Kopi Geulis dari Tanjungsari Sumedang Akan Melanglang 10 Negara dan Penuhi Permintaan dari Amerika
Pengusaha kopi asal Tanjungsari, Kabupaten Sumedang akan melanglang ke sepuluh negara di benua Amerika, Australia, dan Asia.
Penulis: Kiki Andriana | Editor: Darajat Arianto
Laporan Kontributor TribunJabar.id Sumedang, Kiki Andriana
TRIBUNJABAR.ID, SUMEDANG - Pengusaha kopi asal Tanjungsari, Kabupaten Sumedang akan melanglang ke sepuluh negara di benua Amerika, Australia, dan Asia.
Kopi asal Sumedang akan dipamerkan dalam rangkaian Indonesian Coffee Days.
Ai Awang Hayati (44), warga asli Tanjungsari adalah pengusaha tersebut.
Meski baru mendirikan brand Kopi Geulis pada tahun 2018, usaha Ai moncer.
Setahun kemudian pada tahun 2019, dia sudah diundang ke Afrika dan Uzbekistan terkait kopi.
"Saya mendapatkan undangan secara mandiri dari Kementerian Pertanian untuk Indonesian Coffee Days. Kopi Geulis akan tour ke 10 negara," kata Ai kepada TribunJabar,id saat dijumpai pada Festival Kopi Sumedang, belum lama ini.
Negara-negara tersebut adalah Amerika Serikat, Maroko, Malaysia, Turki, Tiongkok, Uni Emirat Arab, Australia, dan tiga negara lagi yang Ai lupa untuk menyebutkannya.
Bukan hanya akan tour mengenalkan kopi Sumedang di kancah dunia, Ai juga mendapatkan permintaan ekspor kopi ke Amerika Serikat.
Produk Kopi Geulis yang diekspor adalah kopi matang hasil panggang.
"Kami memang menjual itu. Kalau menjual green bean kopi harus dalam tonase minimal 20 ton. Tetapi kami, kopi matang yang dikirim hanya 1 ton," katanya.
Jika kopi yang dikirim cepat habis di Amerika Serikat, Ai berharap ada permintaan ekspor selanjutnya.
Kepada TribunJabar.id, Ai mengatakan bahwa Kopi Geulis bukanlah produk yang dihasilkan dari kebun sendiri. Sebab, Ai tidak punya kebun.
Dia dan tim hanya bermitra dengan petani kopi di pegunungan Manglayang Timur, Tampomas, dan dengan petani di Cadas Pangeran untuk mendapatkan suplai robusta.
"Saya tidak punya kebun, saya bermitra dengan petani, saya memasarkan produk petani," katanya seraya menyebutkan dirinya memang berlatar belakang ilmu pertanian, meski sebelumnya bekerja di bidang pendidikan.