Kisah Pilu Apih Uta, Maestro Rebab Tunanetra Asal Subang yang Kini Harus Ngamen di Pasar

Maestro rebab ternama di Kabupaten Subang, Apih Uta, kedapatan sedang mengamen di pelataran Pasar Purwadadi, Kabupaten Subang.

Penulis: Irvan Maulana | Editor: Hermawan Aksan
Tribun Jabar
Apih Uta, sang maestro rebab terkenal itu, kedapatan sedang mengamen di pelataran Pasar Purwadadi, Kabupaten Subang, Jawa Barat, Rabu (11/8/2021). 

Laporan Kontributor Tribun Jabar, Irvan Maulana

TIBUNJABAR.ID, SUBANG - Imbas PPKM darurat memang berdampak terhadap banyak sektor, khususnya pariwisata dan kebudayaan, bahkan warga yang ingin resepsi atau hajatan pun selalu dibatasi.

Akibatnya, beberapa sektor ekonomi dalam bidang tersebut terdampak, seperti pekerja seni.

Mereka bergantung hidup pada musim hajatan karena dengan hajatan mereka bisa bekerja dan mendapat penghasilan.

Kabar buruk juga menimpa maestro rebab asal Purwadadi, Kabupaten Subang.

Baca juga: Pengamen Angklung Lampu Merah Sinta Subang Mangkal Lagi, Sempat Keliling di Masa PPKM

Rebab merupakan alat musik tradisional pelengkap dalam pertunjukan topeng, tari jaipong, dan pertunjukan wayang golek.

Ketika ditemui Tribun Jabar pada Rabu (11/8/2021), maestro rebab ternama di Kabupaten Subang, Apih Uta, kedapatan sedang mengamen di pelataran Pasar Purwadadi, Kabupaten Subang.

Padahal Apih Uta merupakan nama paling fenomenal di dunia seni karena kepiawaiannya bermain rebab.

Namun nahas. Sang maestro rebab kini justru terpaksa harus mengamen karena sudah 6 bulan ia tak dapat tampil di acara hajatan.

"Daripada berdebu gak kepake, mending saya pake ngamen aja," ujar Apih Uta dengan nada tersedu di sela istirahat dalam aktivitas mengamennya.

Sosok kakek tunanetra tersebut memang tidak asing di dunia rebab, terbukti ketika beberapa pengunjung pasar sengaja mampir.

Beberapa di antanya bahkan sembari membawakan air minum untuknya.

Nada lirih yang keluar dari bibir Apih Uta seolah menunjukkan bahwa ia sedang sengsara.

"Kalau musim hajatan saya mungkin bisa mencari nafkah, pas corona di awal taun kemarin juga masih bisa bertahan hidup."

"Tapi pas larangan hajatan pake hiburan 6 bulan lalu itu saya benar-benar kehilangan penghasilan," kata Apih Uta.

Kondisi itu bahkan dialami Apih Uta sejak awal tahun lalu.

Beberapa komunitas seniman atau komunitas pemusik yang tahu kondisi Apih Uta sempat menggalang dana untuk membantu meringankan biaya hidup keluarga Apih Uta.

Apih Uta memang tak dapat melihat seperti apa riuhnya kondisi pandemi.

Tapi perutnya ikut merasakan bagaimana sulitnya pandemi. 

Suara dawai rebab yang indah dari jemari Apih Uta kini tak lagi bisa menunjang kebutuhan hidupnya.

Secara terpisah, tokoh seniman sekaligus penyair ternama di Subang, Aan Ikhsan Gumelar, mengatakan, kondisi yang dialami Apih Uta seharusnya tak pantas dibiarkan.

"Suara gesekan rebab menjerit di masa pandemi, ternyata berasal dari pengamen Pasar Purwadadi, iya betul."

"Dia sang maestro seniman rebab tunanetra kebanggaan Subang," ujar Aan ketika dihubungi Tribun, Rabu (11/8/2021).

Ia lantas mengatakan, Apih Uta merupakan satu-satunya juru rebab yang tersisa untuk pertunjukan topeng di Subang.

Aan juga menyayangkan sikap pemerintah yang acuh tak acuh terhadap nasib sang pelaku seni dan pelestari budaya ternama seperti Apih Uta.

"Turut prihatin, teriris rasanya melihat kondisi Apih Uta."

"Saya kira bukan hanya Apih Uta memang tak dapat melihat."

"Pemerintah juga tak dapat melihat," ucapnya. (*)

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved