Sejarah Indramayu

MA Sentot Jenderal Asal Indramayu yang Disegani Belanda, Pemimpin Pasukan Setan yang Kebal Peluru

MA Sentot merupakan pahlawan asal Indramayu yang sangat disegani Belanda.

Penulis: Handhika Rahman | Editor: taufik ismail
Tribuncirebon.com/Handhika Rahman
Lokasi bekas yayasan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dibawah kepemimpinan MA Sentot yang kini sudah berubah menjadi perumahan warga, Rabu (10/11/2021). 

Laporan Wartawan Tribuncirebon.com, Handhika Rahman

TRIBUNJABAR.ID, INDRAMAYU - Nama MA Sentot tidak bisa dipisahkan dari perjuangan panjang rakyat Indonesia dalam merebut kemerdekaan.

Salah satu pahlawan asal Kabupaten Indramayu itu bahkan begitu disegani oleh tentara penjajah pada masa Agresi Militer Belanda.

Pemilik nama lengkap Mohammad Asmat Sentot ini diketahui juga adalah pemimpin dari Pasukan Setan.

Pasukan Setan dikenal sangat disegani karena identik dengan aura mistis.

"Pasukan Setan ini dulu sangat disegani penjajah, pimpinannya adalah MA Sentot," ujar salah seorang warga sekaligus anak dari Karmin salah satu Tentara Keamanan Rakyat di bawah kepemimpinan MA Sentot, Arman Sontang (64) kepada Tribuncirebon.com di Gedung Juang Indramayu, Rabu (10/11/2021).

Arman Sontang mengisahkan, saat masa peperangan dahulu, Pasukan Setan ini sudah seperti hantu yang meneror pasukan Belanda.

Pasukan Belanda sulit melacak keberadaan Pasukan Setan. Walau pasukan tersebut hanya berjumlah puluhan, akan tetapi mereka mampu mengobrak-abrik bala tentara Belanda.

Mereka berperang secara bergerilya dan secara tiba-tiba langsung melakukan penyerangan, tanpa diketahui keberadaannya.

Masih dikisahkan Arman Sontang, menurut cerita yang beredar, MA Sentot yang menjadi pimpinan Pasukan Setan juga diketahui tidak pernah tiarap saat berperang.

MA Sentot kebal dari peluru. Setiap ada peluru yang ditembakkan kepadanya, peluru itu langsung berguguran beberapa sentimeter sebelum menembus tubuh pahlawan yang lahir di Blok Lapangan Bola, Desa Plumbon, Indramayu, pada 17 Agustus 1925 silam.

"Makanya sosok MA Sentot ini begitu dihormati di Indramayu, dia pahlawan asal Indramayu," ujarnya.

Arman Sontang menyampaikan, Pasukan Setan ini memiliki lambang tengkorak manusia dengan tanda silang di bawahnya.

Pasukan tersebut terbentuk berkat didikan militer yang diajarkan MA Sentot.

Pasca proklamasi kemerdekaan, MA Sentot bergabung kedalam Badan Keamanan Rakyat (BKR) yang kemudian berganti nama menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR).

Salah satu yayasannya berada di depan Kantor Kecamatan Indramayu yang saat ini sudah berubah menjadi perumahan warga.

Di sanalah, ayah dari Arman Sontang berlatih militer di bawah arahan MA Sentot sekitar tahun 1970-an.

"Tapi sekarang yayasannya sudah tidak ada, dahulu salah satu anggotanya ayah saya," ucap dia.

MA Sentot sendiri tercatat pernah mengenyam pendidikan di HIS Indramayu.

Kemudian, pada zaman penjajahan Jepang, ia bergabung dengan PETA untuk mengikuti pendidikan kemiliteran.

Kala itu, MA Sentot memulai karier dengan pangkat Letnan Satu. Kemudian naik menjadi Kapten dan menjadi Komandan Kompi.

MA Sentot juga pernah ikut hijrah ke Yogyakarta dan Jawa Tengah kemudian Long March kembali Ke Jawa Barat.

Setelah perang kemerdekaan usai dan Belanda mengakui kedaulatan Republik Indonesia, MA Sentot naik pangkatnya menjadi Mayor dan menjabat sebagai Komandan Batalyon A Divisi Siliwangi.

Pangkat MA Sentot kemudian naik kembali menjadi Komandan Detasemen Subsistensi KMKB Bandung di tahun 1951.

Setelah itu, ia menjadi Staf TT III Siliwangi di tahun 1957, Siswa SSKAD di tahun 1957 dan di tahun yang sama naik pangkatnya menjadi Letkol.

Setelah lulus SSKAD, MA Sentot sempat ditempatkan di Kalimantan Selatan menjadi Komandan Batalyon 604 di Kotabaru Kalimantan Selatan dan menjabat Irtepe Koanda Kalimantan hingga menjadi Asisten II Deyah Koanda serta pernah mewakili Kepala Staf Deyah Koanda.

Pada Desember 1961, MA Sentot dipindah tugaskan dan ditempatkan sebagai Pamen SUAD III Mabes AD di Jakarta. 

Kemudian, pada Maret 1963, ia ditugaskan di Operasi Karya menjabat Asisten III dan Juni 1966 dipindahkan kembali ke Mabes AD. Pada Oktober 1969, pangkatnya naik menjadi Kolonel.

MA Sentot pensiun dari tentara pada tahun 1980 dengan pangkat terakhirnya, yaitu Brigadir Jenderal (bintang satu).

Setelah pensiun, MA Sentot kembali ke tengah masyarakat dan tinggal di Desa Bugel, Kecamatan Patrol, Kabupaten Indramayu.

Beliau wafat tanggal 6 Oktober 2001 dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Cikutra Bandung.

Baca juga: Monumen PETA Kota Tasikmalaya Kusam dan Rusak, Padahal Dulunya Tempat Bersejarah

Sumber: Tribun Cirebon
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved