Ratinih Nyaris Pingsan Saat Demo Petani di Indramayu, Bertahan dengan Muka Pucat : Saya Ingat Anak
Dengan kondisi jongkok dengan wajah pucat, Ratinih tetap memaksa melanjutkan demo.
Penulis: Handhika Rahman | Editor: Seli Andina Miranti
Laporan Wartawan Tribuncirebon.com, Handhika Rahman
TRIBUNJABAR.ID, INDRAMAYU - Seorang ibu nyaris pingsan saat aksi unjuk rasa yang dilakuan ribuan petani di depan Pendopo Indramayu, Kamis (18/11/2021).
Ibu itu diketahui merupakan salah satu petani asal Desa/Kecamatan Tukdana, Ratinih (45).
Sejak awal aksi unjuk rasa, ia bahkan berada di jajaran depan walau hampir pingsan.
Pantauan Tribuncirebon.com, walau kondisinya yang tidak memungkinkan untuk melanjutkan aksi, ia tetap memaksa tak ingin menepi sejenak.
Baca juga: Ribuan Petani Unjuk Rasa Soal Lahan Tebu PG Jatitujuh, Sampaikan 5 Tuntutan di Pendopo Indramayu
Dengan kondisi jongkok dengan wajah pucat, Ratinih tetap memaksa melanjutkan demo.
"Saya ingat sama anak-anak saya di rumah, kalau demo ini gak berhasil, mau dikasih makan apa anak-anak saya," ujar dia kepada Tribuncirebon.com sembari menitikan air mata.
Ratinih baru mau menepi setelah anggota Polwan dari Polres Indramayu membujuknya.
Polwan juga menuntunnya menepi ke tempat yang teduh lalu memberikannya nasi kotak untuk dimakan dan air minum.
Dalam hal ini, Ratinih mengatakan, ia dan suaminya murni seorang petani yang sudah lama menggarap lahan sawah yang saat ini menjadi lahan tebu PG Jatitujuh.
Kini, ia kebingungan karena sudah tidak diperbolehkan lagi menggarap sawah di sana.
Di sisi lain, kebutuhan ekonomi keluarga harus selalu dipenuhi sehari-harinya.
"Anak saya 3, mau dikasih apa anak saya, saya tidak punya gaji, cuma petani," ucap dia.
Baca juga: Setelah Jalan Kaki Sepanjang Pasteur dan Pasupati, Buruh Unjuk Rasa di Gedung sate, Ini Tuntutannya
Dalam hal ini, Ratinih sangat berharap adanya peran pemerintah untuk menyelesaikan persoalan lahan tebu PG Jatitujuh, terutama yang masuk wilayah administrasi Kabupaten Indramayu.
Para petani ingin, lahan tebu tersebut dikembalikan menjadi lahan kawasan perhutanan sosial yang bisa digarap petani untuk bercocok tanam padi dan tanaman palawija.