Nasib Cakrabirawa, Dulu Pasukan Elite Presiden, Dianggap Pro PKI Lalu Ditumpas, Kabur ke Negara Lain

Sejarah mencatat Cakrabirawa disebut pasukan yang menghabisi nyawa 7 Jenderal, pahlawan revolusi. Akhir nasibnya dibubarkan hingga diburu

Penulis: Hilda Rubiah | Editor: Yongky Yulius
Istimewa
Presiden Soekarno dan Pasukan Cakrabirawa yang menjadi pengawalnya. 

TRIBUNJABAR.ID - Satu dari sisa peristiwa Gerakan 30 September atau G30S adalah Cakrabirawa.

Dalam sejarahnya, Cakrabirawa disebut pasukan yang menghabisi nyawa 7 Jenderal, pahlawan revolusi.

Padahal dulunya, Cakrabirawa adalah pasukan elite Presiden Sukarno yang disegani.

Cakrabirawa resmi dibubarkan pada 28 Maret 1966 di Markas Besar Direktorat Polisi Militer Jalan Merdeka Timur, Jakarta.

Namun, pembubarannya tak selaiknya anggota resimen yang dikembalikan kepada pasukan kesatuan.

Mengingat, Cakrabirawa adalah para personel dari satuan TNI AD, AL, AU dan kepolisian.

Baca juga: Inilah Rumah Jenderal Ahmad Yani, Jadi Saksi Bisu G30S/PKI, Ada Ruangan yang Tak Boleh Difoto

Pembubarannya adalah penumpasan karena para personel Cakrabirawa dianggap terlibat dalam G30S/PKI.

Dikutip dari Intisari, nasib Cakrabirawa dibubarkan dan berakhir secara tragis.

Mereka ditangkap oleh TNI AD, kemudian diinterogasi, disiksa hingga dipenjara tanpa melalui proses pengadilan.

Para personel dianggap melakukan pelanggaran karena terlibat dalam penculikan dan pembunuhan para Jenderal TNI AD.

Demikian, menyadari akan ada penumpasan itu, banyak mantan personel Cakrabirawa berusaha melarikan diri.

Sejumlah personel Cakrabirawa memutuskan kabur dari kejaran tim pemburu hingga kabur ke negara lain.

Sebagai mantan pasukan terbaik, mereka punya cara melarikan diri yang tak sembarangan.

Beberapa dari mereka menyusun strategi melarikan diri secara terencana agar tetap hidup.

Dilansir dari sumber yang sama, beberapa rombongan mantan Cakrabirawa kabur ke Thailand berkat bantuan pejabat yang pro Sukarno.

Mereka kabur ke Thailand secara legal hingga bisa menetap dan menjadi warga Thailand.

Tak sampai di sana, agar tak menimbulkan masalah di masa depan, mereka bahkan menyembunyikan identitas.

Pada awalnya mereka banyak beralih berprofesi menjadi biksu.

Ada juga anggota lainnya yang membuka lahan di hutan.

Saat itu, pada 1970-an lahan-lahan hutan di Thailand bebas dikelola siapapun dan tidak dipungut biaya.

Lahan yang dibuka dan diolah bisa menjadi milik para pengelola.

Tak ayal, akhirnya beberapa dari mereka memanfaatkan momentum tersebut hingga menjadi petani sukses di Thailand.

pasukan Cakrabirawa
pasukan Cakrabirawa (Line Today)

Baca juga: Sempat Ingin Kabur dari Tahanan Ketika Soeharto Berkuasa, Rencana Sukarno Gagal Karena Satu Hal

Umumnya para mantan Cakrabirawa itu kemudian memiliki lahan luas dan memilih menjadi warga negara resmi.

Mereka menikah dengan warga setempat.

Mereka mempunyai ciri dengan kebiasaan berburu di hutan dan sangat mahir menembak.

Selain itu, ketika bertemu dengan orang Indonesia mereka begitu senang.

Namun mereka tetap merahasiakan jati diri sebagai mantan Cakrabirawa.

Terkadang mereka yang berasal dari Jawa Tengah sangat antusias berbicara bahasa Jawa ketika bertemu turis Indonesia.

Mereka tak melupakan jati diri mereka yang dulu sebagai pasukan elite Presiden.

Bahkan waktu tertentu mereka masih berkumpul dan membahas perkembangan sosial politik di Indonesia.

Kendati begitu, mereka telah memiliki prinsip untuk tidak akan pernah pulang ke Indonesia.

Meski peristiwa telah berlalu, mereka meyakini nasib Cakrabirawa akan tetap ditangkap, diinterogasi dan dipenjara.

Umumnya, para mantan Cakrabirawa itu tersebar di Thailand hingga usia lanjut dan telah meninggal.

Sejarah Pasukan Elite Cakrabirawa

Presiden Soekarno dan Pasukan Cakrabirawa yang menjadi pengawalnya.
Presiden Soekarno dan Pasukan Cakrabirawa yang menjadi pengawalnya. (Istimewa)

Sejarah menuliskan, Tjakrabirawa adalah paspampres Presiden Sukarno yang hingga kini dianggap sebagai pendukung PKI.

Dilansir Instisari dari buku yang ditulis Asvi Arwan Adam dkk, berjudul ‘Maulwi Saelan Penjaga Terakhir Soekarno’ terbitan Kompas Gramedia (2014) dikisahkan sejarah Cakrabirawa.

Pasukan pengawal Presiden Sukarno dibentuk sebelum Proklamasi Kemerdekaan dikumandangkan.

Sebelum kemerdekaan, telah dibentuk polisi istimewa untuk mengawal presiden, saat itu dalam bahasa Jepang disebut Tokubetsu Keisatsu Tai.

Namun di Jakarta, polisi istimewa itu dijuli sebagai Polisi Macan dipimpin Gator Suwiryo.

Baca juga: Pengakuan Ratna Sari Dewi, Ungkap Soekarno Sosok yang Bermartabat, Punya Magnet: Bagai Kamus Hidup

Pada 1945, Polisi Macan dipindahkan Gatot menjadi pasukan pengawal pribadi presiden (Tokomu Kosaku Tai) dipimpin Mangil Martowidjojo.

Kemudian pasukan ini bermarkas di Kantor Pusat Kementerian Negara dan Gedung Kementerian Dalam Negeri (kini Jl Veteran) di bawah pimpinan Raden Said Soekanto.

Ada beberapa tugas dari pasukan pengawal pribadi Presiden itu, di antaranya:

- Mengamankan perayaan Proklamasi Kemerdekaan RI 17/8/1945

- Membantu pengamanan Rapat Raksasa di Lapangan Ikada pada bulan September 1945

- Mengawal rombongan Presiden dan Wakil Presiden dalam perjalanan secara rahasia menggunakan kereta api dari Jakarta menuju Yogyakarta pada 3 Januari 1946

Saat itu, pasukan ini dinilai berhasil mengungsikan rombongan Presiden dan Wapres ke Yogyakarta.

Kemudian, pada 1947 Said Soekanto membentuk kesatuan khusus bernama Pasukan Pengawal Presiden (PPP) dan dikomandani oleh Mangil.

Tugas utama PPP adalah menjaga keselamatan Presiden dan Wakil Presiden beserta seluruh anggota keluarganya.

Hingga tahun 1962, meski sudah mendapatkan pengawalan dari PPP, upaya pembunuhan terhadap Sukarno masih terjadi.

Mengingat banyak ancaman yang mengincar jiwa Sukarno

Jenderal AH Nasution mengajukan untuk membebntuk pasukan pengawal istana Presiden ( PPIP).

Hal itu disampaikan Letkol CPM Sabur menghadap Sukarno ke Istana Merdeka soal rencana pembentukan pasukan yang lebih sempurna itu.

Namun, saat itu Presiden Sukarno menolaknya.

Pasalnya secara bersamaan Mangil sudah membentuk Detasemen Kawal Pribadi (DKP) yang dirasa Sukarno sudah cukup.

Namun, Letkol CPM Sabur ajudan Presiden tetap mendesak Sukarno untuk membentuk PPIP hingga disetujui.

Dalam pembentukkannya, Sukarno menunjuk Letkol CPM Sabur sebagai komandan dan dipercaya merekrut anggot PPIP tersebut.

Tak ayal, PPIP pun dibentuk yang pasukannya berasal dari semua angkatan TNI AD, AU, AL dan kepolisian.

Pasukan tersebut diresmikan Sukarno pada 6 Juni 1962 dan berganti nama menjadi Cakrabirawa.

Letkol Subur tetap ditunjuk menjadi komandan dan mendapat kenaikkan pangkat sebagai Brigjen.

Sementara wakil komandan dijabat oleh Kolonel Maulwi Saelan.

Nama Cakrabirawa diambil dari dunia pewayangan.

Baca juga: Teka-teki Peristiwa Gerakan 30 September (G30S) Terungkap, Ini Alasan Mengapa Soeharto Tidak Diculik

Tjakrabirawa adalah senjata pamungkas Prabu Kresna yang kesaktian. Jika dilepas bisa menyebabkan malapetaka bagi musuhnya.

Dikutip dari buku berjudul ‘Bung Karno Penyambung Lidah Raykat Indonesia’, pasukan Cakrabirawa tak sembarangan.

Pasukan Cakrabirawa berkekuatan 3000 personel berasal dari keempat angkatan bersenjata.

Setiap personel Cakrabirawa berasal dari pasukan andal berlatar belakang pejuang berpengalaman.

Para personel direkrut dari bekas pasukan Raider Angakatn Darat, Korps Komando (KKO) Angkatan Laut, Pasukan Gerak Tjepat (PGT) Angkatan Udara, dan Batalyon KK (Kawal Kehormatan).

Kemudian pasukan Cakrabirawa tersebut tersebar di beberapa wilayah markas dan memiliki 4 Batalyon I - IV.

Batalyon I dan II bertugas di Jakarta, lalu Batalyon III dan IV menjaga Istana Bogor, Cipanas (Cianjur), Yogyakarta dan Tamparksiring (Bali).

Sementara itu, Batalyon I KK diisi personel dari TNI AD dipimpin Mayor Eli Ebram.

Namun, Mayor Eli Ebram hanya menjabat satu tahun kemudian naik pangkat menjadi Letkol.

Eli Ebram diganti Letkol Untung yang pindah dari Kodam VII/Diponegoro, Jawa Tengah.

Dalam sejarah G30S/PKI inilah, Letkol Untung pentolan Cakrabirawa dari Batalyon I pimpinan Lettu Dul Arif, disebut menjadi motor utama dalam penculikan dan pembunuhan ketujuh Jenderal TNI AD, yang merupakan pahlawan revolusi.

Akibat aksi Letkol Untung dan Lettu Dul Arif lantas nama Cakrabirawa tercoreng.

Khususnya oleh pemerintah orde baru, yang menganggao semua personel Cakrabirawa sebagai pendukung PKI.

Hingga akhirnya pasukan Cakrbirawa dibubarkan pada 28 Maret 1966.

Tak hanya personel, para petinggi Cakrabirawa turut ditangkap dan dipenjarakan tanpa proses pengadilan.

Selepas iu, pengamanan Presiden dan Wapres dipercayakan pasukan Angkatan Darat yang selanjutnya dibentuk sebagai Pasukan Pengaman Presiden ( Pasmpampres) di era Presiden Soeharto.

Artikel ini diolah dari Intisari berjudul Awalnya Mempunyai Jabatan Penting Sebagai Pasukan Elite Pengawal Presiden, Anggota Cakrabirawa Justru Sampai Diburu oleh TNI AD Sampai Lari ke Negara Ini dan Pilih Ganti Profesi Ini

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved