Viking Subang Ungkap Ada Konflik Dua Kubu di Manajemen Persib Bandung, Imbasnya ke Klub
Viking Subang menyebut ada konflik dualisme di manajemen Persib Bandung yang berdampak pada kualitas Persib Bandung di Liga 1.
Penulis: Dwiky Maulana Vellayati | Editor: Mega Nugraha
Laporan Kontributor Tribunjabar.id Subang, Dwiky Maulana Vellayati.
TRIBUNJABAR.ID, SUBANG - Viking Subang menyebut ada konflik dualisme di manajemen Persib Bandung yang berdampak pada kualitas Persib Bandung di Liga 1.
Seperti diketahui, massa suporter Persib Bandung menggeruduk kantor PT Persib Bandung Bermartabat dari sore hingga tengah malam. Mereka mengajukan 5 tuntutan salah satunya pelatih Persib Robert Alberts mundur dari jabatannya.
Ketua Viking Subang Yudi Setiawan menyebut ada konflik dualisme dari kubu internal dalam pengurusan managemen Persib sehingga membuat klub dari Persib Bandung menjadi korban.
Baca juga: Unjuk Rasa Suporter Persib Bandung Bisa Jadi Alasan Pemerintah Hentikan Liga 1
"Itu mah penyakit lama kambuh lagi, dikarenakan ada dualisme di kubu internal dalam kepengurusan. Bertolak belakang antara si A sama si B, jadilah korban nya klub," ucap Yudi melalui pesan singkat Whatsapp, Senin (11/10/2021).
Hanya saja, Yudi tidak menyebut kubu siapa saja yang terlibat konflik dualisme di manajemen. Bukan hanya itu, Yudi menganggap manajemen dan klub tidak satu suara. Hasilnya, dalam menjalankan visi misi Persib juara tidak selaras.
"Segelintir kepengurusan ada yg berkepentingan pribadi, itu mah cuman bumbu dalam persepakbolaan di kubu Persib mah, tidak selaras dan tidak satu komando, antara pengurus Persib sama kepengurusan yang lainnya.Teu karompak pokona mah dalam menjalankan misi visi Persib juara," katanya.
Yudi melanjutkan, evaluasi dari tim kebanggaan Jabar itu harus dilakukan tanpa alasan apapun.
Sementara itu, dengan keharusan evaluasi ini diharapkan membuat tim Persib Bandung kembali berprestasi dikanca nasional bahkan internasional.
Baca juga: Bobotoh Geulis Ini Hanya Bangga Kalau Persib Menang, Lawan Bhayangkara FC Wajib Tiga Poin
"Yang harus dievaluasi harus percaya diri dalam diri masing masing pemaen persib. Yang lebih utama dukungan moril dari kepengurusan Persib terutama bobotoh dan berdoa seluruh pencinta persib seluruh indonesia," ujar Yudi.
Manajemen Tandatangani Petisi Robert Alberts Mundur
Manajemen Persib Bandung menandatangi petisi dari suporter Persib Bandung. Dari 5 poin berisi tuntutan, salah satunya meminta Robert Alberts mundur dari pelatih.
Para suporter ini berunjuk rasa di Jalan Sulanjana, markas PT Persib Bandung Bermartabat pada Minggu (10/10/2021) sejak sore hingga jelang tengah malam.
Tuntutan pengunjuk rasa itu antara lain
1. Manajemen PT PBB harus bertanggung jawab dan meminta maaf atas semua kegagalan Robert Alberts dalam mengangkat prestasi Persib
2. Menyikapi poin pertama tidak ada negosiasi lagi #ReneOut.
3. Seluruh manajemen PT PBB, tak terkecuali pelatih tidak berhak mempolarisasi dan mengotak-ngotakan bobotoh berdasar kategori
4. Menuntut keseriusan dan kesungguhan manajemen PT PBB, dan mewujudkan #PersibJuara di akhir musim ini
5. Tagar #MenangBersama wajib diganti dengan #PersibJuara.
Dari lima poin yang ada di petisi, hanya poin nomor dua yang sempat menjadi perdebatan. Di poin kedua disebutkan bahwa Robert Alberts selaku pelatih Persib harus keluar dan tidak ada negosiasi lagi.
Baca juga: Manajemen Persib Bandung Tandatangani Tuntutan Robert Alberts Mundur dari Pelatih
Namun setelah diskusi panjang, manajemen Persib akhirnya menyapakati poin nomor dua dengan berapa catatan. Disebutkan bahwa evaluasi akan dilakukan kembali setelah seri kedua yang bakal berlangsung pekan depan.
Perwakilan bobotoh, Tobias Ginanjar, mengatakan, bahwa unjuk rasa tersebut buntut ketidaksepakatan antara bobotoh dengan manajemen soal petisi.
Dengan demikian, maka seluruh elemen melakukan aksi unjuk rasa untuk meminta manajemen mendatatangani petisi.
"Kami ke sini masih menindaklanjuti yang kemarin. Kami tidak bertemu langsung dan tidak menemukan kata sepakat. Ada poin-poin yg belum disepakati," ujar Tobias Ginanjar kepada awak media di sela-sela aksi unjuk rasa.
Tobi mengatakan, aksi hari ini diikuti bukan hanya oleh bobotoh dari Bandung saja. Namun diikuti juga oleh perwakilan dari Karawang, Indramayu, hingga Jabodetabek.
"Jadi menunjukkan bahwa perjuangan ini hanya perjuangan yang di Bandung saja tapi seluruh Jabar perjuangan kami sama," katanya.
Selain itu, Tobias mengungkapkan bahwa alasan bobotoh bertahan selama berjam-jam. Dia mengatakan, bobotoh hanya ingin bertemu manajemen.
"Kenapa kita masih bertahan disini karena kita enggak ada respons dari manajemen. Para bobotoh menuntut manajemen untuk menemui dan datang langsung terkait petisi tersebut. Jadi kami masih bertahan dan menunggu di sini," katanya.
Selain itu, dia mengapresiasi petugas keamanan yang memafasilitasi unjuk rasa ini. Tobi mengungkapkan, pihak keamanan terus berkomunikasi agar manajemen mau datang.
"Kami tetap bertahan di sini sampai ada manajemen kesini. Alhamdulillah dari pihak keamanan memfasilitasi juga berkoordinasi dengan manajemen agar manajemen datang ke sini," ucapnya.
Pada aksi ini juga, bobotoh sempat membakar flare dan ban. Namun tak ada aksi anarkis yang terlihat meskipun suasana semakin memanas.
Sekitar pukul 18.00 WIB, aksi bobotoh sempat mereda. Namun mereka memilih bertahan di Graha Persib dan meminta manajemen Persib untuk datang.
Baru pada pukul 20.20 WIB, manajemen Persib yang diwakili oleh Kuswara S Taryono datang. Bobotoh sempat kecewa lantaran yang mereka harapkan adalah kedatangan Teddy Tjahjono selaku direktur Persib.
Sempat terjadi deadlock karena Kuswara meminta waktu untuk mendatatangani petisi. Sementara bobotoh ingin Kuswara sesegera mungkin mendatangani petisi.
Pada akhirnya, pada pukul 22.30 WIB, Kuswara mendatatangani petisi yang diberikan bobotoh. Kuswara akhirnya membacakan poin-poin petisi itu dan bobotoh membubarkan diri.
Bisa Jadi Alasan Pemerintah Hentikan Liga 1
Bagi pengamat sepakbola Bandung, Eko Noer Kristiyanto, akrab disapa Eko Maung, menyebut, aksi tersebut gagal menyentuh hal-hal prinsipil.
"Sayang sekali energi besar dari bobotoh tidak terarah dan gagal menyentuh hal-hal prinsipil," kata Eko Maung saat dihubungi Tribun pada Minggu (10/10/2021).
Menurutnya, hal itu tidak lepas dari lemahnya kepemimpinan di suporter Persib. Dia mengakui bahwa itu karena krisis kepemimpinan di elemen suporter.
"Sebetulnya peran leader harus ada. Kalau suporter bola ingin memberikan ultimatum kepada tim kesayangannya bukan duduk satu meja dengan manajemen. Ini artinya konseptor, pemikir, sama kepemimpinan tidak ada. Saya menilai ini sporadis. Suporter itu kelompok penekan di luar manajemen. Tapi tindak-tanduk mereka bisa mempengaruhi keputusan manajemen," kata dia.
Aksi bobotoh pada unjuk rasa itu membuat energi besar berpotensi menjadi kontraproduktif. Bukan hanya untuk tim namun juga Liga 1 secara keseluruhan.
Melalui perbincangan dengan otoritas, aksi di Bandung hari ini menjadi perhatian. Dan apa yang terjadi hari ini, kerumunan begitu banyak orang-orang hingga berjam-jam abai prokes, bernyanyi, berteriak dan sebagainya.
"Aksi hari ini juga terdokumentasi dan cukup menjadi alasan jika pemerintah ingin menghentikan Liga 1, tapi semoga tidak," kata dia.
Aksi unjukrasa bobotoh sudah digelar sore hari. Saat malam, perwakilan manajemen Kuswara S Taryono datang berbicara pada pengunjukrasa.
"Petisi kemarin itu menurut saya berlebihan. Karena sudah mencampuri urusan manajemen. Saya juga mengkritisi salah satu poin yang ada di petisi. Seperti meminta mengubah tagar menang bersama menjadi Persib juara itu tidak fundamental. Sungguh sangat tidak prinsipil.
"Jadi bobotoh ini energi besar tapi tidak terarah. Petisi ini juga menjadi menyandra mereka. Di sisi lain, Persib harus meminta maaf. Kewibaan klub bagaimana gak salah apa-apa, kecuali degradasi," katanya.
Dalam aksinya, bobotoh menuntut agar pelatih Persib Robert Alberts mundur dari jabatannya.