Anak Bandung Dibuang di Banyumas
Begini Janji Jenderal Dudung untuk Mengawal Kasus Tabrak Lari Handi-Salsabila oleh 3 Oknum TNI
Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD), Jenderal TNI Dudung Abdurachman, berjanji mengawal proses hukum kasus kematian Handi dan Salsabila.
TRIBUNJABAR.ID - Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD), Jenderal TNI Dudung Abdurachman, berjanji mengawal proses hukum kasus meninggalnya Handi dan Salsabila.
Handi dan Salsabila adalah korban tabrak lari Nagreg di Desa Cijolang, Kecamatan Limbangan, Garut, Jawa Barat.
Beberapa hari setelah peristiwa tabrak lari di Nagreg itu, jasad Handi dan Salsabila ditemukan di aliran Sungai Serayu, Banyumas dan Cicalap.
KSAD Dudung pun menyampaikan permohonan maafnya atas apa tindakan oknum anggota TNI AD itu yang mengakibatkan Handi dan Salsabila meninggal dunia.

Mulanya, Jenderal Dudung mendatangi kediaman Salsabila di Desa Ciaro, Kabupaten Bandung.
Di sana, dia sempat berbincang terlebih dahulu dengan orangtua korban sebelum menabur bunga di makam Salsabila.
Dalam kesempatan itu, Dudung pun sempat mengucap permohonan maaf.
Dengan menggunakan bahasa Sunda, Dudung mengaku prihatin atas perbuatan keji yang dilakukan oleh anggotanya.
”Mohon dimaafkan kejadian ini, dari Korem Gorontalo Kasi Intel, prihatin lah, mungkin kemarin dari Korem sudah ke sini. Saya juga bagaimana ya rasanya, merasakan lah,” kata Dudung, Senin (27/12).
Dudung menilai kejadian itu sebagai musibah. Mewakili Angkatan Darat dia meminta maaf dan berharap iman Islam korban dapat diterima oleh Allah SWT. Keluarga yang ditinggalkan pun dapat diberi ketabahan.
Atas kunjungan dan permintaan maaf dari Dudung itu ayahanda Salsabila, Jajang (45), mengucapkan terima kasih.
"Saya mengucapkan terima kasih ke Pak KSAD, atas nama keluarga sudah datang langsung ke rumah, semoga jadi ibadah," kata dia.
Jajang sendiri tak banyak berbincang dengan Dudung, meski ia sempat jalan bersama dan berziarah bersama ke makam anaknya.
"Tadi tidak banyak ngobrol, hanya menyampaikan belasungkawa, duka cita saja, dan memberi semangat ke depannya," kata Jajang. "Saya juga tak menjawab apa-apa saat Pak Jendral berbicara. Saya enggak kuat (masih sedih)," ujarnya.