Bermula Dari Bisnis Kain Kini Maju dengan Pakaian Wanita Brand Lokal yang Bersiap Masuk Pasar Ekspor

Bermula dari bisnis kain, Teddy Sujadjaja dan Frans sukses mengembangkan bisnis pakaian wanita dengan nama Beneit di masa pandemi Covid-19.

Penulis: Putri Puspita Nilawati | Editor: Darajat Arianto
Dok Beneit
Model pakaian sehari-hari Beneit 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Putri Puspita

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Bermula dari bisnis kain, Teddy Sujadjaja dan Frans sukses mengembangkan bisnis pakaian wanita dengan nama Beneit di masa pandemi Covid-19.

Berbagai bisnis mulai merosot tajam ketika pandemi Covid-19 menerjang, hal ini pun membuat para pelaku usaha harus berjuang untuk tetap bertahan.

Sebagai pelaku usaha kain, Teddy pun merasakan bagaimana penjualan kain di pabriknya harus mengalami penurunan karena banyaknya toko yang tutup.

Namun ternyata ada hal lain yang mencuri perhatian Teddy, karena pada saat itu penjual baju yang bergerak di online, justru tetap datang.

"Pembeli kain yang memiliki toko konvensional berbanding jauh dengan pembeli kain yang memiliki toko online. Justru pedagang di toko online masih tetep membeli kain," ujar Teddy saat ditemui di pabrik kainnya di Jalan Holis, Selasa (28/9/2021).

Teddy pun melihat produksi penjualan dari pengusaha baju online ini tetap bergerak dan justru melaju di masa pandemi.

Hal inilah yang membuatnya memiliki ide untuk memulai usaha produksi pakaian kekinian dengan gaya trend driven dengan harga yang terjangkau.

"Kami ini menjual bahan kain untuk membuat baju perempuan karena saat pandemi ramai baju dengan bahan rayon untuk pakaian rumahan. Lalu Beneit pun kami kembangkan terus, nggak hanya baju rumahan saja," ujar Teddy.

Model pakaian sehari-hari Beneit
Model pakaian sehari-hari Beneit (Dok Beneit)

Teddy mengatakan, kini Beneit menghadirkan pakaian rumah, pakaian sehari-hari, hingga pakaian muslim.

Diakui Teddy, peralihan menuju penjualan digital ini pun tidak mudah baginya. Selama satu bulan, ia belajar untuk masuk ke pasar online yang jumlahnya sudah cukup banyak.

"Awalnya kami membuat 20 artikel dengan memproduksi 120 pakaian. Beneit pun terus memproduksi dan setiap 2-3 bulan sekali menghadirkan artikel baru dengan varian warna yang  berbeda," ujarnya.

Diakui Teddy ia terkejut dengan persaingan harga yang begitu ketat ketika menjual barang di marketplace.

Berjalannya waktu, Teddy pun menargetkan pasar di kelas medium dengan kualitas yang bagus.

Selama masa transisi dari mulai pabrik kain dan produksi pakaian, Teddy melakukan riset.

"Saya jalan-jalan ke mal, memperhatikan orang-orang yang lewat bagaimana gaya pakaian mereka," ucapnya.

Tantangan yang dihadapi dalam menjalankan bisnis fesyen adalah, cepatnya tren motif pakaian yang disukai pasar.

"Jika saya ikutin tren ini, nggak akan bisa karena berubahnya cepet banget sementara produksi butuh waktu. Jadi, beneit menciptakan pasar sendiri sebagai ciri khasnya," ucapnya.

Nantinya pakaian Beneit akan ada ciri khas pita di bagian pinggang atau dada. Model pakaiannya pun bisa digunakan untuk formal dan sehari-hari.

Tidak hanya fokus di penjualan online lokal, Beneit juga sedang mempersiapkan pasar luar negeri.

Saat ini Teddy pun tetap menjalani bisnis kain dan Beneit di masa pandemi dengan harapan bisa membangkitkan usaha lokal untuk bisa dikenal hingga internasional.  (*)

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved