Hari Difabel Internasional, Siswa SLB Majalengka Bagikan Makanan Hasil Kreasinya ke Masyarakat
Para siswa yang bersekolah di Sekolah Luar Biasa Yayasan Pendidikan Luar Biasa Majalengka membagikan ratusan makanan hasil buatannya ke masyarakat
Penulis: Eki Yulianto | Editor: Darajat Arianto
Laporan Wartawan Tribuncirebon.com, Eki Yulianto
TRIBUNJABAR.ID, MAJALENGKA - Para siswa yang bersekolah di Sekolah Luar Biasa (SLB) Yayasan Pendidikan Luar Biasa (YPLB) Majalengka membagikan ratusan makanan hasil buatannya ke masyarakat, Jumat (3/12/2021).
Para siswa tersebut menunggu di depan sekolah di Jalan Siti Armilah di Kecamatan Majalengka Kulon untuk menantikan warga yang lewat untuk diberi makanan.
Pantauan Tribun di lokasi, masyarakat dari berbagai kalangan yang tak sengaja lewat pun tampak antusias menerima pemberian makanan, seperti bajigur dan bika ambon tersebut.
Aksi sosial itu dilakukan dalam rangka memperingati Hari Difabel Internasional (HDI) tingkat Kabupaten Majalengka.
Selain itu, kreasi olahan makanan tersebut dalam rangka juga mengikuti perlombaan pemecahan Rekor Muri Festival Mustikarasa 2021 yang diselenggarakan oleh Presiden Jokowi.
Kepala SLB YPLB, Sri Aminah mengatakan, kegiatan berbagi kasih dalam rangka memperingati Hari Disabilitas Internasional terus dilakukan setiap tahunnya.
Tahun ini, kata dia, makanan yang dibagikan adalah Bajigur dan Wika Ambon hasil buatan para siswanya.

Diketahui, dana untuk pembuatan makanan berasal dari khas khusus kewirausahaan sekolah.
“Kami mengumpulkan sedikit demi sedikit untuk berbagi sesama kan bisa. Bukan kami mengharapkan bantuan, tapi kami juga bisa berbagi,” ujar Sri kepada Tribun, Jumat (3/12/2021).
Menurut Sri, selain memberikan materi pembelajaran seperti sekolah pada umumnya, pihaknya mendorong seluruh siswa untuk mandiri dan tidak meminta bantuan dana kepada orang lain.
Sementara, makanan yang dibagikan jumlahnya masing masing sekitar 100 paket.
Minuman bajigur dan makanan bika ambon merupakan karya para siswa didiknya.
Sri berharap dengan kegiatan itu pihaknya ingin menunjukkan bahwa disabilitas ada dan mampu untuk produktif.
“Jadi jangan dinilai negatif sebagai peminta minta. Tapi kami juga bisa produktif dan memberi. Tadi ada 8 orang siswa yang mengikuti kegiatan ini," ucapnya. (*)