Majalengka Dijuluki Kota Angin, Sejak Kapan dan Siapa yang Memberi Julukan? Simak di Sini Sejarahnya

Lalu, sejak kapan Majalengka dijuluki sebagai Kota Angin dan siapa orang yang pertama kali memberi julukan tersebut?

Penulis: Eki Yulianto | Editor: Ravianto
Tribun Cirebon/Eki Yulianto
Tugu Bola Dunia menjadi spot selfie terbaru di Kabupaten Majalengka 

Laporan Wartawan Tribuncirebon.com, Eki Yulianto

TRIBUNJABAR.ID, MAJALENGKA - Sebutan Kota Angin sudah cukup melekat kuat pada Kabupaten Majalengka.

Tidak hanya masyarakat lokal, orang dari luar daerah pun terus menyebut hal tersebut.

Lalu, sejak kapan Majalengka dijuluki sebagai Kota Angin dan siapa orang yang pertama kali memberi julukan tersebut?

Ketua Grup Majalengka Baheula (Grumala), Nana Rohmana mengatakan, tidak ada catatan sejarah pasti yang menuliskan tentang asal usul julukan Kota Angin bagi Majalengka.

"Kalau sejarah pastinya tidak ada karena di dalam lambang Majalengka sendiri saat ini tidak ada itu simbol angin disitu. Jadi gak dibahas di penyusunan lambang Majalengka soal angin ini," ujar Nana saat dimintai keterangan, Sabtu (23/10/2021).

Ia menjelaskan, julukan Kota Angin mulai terdengar sekitar tahun 1980.

Saat itu memang angin di Majalengka dikenal kencang khususnya pada bulan Juni-September.

Pria yang akrab disapa Kang Naro ini menduga, julukan Majalengka Kota Angin pertama kali diucapkan oleh orang dari luar Majalengka.

Karena menurutnya, masyarakat Majalengka tidak pernah mempersoalkan kencangnya kecepatan angin.

"Sebetulnya ini mulai dikenal sejak tahun 1980. Kenapa dibilang kota angin ya karena anginnya gede, bulan Juni-September itu anginnya gede di Majalengka."

"Sebenarnya orang Majalengka gak sebut kota angin, mungkin penyebutannya dari orang luar yang datang kesini mereka kaget anginnya gede. Orang Majalengka sendiri tidak mempermasalahkan angin gede ini," ucapnya.

Saking kencangnya, angin di Majalengka juga memiliki sebutan tersendiri.

Mulai dari angin ngegelebug atau angin jalu. 

"Angin ngegelebug karena kencang suaranya, kemudian angin jalu, kenapa angin jalu karena konotasinya kalau perempuan pakai rok bisa tersingkat roknya, gitu. Tapi kalau dari sejarah gak ada saya cari-cari soal angin itu," jelas dia.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved