Penemuan Mayat di Subang
UPDATE Kasus Subang Siang Ini Danu Kembali Diperiksa Polisi, Sidik Jari Pelaku Hilang Karena Sabun
hari ini Senin (6/12/2021) saksi kasus pembunuhan ibu dan anak di subang itu kembali dipanggil oleh pihak kepolisian dari Ditkrimum Polda Jabar.
Sosok pelaku perampasan nyawa ibu dan anak di Subang diduga kuat sosok yang sangat berhati-hati dan waspada.
Hal ini diungkap ahli forensik dari Mabes Polri, Kombes Pol dr Sumy Hastry Purwanti dalam perbincangannya di kanal Youtube milik Denny Darko.
Kasus pembunuhan ibu dan anak di subang yang dikenal dengan kasus Subang ini memang belum terungkap meski sudah lewat 108 hari.
Pelaku yang paham ilmu forensik dan bertindak dengan hati-hati menjadi penyebab lamanya kasus Subang yang merenggut nyawa Tuti Suhartini dan Amalia Mustika Ratu terungkap.
Pahamnya pelaku kasus Subang akan pengetahuan forensik ini terungkap dari minimnya jejak pembunuhan tersebut.
Bahkan di jenazah Tuti dan Amalia sudah tak ditemukan sidik jari.
Sidik jari di tubuh Tuti dan Amalia hilang karena jenazah keduanya lebih dulu dibersihkan oleh pelaku.
Kondisi jenazah Tuti Suhartini dan Amalia Mustika Ratu saat ditemukan di dalam bagasi mobil memang sudah bersih.
Disebut dokter Hastry, sidik jari dalam tubuh memang bisa hilang jika dibersihkan dengan sabun.
Dengan demikian sudah jelas maksud pelaku perampasan nyawa memandikan jenazah Tuti dan Amalia adalah untuk menghilangkan jejak.
Seperti diketahui, pelaku memandikan dan membersihkan jenazah keduanya sebelum memasukkan ke dalam mobil Alphard yang diparkir di depan rumah mereka di Dusun Ciseuti, Subang, Jawa Barat.
Selain sudah memandikan, pelaku juga mengelap sejumlah tempat di tempat kejadian perkara atau TKP, termasuk di antaranya setir mobil dan pintu-pintu.
Tak mengherankan jika dr Hastry mengakui bahwa pelaku memiliki ilmu pengetahuan luar biasa dan sangat paham dunia forensik.
Menurutnya, hal itu dimungkinkan karena saat ini sangat mudah mengakses pengetahuan tentang forensik.
Meski memahami forensik, kejahatan yang dilakukan pelaku tidak sempurna.
Tim Inafis Mabes Polri dan Polres Subang masih bisa mendeteksi sidik jari di tembok yang kering, pintu masuk, pintu keluar, dan di mobil.
Bahkan di setir mobil dan pintu bagasi yang sudah dibersihkan dengan air pun masih bisa dideteksi sidik jari.
"Bisa ditemukan, mungkin waktu membersihkan cepat-cepat. Kemarin saya dapat, sidik jari di sekitar mobil, di rumah juga," ujar dr Hastry dikutip dari channel Youtube Denny Darko yang tayang, Selasa (23/11/2021).
Diakui dr Hastry, sidik jari memang bisa dibersihkan dengan sabun. Karena itu jenazah kedua korban sengaja dimandikan.
Di jenazah korban ini, Hastry mengaku memang tidak menemukan satu pun sidik jari.
Selain karena dimandikan, seusai dibunuh jenazah langsung diautopsi tanpa dilakukan swab lengkap.
"Otomatis sidik jari yang ada di situ hilang," katanya.
Meski begitu, petunjuk yang didapat dinilai sudah sangat kuat untuk menjadi alat bukti yang bisa menjerat tersangka pembunuh ibu dan anak di Subang.
Apalagi, bukti yang didapat dr Hastry ini juga akan dikolaborasikan dengan sejumlah alat bukti lain seperti file detektor kebohongan, psikologi forensik hingga ilmu grafologi.
"Kepolisian didukung oleh tim forensik menyeluruh ilmunya," tegasnya.
Saat ditanya, apakah yang ditemukan sangat kuat, tidak bisa terkontaminasi atau diframing?
Dokter Hastry dengan tegas menyebut alat bukti yang ditemukan itu adalah sesuatu yang mutlak.
Pelaku Kasus Subang Diketahui dari Cara Merokok
Dokter Hastry mengungkapkan bahwa pemeriksaan forensik yang dilakukannya terhadap kasus Subang sebenarnya sudah rampung.
Ia memang turun tangan dalam kasus perampasan nyawa ibu dan anak di Subang yang sudah berlalu lebih dari 3 bulan.
Kini dr Hastry mengungkapkan apa saja petunjuk polisi untuk menuntun ke dalang pembunuhan ibu dan anak di subang itu.
Rokok disebut dokter Hastry jadi salah satu jalan pembuka polisi mengurai kasus Subang.
Puntung rokok memang banyak ditemui di Tempat Kejadian Perkara atau TKP kasus Subang di Dusun Ciseuti.
Khusus DNA yang ditemukan di puntung rokok di lokasi kejadian, diakui dr Hastry memang butuh satu bulan untuk mengungkapnya. Hal itu karena penyidik juga ingin mencocokkan DNA itu dengan waktu kematian korban.
"Itu yang sulit karena harus kita ulang lagi, kita bandingkan dengan properti atau sisa-sisa rokok yang lain. Karena rumah itu banyak didatangi orang-orang dari yayasan.
Oh... yang baru itu DNA siapa, sesuai gak dengan waktu kejadian, dengan waktu kematian? Jadi lamanya di situ," terangnya.
Meski lama, dr Hastry memastikan sudah menemukan petunjuk penting kasus ini.
"Sebenarnya kita sudah dapat dan selesai dari properti yang kita periksa di laboratorium forensik di Jakarta itu sudah ketemu semua," tegasnya.
Di kesempatan itu dr Hastry juga membocorkan bagaimana caranya di mengungkap calon tersangka dalam kasus ini dilihat dari cara merokoknya.
Dijelaskan dr Hastry, pada identifikasi puntung rokok bisa diketahui bagaimana profil orangnya. "Profile orang merokok berbeda. BIsa sampai satu potong rokok habis, bisa 3/4," katanya.
Selain itu juga bisa diketahui dari cara memegang rokoknya.
"Kita juga bisa profile dari saksi-saksi ini. Bagaimana dia memegang rokok, bagaimana dia menghabiskan rokok, itu bisa dihabiskan ternyata berbeda-beda. Nanti bila sewaktu-waktu diumumkan (tersangka), memang cara merokoknya seperti itu," urainya.
Diungkapkan Hastry, tanpa disadari, dari puluhan saksi yang merokok itu menjadi bahan identifikasinya.
"Itu kayak memprofile. Mungkin masyarakat gak mikir, itu kerja polisi. Jadi perlu berhati-hati. DNA berbicara, profile dia merokok, merknya apa, itu sudah ada rekamannya," tegasnya. (*)