Sama-sama Korban G30S, Pierre Tendean yang Tegas Takluk ke Ade Irma Suryani, Kerap Temani Bermain
Pierre Tendean adalah ajudan AH Nasution, sedangkan Ade Irma Suryani adalah putri bungsu sang Jenderal. Keduanya menjadi korban G30S/PKI.
Penulis: Widia Lestari | Editor: Fidya Alifa Puspafirdausi
Pada peristiwa mencekam Gerakan 30 September atau G30S/PKI, Ade Irma dapat dikatakan menjadi perisai sang ayah yang menjadi sasaran penculikan.
Ia tertembak pasukan bersenjata yang menghujani tembakan di rumahnya.
Punggung anak berusia lima tahun itu ditembus peluru. Ia pun terluka parah dan berlumuran darah.
Melansir dari Kompas.com, Ade Irma Suryani tak menangis meskipun peluru menghujam tubuhnya.
Kala itu, anak kecil itu digendong adik ipar AH Nasution, Mardiah.
Mulanya, Mardiah mencoba menyelematkan keponakannya. Ia menggendong Ade Irma untuk pergi ke kamar lain.
Namun, ia salah membuka pintu sehingga Ade Irma Suryani terkena tembakan.
Ade tetap kuat tidak menangis dan tidak berteriak meskipun tubuhnya tertembak.
Ia bahkan sempat bertatapan dengan sang ayah, sesaat sebelum AH Nasution melarikan diri dari rumah.

Sang jenderal lolos dari pasukan yang mengatasnamakan Tjakrabirawa. Ia melarikan diri melewati dinding pembatas rumahnya.
Setelah malam mencekam itu berlalu, Ade Irma tetap kuat dan tegar meskipun harus terbaring di rumah sakit.
Saat dirawat, ia pun disebut tidak pernah menangis dan tidak pernah mengeluh.
Putri bungsu AH Nasution dirawat di RSPAD Gatot Subroto.
Dilansir Tribunjabar.id dari Kompas.com, ia menjalani sejumlah operasi akibat luka tembak di malam peristiwa G30S/PKI.
Saat dirawat di rumah sakit, Ade Irma pun sempat menyampaikan kata-kata terakhir kepada sang kakak, Hendrianti Sahara Nasution.