Cerita Kue Ditendang Tentara di Bandung Antarkan Dudung Abdulracman Hingga jadi KSAD Bintang 4
Dudung Abdurachman resmi jadi Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad) dan kini berpangkat jenderal bintang empat. Dia berbagi cerita masa kecil di Bandung
TRIBUNJABAR.ID,BANDUNG- Dudung Abdurachman resmi jadi Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) dan kini berpangkat jenderal bintang empat. Dia berbagi cerita masa kecil di Bandung dalam wawancara dengan Deddy Corbuzier di Youtube-nya.
Bapaknya, PNS golongan III yang meninggal di usia 51 tahun dengan meninggalkan 8 anak. Mereka tinggal di lingkungan asrama tentara di sekitar Kodam III Siliwangi.
"Karena susah, waktu itu tahun 1981, bapak meninggal, anaknya 8. Ekonomi jelaslah (susah. Waktu itu anak paling besar kuliah, saya masih ada dua adik perempuan, kasihan ibu saya. Setelah itu saya jualan kerupuk mentah, terasi, ikut tetangga juga bu Mamun jualan kue," kata Jenderal Dudung Abdurachman.
Baca juga: RESMI, Ini Besaran UMK di 27 Daerah di Jabar yang Sudah Diteken Gubernur Jabar
Ia masih ingat, Bu Mamun yang dia sebut punya anak bernama Ateng, seumuran dengannya. Setiap hari, dia dan Ateng mengikuti Bu Mamun mengantar makanan berupa kue-kue. Siang atau sore, Dudung dan Ateng membawa wadahnya.
"Kalau mau ambil, mudah-mudahan ada sisa, suka dimakan sama saya dan Ateng," ucap dia.
Loper Koran dan Ditendang Tentara
Dia juga sempat jadi loper koren di Bandung. Dia bercerita, setiap hari, dia bangun jam 4 pagi kemudian pergi ke Jalan Cikapundung, dekat Gedung Merdeka.
"Mau ke SMA nganter koran, dibayar per bulan. Jam 04.00 pagi ke Cikapundung, ambil koran Kompas yang biasanya datang agak siang karena dari Jakarta. Sudah ada saya baca dulu, Kompas di halaman 4 ada tajuk rencana saya baca yang pentingnya, setelah itu saya jalan, koran ditaro di stang sepeda," ucapnya.
Sepeda yang dia pakai pun bukan sepeda mewah. Pedalnya hanya menyisakan besi dan tidak ada rem. Yang ada rem buatan sendiri dengan menempelkan karet sendal jepit di dekat ban depan dan belakang.
"Pulang sampai rumah sekitar jam 7.30," ujarnya.
Baca juga: KSAD Dudung Abdurachman: KKB Papua Bukan Musuh, tapi Saudara-saudara Kita yang . . .
Bukannya istirahat dan bersiap sekolah karena saat itu sekolah masuk siang, Dudung kembali belerja jualan kue.
"Setelah itu pulang, lalu tugas lagi, Dung ini anter klepon ke Kodam, kue pastel ke Taman Lalu Lintas dan ini ke SMA Muslimin," ucapnya.
Pengalaman di Kodam III Siliwangi itulah yang jadi latar belakang Dudung Abdurachman ingin jadi tentara. Suatu ketika, dia mengantar klepon ke Kodam III Siliwangi.
Saat itu, dia sudah sering bolak-balik keluar masuk Kodam III Siliwangi untuk jualan kue.
"Karena kan ke Kodam tiap hari rutin. Pas nganter, namanya rutin pagi jadi sama petigas piketnya sudah biasa kalau mau masuk, silahkan dek. Suatu ketika, yang jaga prada baru dari Arhanud, harusnya kan lapor dulu. Saya permisi pak langsung masuk, tapi ini enggak, dia bilang, sini kamu, ditendang lah itu, klepon 55 biji,"ucap Dudung dengan tertawa saat mengingat momen itu.
Saat itu, dia memunguti kue klepon satu persatu dari tanah. Dari momen itulah, tekadnya untuk jadi tentara semakin kuat. Selulus SMA, dia daftar ke Akmil hingga diterima. Sempat jadi Pangdam Jaya, akhirnya saat ini dia resmi jadi KSAD, jenderal bintang 4.
Baca juga: Rumah Kakek Sarman di Desa Cikancas Kabupaten Cirebon Ludes Dilalap Api
"Saat itu saya bilang tentara kok semena-mena gitu, saya kalau jadi tentara enggak akan semena-mana sama rakyat. Awalnya dari situ. artinya klo cita2 pengen tentara. ingin perbaikinya dari situ," kata dia.
Reuni ke SMP Kartika
Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jendral Dudung Abdurachman mengunjungi SMP Kartika, Jalan Bangka Kota Bandung, Selasa (29/11/2021).
Dudung menyempatkan mengunjungi teman-teman sekolah dan guru-gurunya di SMP Kartika, di sela kesibukannya sebagai KSAD.
Dudung sendiri merupakan alumni SMP Kartika, angkatan 1982. Saat menyampaikan sambutan, Dudung menceritakan kebiasaan teman-temannya saat kecil dulu.
"Dulu saya sering basket di sini, ada teman saya, Untung tukang gaple. Saya dulu tidak pernah pacaran, makanya jadi Jendral baik," ujar Jenderal Dudung Abdurachman.
Dudung juga bercerita, ia pernah dilukis oleh guru seni rupanya semasa SMP.
"Saya kemarin bertemu pak Umar guru gambar seni rupa, saya dilukiskan pakai baret bintangnya sudah empat, saya bilang belum, saya baru tiga, katanya ini doa," katanya.
Dudung pun mengajak teman-teman dan para guru di SMP Kartika untuk berkunjung ke Mabes TNI AD di Jakarta. Ia mengaku ingin menyenangkan guru dan teman yang sudah mendoakannya.
Baca juga: Kasus Tindakan Asusila pada Anak di Bandung, Ini Hasil Pemeriksaan Sementara Terhadap Pelaku
"Nanti rencanakan teman-teman dan guru ke Mabes AD, kita sediakan bus, jalan-jalan ke Monas dan Ancol. Saya berusaha menyenangkan mereka-mereka, banyak teman-teman saya di sini. Dudung yang lama dan sekarang sama saja, kita doakan guru-guru yang sangat berjasa," ucapnya.
Jenderal Dudung di Mata Temannya di Bandung
Pria kelahiran Bandung, 19 November 1965, itu dari bintang tiga menjadi bintang empat, berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 108/TNI/Tahun 2021 tentang Kenaikan Pangkat Dalam Golongan Perwira Tinggi TNI.
Momentum ini pun turut memberikan rasa bangga bukan hanya bagi keluarga besar TNI, namun siapapun yang mengenal sosok Pangdam Jaya ke-34. Salah satunya Agus Prayitno yang merupakan sahabat sejak kecil dari sang Jenderal.
Agus mengaku, berteman dengan Dudung Abdurachman sejak sama-sama bersekolah di Sekolah Dasar Patrakomala tahun 1979, kemudian berlanjut di SD Kartika Chandra 1 tahun 1982, dan SMAN 9 Bandung 1985.
Semasa di sekolah dasar, kata Agus Prayitno, Dudung Abdurachman hobi bermain sepak bola setiap pulang sekolah.
"Sewaktu kecil, beliau selalu menghabiskan waktu dengan bermain sepak bola di pinggir Stadion Siliwangi yang sekarang jadi kolam renang Oasis, setiap habis pulang sekolah. Selain lokasi itu dekat dengan sekolah, tapi juga dekat dengan rumah beliau di Jalan Sumbawa," ujarnya saat dihubungi melalui telepon, Rabu (17/11/2021).
Di masa duduk di bangku SMP, Jenderal Dudung memiliki hobi lain yaitu bermain musik bahkan sempat membentuk band bersama teman-teman sekolahnya. Ia pun aktif dalam kepengurusan dan berbagai kegiatan organisasi sekolah, termasuk OSIS.
"Kebetulan waktu SMP kami sekelas, jadi saya tahu apa saja kegiatan dan kegemaran beliau. Sedangkan di SMA, kita beda kelas walaupun satu jurusan di kelas IPA. Seperti anak remaja pada umumnya, kami juga suka nongkrong di Centrum, Jalan Sumbawa, dan makanan kesukaannya adalah sayur kacang merah. Sampai sekarang, sayur kacang merah menjadi menu wajib setiap makan," ucapnya.
Baca juga: Bupati Bandung Beri Perlindungan Kesehatan dan Kesejahteraan Linmas
Salah satu kenangan yang Ia dan teman-teman seangkatannya paling diingat adalah, saat terjadi selisih paham antara kelas IPA dan IPS. Saat itu, Dudung yang maju menghadapi anak-anak kelas IPS untuk membela teman-temannya di kelas IPA.
"Saat kejadian itu, gerbang sekolah sampai di tutup. Memang dari dulu Dudung ini solidaritasnya sangat tinggi dan emang anaknya supel, enggak heran kalau dari SMP, lalu di SMA, bahkan sampai sekarang temannya banyak. Dudung juga enggak pernah membeda-bedakan teman, baik secara kemampuan ekonomi maupun latar belakang sosialnya," ucapnya.
Pria yang akrab disapa Amung tersebut menuturkan, sikap solidaritas dan peduli kepada siapapun terus dijaga, termasuk saat Dudung menjabat sebagai Gubernur Akmil pada 2018.
Bahkan, dalam setiap ada kesempatan untuk bertemu dengan teman-teman lamanya di Kota Bandung, ia selalu berkata "Jangan lihat saya sebagai Jenderal, saya adalah teman kamu di masa SMP/SMA mari kita bahas cerita saat sekolah dulu".
Kata-kata Dudung Abdurachman itu membuatnya disenangi oleh semua temannya.
Menurutnya, perjalanan Jenderal Dudung semasa kecil dan remaja tidak mudah, bahkan saat SMP, Dudung pernah membantu ekonomi keluarganya dengan berjualan kue.
Saat SMA pun, Dudung Abdurachman pernah menjadi loper koran dan menjaga kios dagangannya di Saparua.
"Pengalaman prihatin itulah yang membuatnya tidak membeda-bedakan teman dan mau bergaul dengan siapa saja. (Dia) tidak peduli teman lamanya adalah pekerja kantoran, pengusaha, ataupun tidak memiliki pekerjaan, semua dia angkat, dia perhatikan semuanya, tidak menunjukkan bahwa dia punya pangkat," ujar Pengusaha Bubur Ayam PMI 79, Kota Bandung.
Kebersamaan keduanya sempat terpisah selama beberapa tahun saat menjelang dewasa, karena harus menempuh jalan karir masing-masing, Agus yang diterima di Fisip Unpad dan Dudung di Akademi Militer pada tahun 1985.
Keduanya kembali bertemu pada sebuah kegiatan reunian SMAN 9 Bandung angkatan 1985 yang digelar tahun 2017. Saat itu Dudung berkesempatan hadir dan langsung memeluk teman-teman lama yang dijumpainya disana.
Meskipun Dudung Abdurachman telah menjadi KSAD, Agus berharap agar temannya itu tetap menjadi sosok yang selalu dirindukan oleh teman-temannya, dengan sikap supel, tegas, bersahaja, dan peduli terhadap semua orang.
"Selain mendoakan yang terbaik bagi Dudung, saya berharap agar dia tetap seperti dulu sebagai sosok yang supel, tegas, bersahaja, dan peduli terhadap semua orang. Sekali lagi saya ucapkan selamat atas jabatan baru yang diamanahkan sebagai KSAD," katanya.