MotoGP
Valentino Rossi Mundur dari MotoGP, Ungkap Kesedihan Terbesar selama Kariernya
Valentino Rossi mengungkapkan kesedihan terbesar yang ia alami selama berkarier di kelas MotoGP.
TRIBUNJABAR.ID - Valentino Rossi mengungkapkan kesedihan terbesar yang ia alami selama berkarier di kelas MotoGP.
Pebalap veteran asal Itaia ini mengungkapkan kesedihan terbesar itu dalam konferensi pers bersama Dorna Sports, penyelenggara MotoGP, Kamis (5/8/2021) malam WIB.
Konferensi pers itu digelar untuk mengumumkan keputusan Valentino Rossi yang akan pensiun pada akhir musim 2021.
"Saya mengatakan saya akan mengambil keputusan soal masa depan setelah liburan musim panas, dan saya memutuskan untuk berhenti pada akhir musim ini," kata Rossi, dikutip kompas.com dari laman resmi MotoGP.
Baca juga: Rossi Mundur dari MotoGP Setelah 25 Tahun Berkarier: Hidup Saya Akan Berubah
"Sayangnya, ini akan menjadi setengah musim terakhir saya sebagai pebalap MotoGP."
"Ini sulit, ini momen yang sangat menyedihkan karena sulit untuk mengatakan dan mengetahui bahwa tahun depan saya tidak akan balapan dengan motor," katanya.
"Saya sudah melakukan ini (balapan) selama kurang lebih 30 tahun!" ucap Rossi, yang kini berusia 42 tahun.
"Tahun depan, hidup saya akan berubah."
"Namun, itu luar biasa, saya sangat menikmatinya."
"Ini adalah perjalanan yang sangat panjang dan sangat menyenangkan," tutur Rossi.
Setelah mengumumkan keputusannya untuk pensiun, Rossi ditanya terkait hal yang ia sesali selama berkarier di dunia balap.
Baca juga: Ucapan Kehilangan Mereka yang Tak Lagi Bisa Bertarung dengan Valentino Rossi di Lintasan MotoGP
Rossi mengatakan bahwa ia tak pernah menyesal dengan segala keputusan atau hal yang ia alami selama berkarier.
Namun, dia tak memungkiri adanya momen yang sampai saat ini masih terasa menyedihkan, yakni kegagalan meraih gelar juara pada musim 2015.
Pada MotoGP musim 2015, Rossi sejatinya berpeluang meraih gelar ke-10 di semua kategori balapan.
Perincian sembilan gelar lainnya adalah tujuh kali juara di kelas MotoGP atau 500cc, dan masing-masing satu kali di kelas 250cc serta 125cc.
Namun, Rossi gagal menuntaskan peluang emas tersebut dan kini menjadi kesedihan terbesar dalam kariernya.
Momen itu menjadi kesedihan terbesar karena Rossi sejatinya merasa layak menjadi juara tetapi kenyataan justru berkata lain.
"Saya sedih karena tidak berhasil memenangi gelar ke-10 pada 2015."
"Terutama, karena saya merasa pantas mendapatkannya karena level dan kecepatan saya pada balapan terakhir," kata Rossi, dikutip dari Speedweek.
"Akan tetapi, itu tidak bisa diubah lagi."
"Secara keseluruhan, saya tidak bisa mengeluh tentang hasil dalam karier saya," ujar Rossi.
Pada musim 2015, Rossi yang membalap bersama Yamaha finis di peringkat kedua dengan raihan 325 poin.
Pebalap berjulukan The Doctor itu hanya tertinggal lima poin dari rekan setimnya yang kemudian menjadi juara, Jorge Lorenzo.
Di samping itu, MotoGP musim 2015 juga diketahui sebagai awal rivalitas yang terbangun antara Rossi dan Marc Marquez.
Diawali insiden yang terjadi pada seri MotoGP Argentina, 19 April 2015, rivalitas antara Rossi dan Marc Marquez kemudian berlanjut hingga seri-seri berikutnya.
Ajang balap MotoGP Malaysia di Sepang pun menjadi puncak kontroversi antara Rossi dengan Marquez.
Puncak dari perseteruan kedua pebalap tersebut adalah kejadian Marc Marquez yang dijatuhkan oleh Valentino Rossi pada lap ke-7.
The Baby Alien, julukan Marquez, tersungkur, sedanhkan Rossi finis di urutan ketiga.
Akan tetapi, Rossi mendapat sanksi dari Dorna dan Federasi Motor Internasional (FIM), yakni harus memulai balapan dari posisi paling belakang pada lomba putaran terakhir di Valencia.
Sanksi tersebut membuat Rossi tak bisa menjegal rekannya sendiri, Jorge Lorenzo, dalam mengejar gelar juara MotoGP 2015.
The Doctor finis keempat di Valencia, sementara Lorenzo terdepan sekaligus menyabet kampiun MotoGP. (*)