PPKM Diperpanjang
PPKM Berakhir Hari Ini, Akan Diperpanjang Lagi atau Tidak? Ini Data Covid-19 dalam Sepekan
Perpanjangan Pemberlakuan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Jawa-Bali dijadwalkan berakhir hari ini. Apakah PPKM Jawa-Bali akan kembali diperpanjang?
"Seperti di Jawa Timur masih tinggi. Jangan-jangan seperti api dalam sekam. Banyak orang yang tidak dites, jadi terlambat, mengalami pemberatan, lalu meninggal," ungkap Windhu.
Dia menambahkan, saat ini banyak kematian di luar rumah sakit. Windhu menuturkan meskipun kasus di daerah mulai rendah, tapi kalau kematiannya rendah berarti ada sesuatu.
Terkait perpanjangan PPKM, menurut Windhu tidak penting apapun namanya, tapi yang harus diperhatikan adalah indikatornya. PPKM yang telah berjalan beberapa waktu terakhir mengalami perbedaan dari PPKM awal.
"Ndak penting nama itu perpanjangan atau apa wong nyatanya perpanjangan-perpanjangan tapi yang terjadi pelonggaran-pelonggaran," kata Windhu.
Selain itu Windhu menyoroti pentingnya melakukan testing dan tracing yang lebih kuat. Dia menyebut ada beberapa daerah yang sudah bagus tracingnya sudah melewati batas minimal Kemenkes.
Baca juga: Pelaku Usaha Pariwisata Sempat Kibarkan Bendera Putih Saat PPKM Level 4, Ini Respons Sandiaga Uno
"Tapi celakanya kontak erat yang ditemukan tidak dilanjutkan dengan testing. Yang dilanjutkan tidak sampai 50%. Bayangkan untuk apa melakukan tracing. Bahkan ada daerah yang hanya 7%," imbuh Windhu.
Menurut Windhu juga, banyak daerah yang tidak mengerti tujuan tracing. Seakan-akan tracing hanya untuk laporan saja.
Padahal, kata dia, tujuan tracing adalah untuk memutuskan rantai penularan. Kegiatan tracing harus dilanjutkan dengan testing untuk menemukan kasus positif untuk kemudian diisolasi.
"Kontak erat yang ditemukan oleh para tracer sebaiknya dipersuasi untuk melakukan testing atau nakes di puskesmas jemput bola. Yang harus mendorong itu harus dari pemerintah pusat," pungkas Windhu.
Indikator PPKM jangan diubah-ubah
Senada dengan Windhu, Epidemiolog Universitas Griffith Dicky Budiman menyoroti indikator PPKM yang diubah-ubah. Dari beberapa PPKM sebelumnya meskipun levelnya sama, tapi ketentuannya berbeda.
"PR kita selama ini juga adalah konsistensi terhadap indikator itu, jangan diubah-ubah, jangan dilonggar-longgarkan. Levelnya masih sama level 4 tapi pelonggarannya berbeda, nggak boleh seperti itu. Nanti nggak ada patokan yang jelas dan itu berbahaya," tegas Dicky pada Kompas.com, Minggu (22/8/2021).
Selain itu dia juga menyoroti terkait kasus Covid-19 yang tidak terdeteksi. Menurutnya saat ini masih ada sekitar 100.000-an kasus per harinya.
"Sayangnya kita masih di 100.000-an kasus infeksi kita ini, artinya masih terlalu banyak yang belum terdeteksi,"
Lalu kasus kematian akibat Covid-19 juga masih tinggi. Meskipun menurutnya angka yang ada sudah turun, tapi turunnya tidak banyak.
"Kematian saat ini masih tinggi. Ini artinya kita harus perbaiki respon kita. Kita harus temukan kasus-kasus infeksi ini," tutur Dicky.
Dia memberi saran terkait penanganan Covid-19 kepada pemerintah, berikut ini poin-poinnya:
- Strategi berbasis sains dan pengalaman empiris
- Respon awal cepat, tepat dan kuat
- Tidak menunggu. Lebih baik 'overreact’ daripada menunggu dan mengamati
- Covid adalah penyakit baru dengan segala ketidakpastiannya
- Komitmen dan konsistensi sangat penting.
Selain itu Dicky menyebutkan beberapa faktor yang dapat menghambat keberhasilan penanganan Covid-19:
- Lemahnya system surveillance termasuk dukungan laboratorium untuk deteksi kasus
- Illiteracy keterbatasan pengetahuan dan implementasi strategi pencegahan
- Kurangnya dukungan politik, adanya prioritas lain
- Infodemic. Adanya informasi yang mereduksi upaya
- Lemahnya transparansi dan komunikasi risiko
- Intervensi kebijakan masih dominan tidak berbasis riset dan data.
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul PPKM Berakhir Hari Ini, Perlukah Diperpanjang? Simak Data Covid Sepekan dan Evaluasi Epidemiolog
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jabar/foto/bank/originals/pemakaman-tpu-cikadut-malam-hari-1.jpg)