Sejarah Sumedang
Rumah Asri di Sumedang Ini Mencuri Perhatian, Punya Ciri Khas Bangunan Karya Soekarno, Ini Cirinya
Ini rumah asri di Sumedang yang punya ciri khas dengan bangunan karya Soekarno.
Penulis: Kiki Andriana | Editor: taufik ismail
Laporan Kontributor Tribun Jabar.id Sumedang, Kiki Andriana
TRIBUNJABAR.ID, SUMEDANG - Jika Anda akrab dengan arsitektur Ir Soekarno dan kebetulan melintas di Jalan Kebon Kol, Sumedang, Jawa Barat, Anda pasti akan mengarahkan mata, melirik sebuah atap rumah di belakang pom bensin mini.
Jauh sebelum menjadi presiden pertama Republik Indonesia, Bung Karno memang pernah berprofesi sebagai arsitek, seusai menyelesaikan kuliah di Technische Hoogeschool te Bandoeng atau Institut Teknologi Bandung (ITB) sekarang.
Rumah di Jalan Kebon Kol, Kelurahan Regol Wetan, Kecamatan Sumedang Selatan itu menarik perhatian karena pada bubungan atapnya ada ornamen menyerupai palu gada.
Ornamen palu gada disebut-sebut sebagai ciri khas bangunan yang diarsiteki Soekarno. Ciri lainnya adalah bentuk atap limas dan penggunaan kaca patri.
TribunJabar.id menayangkan berita tentang bangunan-bangunan yang diarsiteki Soekarno pada 7 Agustus 2017.
Berita berjudul "Begini Ciri Khas Bangunan Karya Presiden Soekarno di Kota Bandung" itu mengutip Haryoto Kunto bahwa ciri khas arsitektur bikinan Bung Karno adalah atap limas dan ornamen gada di puncak atap.
Namun, Mumuh Mutia (56), pemilik rumah di Jalan Kebon Kol, Sumedang, mengaku tak tahu soal siapa yang membuat arsitektur rumah itu, meski ia sendiri dilahirkan di tempat tersebut.
"Rumah yang membuat saya sangat betah untuk tinggal di sini ini, saya sendiri tak tahu apakah ini arsiteknya Bung Karno atau bukan," kata Mumuh sambil duduk di bangku jalinan rotan kuno namun terawat di teras rumahnya, Senin (9/8/2021).
Mumuh mengatakan, setahu dia, rumah itu pertama kali dimiliki oleh buyutnya.
Kemudian dipelihara oleh neneknya, Iyus sebelum akhirnya jatuh kepemilikannya kepada ayah dan ibunya, Asep Brata dan Raden Isah.
Rumah dengan ornamen satu gada di bubungannya itu bercat putih dengan aksen warna hitam pada setengah bagian bawahnya.
Cat hitam itu terpulas pada bagian dinding yang tersusun dari batu-batu. Sementara cat putih mewarnai dinding halusnya.
Baik jendela, pintu, maupun celah tak tembus dengan maksud pencahayaan rumah, semuanya memakai kaca tebal yang dipatri.
Kaca-kaca persegi panjang kecil disusun rapi dengan menonjolkan kesan zigzag. Sistem patrilah yang merekatkan kaca-kaca tersebut.
"Bangunan ini masih asli. Tidak banyak dirombak keculali penggunaan genting yang hampir 40 persennya baru. Genting lama sudah banyak yang bocor," kata Mumuh sambil sesekali menggendong cucunya.
Di rumah itu, Mumuh tinggal bersama dua anaknya dan sejumlah cucu.
Pernah beberapa kali Mumuh tinggal di rumah kakaknya di Jakarta untuk waktu beberapa pekan. Namun, rasa kangen terhadap rumah cantik terawat di Jalan Kebon Kol itu selalu menyergapnya.
"Tak pernah betah tinggal di selain rumah ini," katanya.
Rumah itu memiliki halaman yang dijadikan taman. Ditumbuhi rumput dan beberapa tanaman Kibangor. Rumah itu berteralis yang juga bercat putih.
Di luar teralis, ada pom bensin mini dan warung kopi. Mumuh, pasti bakal kena omel kakak-kakaknya karena mengizinkan orang lain berdagang, apalagi menutupi keindahan rumah itu, tidak bisa berbuat lebih selain mengizinkan.
Alasan kasihan terbersit di benak Mumuh.
"Untungnya mereka (Kakak-kakak) tidak tahu," kata bungsu dari 13 bersaudara itu.
Ketika TribunJabar.id memuji keindahan rumah itu, Mumuh berseloroh bahwa nyaris setiap orang tertarik, bahkan hanya sekedar memandang rumah itu.
Lebih jauh ada yang menawar. Tetapi Mumuh tak pernah berniat menjual rumah itu.
"Tidak dijual dan tidak akan diubah bentuknya ke bentuk apapun. Dibiarkan asli begini," katanya.
Kepala Dinas Pariwisata Kebudayaan Pemuda dan Olahraga (Disparbudpora) Hari Santosa mengatakan akan melakukan pengecekan dan kajian terhadap bangunan rumah yang mirip dengan ciri khas bangunan karya Soekarno itu.
"Lewat bidang kepurbakalaan, kami akan cek dan kaji segera," katanya saat dihubungi Tribun melalui sambungan seluler.
Baca juga: Sosok Kiai di Cianjur, Bung Karno Kerap Meminta Didoakan, Pesawat Tentara Belanda Pun Dibuat Jatuh