Dilakukan di Rebo Wekasan, Salat Tolak Bala 4 Rakaat, Ini Surat yang Dibaca, Perhatikan Tata Caranya

Adapun tata cara melaksanakan salat Tolak Bala Rebo Wekasan, seperti doa yang dibaca dan waktu pelaksanaan.

Editor: Fidya Alifa Puspafirdausi
Tribunjabar.id
ilustrasi salat tolak bala Rebo Wekasan 

TRIBUNJABAR.ID - Dilakukan di hari Rebo Wekasan, sholat tolak bala terdiri dari 4 rakaat.

Adapun tata cara melaksanakan salat tolak bala Rebo Wekasan, seperti doa yang dibaca dan waktu pelaksanaan.

Rabu Wekasan adalah hari Rabu terakhir sebelum memasuki bulan Maulid atau Mulud atau Rabbiul Awal.

Rebo Wekasan ini merupakan salah satu perayaan yang masih dijalankan masyarakat Jawa.

Baca juga: Bacaan Niat Salat Sunah Rebo Wekasan Lengkap dengan Bacaan Doa-doa Tolak Bala Beserta Terjemahannya

Pada tahun ini, Rebo Wekasan jatuh pada besok, Rabu (6/10/2021).

Dikutip dari tanya jawab agama di situs tebuireng.online, Rabu Wekasan adalah tradisi ritual yang dilaksanakan pada hari Rabu terakhir bulan Shafar.

Rabu Wekasan ini digunakan untuk memohon perlindungan kepada Allah SWT dari berbagai macam malapetaka yang akan terjadi pada hari tersebut.

Tradisi Rebo Wekasan sudah berlangsung secara turun-temurun di kalangan masyarakat Jawa, Sunda, Madura, dan lainnya.

Pengasuh Rubrik Tanya Jawab Fiqh Tebuireng online, A Muabrok Yasin, menjelaskan asal-usul tradisi Rebo Wekasan.

Tradisi Rebo Wekasan bermula dari anjuran Syeikh Ahmad bin Umar Ad-Dairobi (w.1151 H) dalam kitab Fathul Malik Al-Majid Al-Mu-Allaf Li Naf'il 'Abid Wa Qam' i Kulli Jabbar 'Anid (biasa disebut: Mujarrobat ad-Dairobi).

Menilik Tradisi Rebo Wekasan di Situs Makam Pangeran Pasarean Cirebon 2
Menilik Tradisi Rebo Wekasan di Situs Makam Pangeran Pasarean Cirebon 2 (tribunjabar/ahmad imam baehaqi)

Anjuran serupa juga terdapat pada kitab Al-Jawahir Al-Khams karya Syeikh Muhammad bin Khathiruddin Al-'Atthar (w. th 970 H), Hasyiyah As-Sittin, dan lainnya.

Dalam kitab-kitab tersebut disebutkan, seorang Waliyullah yang telah mencapai maqam kasyaf (kedudukan tinggi dan sulit dimengerti orang lain) mengatakan, dalam setiap tahun pada Rabu terakhir bulan Safar, Allah SWT menurunkan 320.000 macam bala dalam satu malam.

Oleh karena itu, ia menyarankan umat Islam untuk salat dan berdoa memohon agar dihindarkan dari bala' tersebut.

Tata-caranya adalah dengan salat empat rakaat.

Setiap rakaat membaca surat al Fatihah dan Surat Al-Kautsar 17 kali, Al-Ikhlas 5 kali, Al-Falaq, dan An-Nas 1 kali.

Kemudian setelah salam, membaca doa khusus yang dibaca sebanyak tiga kali.

Waktunya dilakukan pada pagi hari (waktu Dhuha).

Salat Berjemaah
Salat Berjemaah (ILUSTRASI: TRIBUN JABAR/ARI RUHIYAT)

Masih dari penjelasan A Muabrok Yasin, memang ada hadis dla'if yang menerangkan tentang Rabu terakhir di Bulan Safar, yaitu:

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ: آخِرُ أَرْبِعَاءَ فِي الشَّهْرِ يَوْمُ نَحْسٍ مُسْتَمِرٍّ. رواه وكيع في الغرر، وابن مردويه في التفسير، والخطيب البغدادي..

"Dari Ibn Abbas ra, Nabi Saw bersabda: "Rabu terakhir dalam sebulan adalah hari terjadinya naas yang terus-menerus." HR. Waki' dalam al-Ghurar, Ibn Mardawaih dalam at-Tafsir, dan al-Khathib al-Baghdadi. (dikutip dari Al-Hafidz Jalaluddin al-Suyuthi, al-Jami' al-Shaghir, juz 1, hal. 4, dan al-Hafizh Ahmad bin al-Shiddiq al-Ghumari, al-Mudawi li-'Ilal al-Jami' al-Shaghir wa Syarhai al-Munawi, juz 1, hal. 23).

Selain dla'if, hadits ini juga tidak berkaitan dengan hukum (wajib, halal, haram, dan lainnya), melainkan hanya bersifat peringatan (at-targhib wat-tarhib).

Baca juga: Hari Ini Malam Rebo Wekasan atau Arba Mustakmir, Ini Penjelasan Ustaz Abdul Somad soal Hukumnya

Tata Cara Salat Tolak Bala

Dikutip dari iainmadura.ac.id, di pesantren-pesantren, setiap malam Rabu terakhir bulan Safar ba'da salat Maghrib, dilaksanakan kegiatan berupa salat sunah hajat agar menolak bala' (hajat lidaf'il bala').

Salat dilaksanakan empat rakaat, baik dengan dua tasyahud satu salam, dengan niat:

أُصَلِّيْ سُنَّةَ الْحَاجَةِ لِدَفْعِ الْبَلَاءِ أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ لِلهِ تَعَالَى

atau dua tasyahud dua salam, dengan niat:

أُصَلِّيْ سُنَّةَ الْحَاجَةِ لِدَفْعِ الْبَلَاءِ رَكْعَتَيْنِ لِلهِ تَعَالَى

Setelah membaca Al-Fatihah, kemudian membaca:

- Surat Al-Kautsar 17 kali

- Surat Al-Ikhlash 5 kali

- Surat Al-Falaq 1 satu

- Surat An-Nas 1 kali

Hal ini dilakukan tiap rakaat.

Artinya, tiap rakaat membaca semua surat tersebut.

Tradisi Rebo Wekasan
Tradisi Rebo Wekasan (tribunjabar/siti masithoh)

Selesai salat empat rakaat, kemudian membaca doa berikut ini:

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ وَصَلَّى اللهُ تَعَالَى عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ. اللّٰهُمَّ يَا شَدِيْدَ الْقُوَى وَيَا شَدِيْدَ الْمِحَالِ يَا عَزِيْزُ ذَلَّتْ لِعِزَّتِكَ جَمِيْعُ خَلْقِكَ اِكْفِنِيْ مِنْ جَمِيْعِ خَلْقِكَ يَا مُحْسِنُ يَا مُجَمِّلُ يَا مُتَفَضِّلُ يَا مُنْعِمُ يَا مُكْرِمُ يَا مَنْ لَآ إِلٰهَ إِلَّا أَنْتَ بِرَحْمَتِكَ ياَ أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ. اللّٰهُمَّ بِسِرِّ الْحَسَنِ وَأَخِيْهِ وَجَدِّهِ وَأَبِيْهِ اِكْفِنِيْ شَرَّ هٰذَا الْيَوْمِ وَمَا يَنْزِلُ فِيْهِ يَا كَافِيْ فَسَيَكْفِيْكَهُمُ اللهُ وَهُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ وَحَسْبُنَا اللهُ وَنِعْمَ الْوَكِيْلُ وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ. وَصَلَّى اللهُ تَعَالَى عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.

Tata cara ini ada dalam kitab Kanzun Najah Was-surur Karya Syekh Abdul Hamid Qudus, dan Dinuqil dalam kitab Nubdzatul Anwar.

Sesudah salat sunnah membaca:

- Istighfar 70 kali

- Salawat Nabi 100 kali

- Hasbunallah wani'mal wakil 70 kali

- Surat Yasin ketika sampai ayat Salamun qoulan mirrobbir rohim dibaca 313 kali kemudian berdoa:

Ya Allah semoga kita beserta keluarga selamat dari musibah, bala, dan lainnya. Amin.....

Hukum Rebo Wekasan

Dikutip dari SyariahIslam.com, Rebo Wekasan bersumber dari pernyataan dari orang-orang shaleh (Waliyullah).

Penulis kitab sama sekali tidak menyebutkan adanya keterangan dari sahabat maupun ulama masa silam yang menyebutkan hal ini.

Sedangkan sumber syariat Islam adalah Alquran dan sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, tentunya berita semacam ini tidak lantas kita percaya.

Karena kedatangan bencana di muka bumi ini, merupakan sesuatu yang ghaib dan tidak ada yang tahu kecuali Allah.

Dan hal-hal yang ghaib dapat diketahui dengan petunjuk Alquran dan sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Meyakini datangnya malapetaka atau hari sial di hari Rabu terakhir bulan Shafar (Rebo Wekasan) termasuk jenis thiyarah (meyakini pertanda buruk) yang dilarang.

Baca juga: VIDEO Tradisi Unik Warga Indramayu Di Rebo Wekasan, Buat Kue Apem untuk Menolak Bala dan Bersedekah

Karena ini merupakan perilaku dan keyakinan orang Jahiliyah.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لا عدوى ولا طيرة ولا هامَة ولا صَفَر وفر من المجذوم كما تفر من الأسد

“Tidak ada penyakit menular (yang menyebar dengan sendirinya tanpa kehendak Allah), tidak pula ramalan sial, tidak pula burung hantu dan juga tidak ada kesialan pada bulan Shafar. Larilah dari penyakit kusta sebagaimana engkau lari dari singa”. (HR Bukhari, 5387 dan Muslim, 2220).

Al-Hafidz Ibnu Rajab al-Hanbali, mengatakan, “Maksud hadits di atas, orang-orang Jahiliyah meyakini datangnya sial pada bulan Safar.

Ilustrasi Berdoa
Ilustrasi Berdoa (Ilustrasi Ari Ruhiyat)

Maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam membatalkan hal tersebut.

Pendapat ini disampaikan oleh Abu Dawud dari Muhammad bin Rasyid al-Makhuli dari orang yang mendengarnya.

Barangkali pendapat ini yang paling benar. Banyak orang awam yang meyakini datangnya sial pada bulan Safar, dan terkadang melarang bepergian pada bulan itu.

Meyakini datangnya sial pada bulan Shafar termasuk jenis thiyarah (meyakini pertanda buruk) yang dilarang.” (Lathaif al-Ma’arif, hal 148).

Hadratus Syeikh Hasyim Asy’ari pernah ditanya tentang hukum Rebo Wekasan dan beliau menyatakan bahwa, “Semua itu tidak ada dasarnya dalam Islam (ghairu masyru’). Umat Islam juga dilarang menyebarkan atau mengajak orang lain untuk mengerjakannya."

Pendapat Ustadz Abdul Somad

Dipublikasikan di YouTube oleh Nasehat Islam pada 2 Juni 2018, Ustadz Abdul Somad membahas tentang tradisi umat Islam Indonesia di hari Arba Mustakmir atau Rebo Wekasan ini.

Apakah dibolehkan atau tidak dalam Islam dan bagaimana hukumnya?

“Ziarah kubur di hari Rabu terakhir bulan Safar, boleh tidak? Ziarah kuburnya boleh, bagus saja itu. Lalu berdoa memohon kepada Allah agar kita dihindarkan dari segala musibah, ini juga boleh,” jelas Ustadz Abdul Somad.

Sementara terkait keyakinan Allah menurunkan ribuan musibah di hari Rabu terakhir Safar atau Arba Musta’mir, menurutnya itu tak ada haditsnya.

“Itu menurut para ulama tasawuf, mereka dapat itu dari ilham bukan dari hadits Nabi Muhammad. Tapi, kalau mau berdoa meminta dihindarkan dari musibah, silakan saja. mau berdoa sambil bertawasul kepada wali-wali Allah juga boleh,” katanya.

Bertawasul adalah memakai atau menyebutkan nama para wali itu saat berdoa dengan harapan Allah akan mengabulkan doa kita berkat kemuliaan para wali Allah tersebut.

“Misalnya bertawasul dengan Wali Songo. Saat berdoa bilangnya begini: Ya Allah, berkat kemuliaan para wali-Mu ini, aku memohon kepada-Mu, dan seterusnya. Kalau ini boleh,” pungkasnya.

Salat sunah tolak bala rebo wekasan merupakan salat tak wajib yang dilaksanakan setelah terbitnya matahari.

Walau menurut sejumlah ulama, Rasulullah SAW tak pernah melakukannya, konon melaksanakan salat tolak bala di rabu wekasan menjauhkan semua bala yang akan datang kepada diri sendiri, keluarga.

Pelaksanaan sholat sunat Lidaf’il Bala diambil dari keterangan yang tercantum dalam kitab al-Jawahir al-Khomsi halaman 51-52 dilaksanakan pada pagi hari Rabu terakhir bulan Shofar, sebanyak 4 rakaat 2 kali salam.

Niatnya :

Setiap rakaat ba’da fatihah membaca :

- Surat al-Kaustar 17 kali,

- Surat al-Ikhlash 5 kali,

- Surat al-Falaq dan an-Nas masing-masing 1 kali

Sebelum melaksanakan sholat membaca istighfar :

Saya memohon ampun kepada Allah yang Maha Agung. Saya mengakui bahwa tidak ada Tuhan selain Allah. Tuhan yang hidup terus dan berdiri dengan sendiri-Nya. Saya mohon taubat selaku seorang hamba yang banyak berbuat dosa, yang tidak mempunyai daya upaya apa-apa untuk berbuat mudharat atau manfaat untuk mati atau hidup maupun bangkit nanti.

Do’a setelah shalat lidaf’il Bala:

Artinya : “Ya Alloh, aku berlindung kepada-Mu dengan kalimat-Mu yang sempurna dari angin merah dan penyakit yang besar di jiwa, daging, tulang dan urat. Maha Suci Engkau apabila memutuskan sesuatu hanyalah berkata kepadanya, “Jadilah” maka “jadilah ia”.

Artikel ini telah tayang di BanjarmasinPost.co.id dengan judul Jadwal Rebo Wekasan atau Arba Mustakmir 2021, Berikut Amalan Dilakukan di Rabu Terakhir Bulan Safar

(Tribunnews.com/Latifah/Sri Juliati)

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved