Manajemen PT Rajawali Kecam Kekerasan di Lahan Tebu, Siapkan Pengamanan Maksimal Untuk Para Petani
PT PG Rajawali 2 Kecam Kekerasan terhadap Petani Tebu Jatitujuh, Minta Polisi Tindak Tegas Para Pelaku
Penulis: Ahmad Imam Baehaqi | Editor: Darajat Arianto
Laporan Wartawan Tribuncirebon.com, Ahmad Imam Baehaqi
TRIBUNJABAR.ID, CIREBON - Manajemen PT PG Rajawali II sebagai pengelola PG Jatitujuh menyesalkan insiden penyerangan terhadap petani tebu di Desa Kerticala, Kecamatan Tukdana, Kabupaten Indramayu, beberapa waktu lalu.
Direktur PT PG Rajawali II, Ardian Wijanarko, menyayangkan terjadinya peristiwa yang mengakibatkan korban jiwa dari pihak petani tebu.
Sebab, menurut dia, petani tebu merupakan salah satu mitra strategis yang berpengaruh terhadap kelangsungan produksi pabrik gula.
“Duka cita yang mendalam bagi keluarga yang ditinggalkan, dan kami sangat menyayangkan terjadinya penyerangan terhadap mitra petani tebu di wilayah HGU Jatitujuh," ujar Ardian Wijanarko saat ditemui di PT PG Rajawali II, Jalan Wahidin, Kota Cirebon, Rabu (6/9/2021).
Ia mengatakan, para petani itu merupakan binaan dari PG Jatitujuh dan banyak berkontribusi memasok bahan baku tebu untuk menjaga keberlangsungan produksi gula.
Pihaknya berharap, peristiwa itu tidak terulang kembali di kemudian hari dan tidak mengganggu pola serta hubungan kemitraan yang telah terjalin selama beberapa tahun terakhir.
Selain itu, PT PG Rajawali II juga meminta kepolisian menindak tegas oknum-oknum yang mengganggu aktivitas budidaya tebu di lahan HGU Jatitujuh melalui aksi-aksi kekerasan.
"Kami mempercayakan sepenuhnya kepada aparat penegak hukum, dalam hal ini kepolisian, untuk menangani kasusnya dan menindak tegas para pelaku," kata Ardian Wijanarko.
Baca juga: Nestapa Istri Korban Bentrokan Berdarah di Lahan Tebu, Jadi Janda saat Hamil 7 Bulan, Coba Ikhlas
Ardian menegaskan, PT PG Rajawali II mengecam dan tidak menoleransi aksi kekerasan yang terjadi di wilayah operasional perusahaan.
Ia berjanji akan berupaya semaksimal mungkin untuk menjamin keamanan para petani tebu yang saat ini bekerja menggarap lahan di HGU Jatitujuh.
"Upaya ini dalam rangka menjaga aset negara serta memastikan aktivitas produksi gula untuk memenuhi kebutuhan gula nasional tidak terhambat," ujar Ardian Wijanarko. (*)