Tren Penyebaran Covid-19 Menurun, Indonesia Keluar dari Negara Daftar Merah Inggris
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson akan memangkas "daftar merah" tujuan Inggris dari sebelumnya 54 negara menjadi "hanya" sembilan negara.
TRIBUNJABAR.ID, JAKARTA - Pemerintah Inggris akan membuka lebih banyak negara untuk perjalanan bebas karantina hotel pada akhir pekan ini.
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson akan memangkas "daftar merah" tujuan Inggris dari sebelumnya 54 negara menjadi "hanya" sembilan negara.
Salah satu negara yang dicoret dari daftar merah tersebut adalah Indonesia.
”Kedatangan bagi penumpang yang telah divaksinasi lengkap dari negara-negara seperti Afrika Selatan, Brasil, Meksiko, dan Indonesia tidak lagi harus karantina di hotel selama 10 hari ketika mereka tiba di Inggris. Aturan ini berlaku mulai akhir Oktober," demikian laporan surat kabar The Sunday Telegraph, Minggu (3/10/2021).
Baca juga: UPDATE Covid-19 Dunia, Indonesia Urutan 42 Penambahan Kasus Positif Covid-19, Jauh di Bawah Malaysia
Dalam kebijakan yang berlaku saat ini, warga dari 54 negara, termasuk Indonesia, Afrika Selatan, Brasil, dan Meksiko, harus menjalani karantina di hotel selama 10 hari jika berkunjung ke Inggris.
Kebijakan karantina hotel tentu saja memberatkan karena biaya yang tidak murah. Setiap orang dewasa perlu merogoh kocek £2.285 atau setara Rp 44,1 juta untuk menjalani karantina di hotel.
Namun mulai pekan ini, syarat perjalanan tersebut akan dilonggarkan. Kini, para pelancong yang sudah divaksin lengkap tidak lagi harus menjalani karantina di hotel yang ditunjuk pemerintah selama 10 hari ketika mereka tiba di Inggris.
Perubahan aturan tersebut akan diumumkan, Kamis (7/10).
Perubahan kebijakan ini diprediksi akan menghasilkan lonjakan pemesanan, meningkatkan jumlah penerbangan dan perusahaan perjalanan di Inggris yang telah bertekuk lutut selama pandemi.
Selain memangkas "daftar merah" perjalanan, Perdana Menteri Boris Johnson juga telah berencana melonggarkan aturan perjalanan mulai 4 Oktober.
Johnson akan menghapus daftar kuning untuk tujuan berisiko menengah korona.
Pemerintah Inggris juga tak lagi mewajibkan tes PCR Covid-19 bagi penumpang yang telah menjalani vaksinasi lengkap. Sebagai gantinya, mereka yang tiba di Inggris bisa memilih rapid test yang lebih murah.
Baca juga: BOR Nasional di Bawah 10 Persen, Pengendalian Covid-19 di Indonesia Tunjukkan Perkembangan Bagus
Tren penularan Covid-19 di Indonesia memang sedang menurun. Bahkan kenaikan kasus dan kematian pasien hari ini mencapai angka terendah selama 2021.
Pemerintah melaporkan kasus baru Covid-19 bertambah 1.142 orang pada Minggu (3/10). Lonjakan kasus ini merupakan yang terendah sejak Juni 2020 yakni 1.051 orang.
Penambahan kasus, kemarin, didapatkan dari hasil pemeriksaan terhadap 238.058 spesimen dalam 24 jam terakhir.
DKI Jakarta kembali menjadi provinsi dengan penambahan kasus harian tertinggi, yakni 127 kasus baru, disusul Jawa Timur sebanyak 115 kasus baru, dan Jawa Barat sebanyak 97 kasus baru.
Bali berada di urutan empat terbanyak dengan 71 kasus baru, sementara DI Yogyakarta dan Sulawesi Selatan masing-masing 56 dan 54 kasus Covid baru.
Waspada
Meski tren penularan Covid-19 di Indonesia menurun, ahli virologi dan Guru Besar Universitas Udayana, Prof Dr drh I Gusti Ngurah Kade Mahardika, sempat mengingatkan masyarakat untuk selalu waspada dan tetap menjalankan protokol kesehatan dengan disiplin.
Gelombang ketiga kasus Covid-19, kata I Gusti Ngurah Kade, dimungkinkan kembali terjadi Indonesia tahun 2022.
"Awal 2022, kita bisa mengatakan virus masih ada di sekitar kita, tapi dampak pandemi bisa kita minimalisir. Sekarang gelombang ketiga pasti terjadi," ujarnya dalam diskusi virtual Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Kamis (30/9).
Baca juga: Indonesia Tumbang dari Malaysia, Gagal ke Semifinal Piala Sudirman 2021
Menurutnya, hal ini mengacu pada lonjakan kasus di sejumlah negara yang memiliki cakupan vaksinasi di atas 50 persen. Ia mengambil contoh Singapura yang telah memvaksinasi lengkap 60 persen warganya.
Namun, vaksin membuat tingkat keparahan saat terinfeksi bisa diminimalisasi. Terbukti, jumlah warga Singapura yang masuk RS maupun meninggal sangatlah rendah.
"Persis yang terjadi di Singapura. Tiba-tiba kasus melonjak tajam, tapi kemudian jumlah orang yang meninggal selalu satu digit. 2 atau 3 (kasus), per hari di Singapura," ujar I Gusti Ngurah Kade.
"Vaksin sudah menekan jumlah orang yang masuk RS dan meninggal dunia tetapi tidak dapat mencegah penularan kepada komunitas."
Berdasarkan pola lonjakan yang terjadi sebelumnya di Indonesia, Prof Gusti Ngurah Kade mengatakan, gelombang ketiga Covid-19 dimungkinkan terjadi antara Januari hingga Februari maupun Juli hingga Agustus.
Namun, situasi dan kondisinya tidak separah saat gelombang kedua terjadi pada Juli-Agustus 2021 lalu.
(tribun network/ras/rin/rif/dod)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jabar/foto/bank/originals/vaksinasi-milenial-2.jpg)