Mengenang Kisah Hidup Pierre Tendean, Berkorban Demi Lindungi Jenderal AH Nasution di Malam G30S

Menjadi korban penculikan G30S/PKI bersama sejumlah perwira tinggi militer. Siapa sebenarnya sosok Pierre Tendean?

Penulis: Widia Lestari | Editor: Widia Lestari
Kolase Tribun Jabar (Kompas TV)
Kapten Tendean 

Akhirnya, Pierre Andreas Tendean pun menggantikan ajudan sebelumnya, Kapten Manullang.

Kapten Manullang gugur saat bertugas di Kongo untuk menjaga perdamaian.

Kapten Pierre Tendean semasa muda. (Tangkap layar YouTube KOMPASTV)
Kapten Pierre Tendean semasa muda. (Tangkap layar YouTube KOMPASTV) (-)

Pierre Andreas Tendean dipromosikan sebagai Letnan Satu (Lettu).

Lettu Pierre Tendean pada akhirnya menjadi ajudan Jenderal AH Nasution termuda.

Pada usia 26 tahun, ia sudah mengawal sang jenderal ternama.

Tidak hanya mengawal Jenderal AH Nasution, Lettu Pierre Tendean pun akrab dengan putri Jenderal AH Nasution, Ade Irma Suryani.

Potret berdua mereka bahkan terpajang di Museum AH Nasution.

Namun, kisah hidup Lettu Pierre Tendean sebagai ajudan AH Nasution berakhir tragis.

Masih dilansir Tribunjabar.id dari Kompas.com, saat itu (30/9/1965) Lettu Pierre Tendean biasanya pulang ke Semarang merayakan ulang tahun sang ibu.

Namun, ia menunda kepulangannya karena tugasnya sebagai pengawal Jenderal AH Nasution.

Ia tengah beristirahat di ruang tamu, di rumah Jenderal AH Nasution, Jalan Teuku Umar Nomor 40, Jakarta Pusat.

Namun, waktu istirahatnya terganggu karena ada keributan.

Lettu Pierre Tendean pun langsung bergegas mencari sumber keributan itu.

Ternyata keributan itu berasal dari segerombol orang.

Disebutkan bahwa orang-orang yang datang ke rumah AH Nasution mengatasnamakan sebagai pasukan Tjakrabirawa.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved