Kisah Lain G30S/PKI: Isu CIA di Balik Dalang Penggulingan Pemerintahan Soekarno

Tak banyak diketahui, pada detik-detik pergulingan antara tanggal 30 September ke tanggal 1 Oktober telah terjadi suatu peristiwa kelam di Jakarta

Intisari
Pahlawan revolusi korban G30S/PKI. 

Pimpinan Angkatan Darat kemudian secara langsung dipegang oleh presiden dan untuk menyelesaikan tugas sehari-hari sementara ditunjuk Mayor Jenderal Pranoto Reksosamudro Asisten III Men/Pangad.

Sedangkan Panglima Kostrad Mayor Jenderal Suharto ditugaskan untuk mengadakan pemulihan keamanan dan ketertiban yang bersangkutan dengan peristiwa 30 September.

Amanat kedua pada 3 Oktober intinya adalah tuduhan terhadap Angkatan Udara RI seakan-akan tersangkut dalam peristiwa G30S adalah tidak benar.

Letjen Sintong Panjaitan Pimpin Penumpasan PKI

Pelaku sejarah penumpasan G30S/PKI, Letjen Purn Sintong Panjaitan menanggapi isu kebangkitan PKI yang dilontarkan sejumlah pihak di Tanah Air.

Pernyataan Mantan Danjen Kopassus (dulu bernama Resiman Para Komando Angkatan Darat/RPKAD) ini dilontarkan dalam Podcast di kanal YouTube Puspen TNI.

Dalam wawancara tersebut, awalnya Sintong mengungkap kembali perannya menumpas Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia (G30S/PKI).

Kisah Sintong ini sudah ditulis dalam buku berjudul Sintong Panjaitan: Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando, yang ditulis Hendro Subroto.

Sintong Panjaitan dan Benny Moerdani
Sintong Panjaitan dan Benny Moerdani (Repro buku Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando)

Sintong Panjaitan alumni dari Akademi Militer Nasional Angkatan 1963, adalah anggota RPKAD (kini Kopassus) yang masuk dalam kompi Lettu Feisal Tanjung, semula diterjunkan sebagai sukarewan Dwikora ke Serawak.

Karena status kompi itu dalam operasi tersebut berupa sukarewalan Dwikora, para personil harus menanggalkan semua atribut resmi personil RPKAD, tak terkecuali kartu anggota.

Namun saat penerjunan pesawat Hercules yang membawa pasukan RPKAD ditembaki pasukan Inggris di Serawak hingga terpaksa berputar kembali ke Kalimantan.

Celakanya saat pesawat kembali ke Indonesia, pesawat yang membawa Sintong dan rekannya juga ditembaki artileri Indonesia karena dikira pesawat musuh.

Namun akhirnya semua pasukan selamat.

Usai apel pagi 1 Oktober 1965, Sintong diberitahu Lettu Faisal Tanjung yang telah mendapat briefing dari Komandan RPKAD Kolonel Sarwo Edhie bahwa operasi penerjunan ke Kuching dibatalkan.

Kompi Tanjung pun dikembalikan sebagai kompi reguler dan akan ditugaskan dalam operasi penumpasan gerombolan G30S yang kabarnya masih belum jelas benar pagi itu.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Medan
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved