloncoan tersebut 3 siswa terpaksa dirawat di rumah sakit dalam kondisi lebam-lebam.
Pembekuan sementara akvitas Ambalan Ciungwanara dan Ambalan Diyah Pitaloka tersebut untuk memberikan kesempatan kepada SMAN 1 Ciamis untuk melakukan evakuasi dan introspeksi internal eskul kepramukaan.
“Padahal selama ini kegiatan kepramukaan di SMAN 1 Ciamis sudah melahirkan pemimpin-pemimpin . Seperti Pak Jeje (maksudnya, H Jeje Wiradinata, Bupati Pangandaran), maupun Pak Herdiat (Bupati Ciamis, H Herdiat Sunarya) maupun Jenderal Heri di Paspampres. Dan banyak lagi yang lain. Tapi sekarang kok ada kejadian begini (maksudnya tragedi pasukan tongkat),” katanya.
Wakasek Bidang Humas SMAN 1 Ciamis, Drs H Supyan Iskandar MPd kepada Tribun Rabu mengakui bahwa aktivitas Ambalan Ciungwanara dan Ambalan Diyah Pitaloka SMAN 1 Ciamis dibekukan sampai waktu tidak ditentukan.
“Kegiatan eskul kepramukaan di SMAN 1 Ciamis dibekukan sementara. Termasuk Ambalan Ciungwanara dan Ambalan Diyah Pitaloka,” ujar Supyan Iskandar.
Menurut Supyan pembekuan aktivitas Ambalan Ciungwanara dan Ambalan Diyah Pitaloka tersebut sebagai buntut insiden dugaan praktek perpeloncoan pada kegiatan latihan pasukan tongkat ambalan Ciungwanara Sabtu lalu.
“Dugaan praktik perploncoan tersebut sudah ada sejak 36 tahun lalu. Berlangsung dari generasi ke generasi. Senior menurunkan ke junior,” katanya.
Dengan dibekukannya Ambalan Ciungwanara dan Ambalan Diyah Pitaloka SMAN 1 Ciamis dengan berbagai kegiatannya tersebut menurut Supyan untuk memutus mata rantai pewarisan tradisi mirip kegiatan perploncoan tersebut.
“Diputus satu generasi. Kalau toh nanti ambalannya dihidupkan kembali. Semua orangnya harus ganti, harus orang baru semua. Sehingga tradisi yang lama diputus, tidak ada pewarisan lagi. Tidak ada lagi kegiatan berbau kekerasan di eskul kepramukaan,” ujar Supyan.
Bagi siswa yang ingin menyalurkan bakat pembinaan fisik, menurut Supyan bisa memilih eskul yang mengandalkan kegiatan fisik dan kemahiran seperti eskul karate, silat, judo, taekwondo dan lainnya .
“Di SMAN 1 Ciamis ini ada 26 eskul, baik itu eskul olahraga, seni dan juga eskul pramuka,” katanya.
Kronologi Kejadian
Mamay tidak menyangka anak bungsunya, MF (16) menjadi korban dugaan penganiayaan saat mengikuti kegiatan latihan pasukan tongkat (Paskat) Ambalan Ciungwanara SMAN 1 Ciamis.
“Akibat mengikuti kegiatan tersebut muka anak saya bonyok, lebam-lebam bekas dipukuli. Ditempeleng. Bibirnya juga lebam” ujar Mamay, orang tua MF kepada Tribun Rabu (12/1/2022).
Menurut Mamay, pada hari Sabtu (8/1/2022) pagi sekitar pukul 08.00 anak bungsunya tersebut pamit katanya untuk mengikuti kegiatan pramuka.
“Tapi tidak menyebut lokasinya di mana. Pulangnya hari Minggu (9/1/2022) pagi sekitar pukul 09.00,” katanya.
Saat pulang MF memakai jaket yang pakai penutup kepala dan memakai masker.
Ia langsung masuk kamar. Jadi belum terlihat kondisi wajahnya.
“Ketahuannya baru setelah anak saya itu keluar dari WC. Wajahnya, kok, lebam-lebam, jelas saya sama istri kaget,” ujar Mamay, warga Kertasari Ciamis.
Waktu ditanya kenapa mukanya lebam-lebam bonyok , MF mengakunya karena kecelakaan.
“Awalnya ngakunya karena kecelakaan. Tapi setelah ditanya lagi akhirnya terungkaplah kejadian tersebut (dugaan penganiayaan saat kegiatan pramuka),” katanya.
Menurut Mamay, anaknya mengalami lebam-lebam karena mendapatkan tindakan kekerasan seperti saling tempeleng dan ditempeleng saat mengikuti kegiatan latihan pasukan tongkat, yang akhirnya lokasinya diketahui di Sarayuda, Kertaharja, Cijeungjing, pada hari Sabtu tersebut.
Dan ternyata yang menjadi korban, tidak hanya MF.
Namun juga ada E dan FR, semuanya siswa kelas X.
“Paling parah FR, sampai jatuh sakit dan sempat pingsan di tempat kosnya di depan SMAN 1 Ciamis,” ujar Mamay.
Mengetahui kondisi tersebut, Mamay langsung menemui orangtua E di Perum Kertasari kemudian mereka mendatangi SMAN 1 Ciamis pada Minggu (9/1/2022) siang tersebut sekitar pukul 11.00.
“Saya telpon Wakasek dan Pembina Pramuka. Kami bertemu di SMAN 1 Ciamis, setelah bertemu kami bersama wakasek menengok E yang lagi sakit di tempat kos-nya. Siang itu semuanya langsung dibawa ke RSUD Ciamis untuk diobati dan dirawat,” jelasnya.
Esok harinya, MF dan E sudah pulang dari RSUD Ciamis. Sementara FR kata Mamay, dibawa orangtuanya pulang ke Pangandaran dan kemudian dirawat di RSUD Pandega Pangandaran karena kondisi cukup parah.
“Informasinya, FR hari ini masih dirawat di RSUD Pandega,” ucap Mamay.
Baca juga: Tragedi Latihan Pramuka SMAN 1 Ciamis Orangtua Korban Pilih Jalur Hukum, Laporkan Kejadian ke Polisi