Belajar dari Aep Difabel Asal Purwakarta, Tak Menyerah di Tengah Pandemi, Karyanya Laku di Pasaran
Kita sepertinya harus berkaca ke Aep, difabel yang tak menyerah di tengah kondisi pandemi.
Penulis: Dwiky Maulana Vellayati | Editor: taufik ismail
"Bagi saya, keluarga adalah sumber inspirasi untuk terus berjuang. Saya pun memiliki cita-cita ingin mengajak teman-teman sesama difable dalam usaha yang saya lakoni ini," tutur Aep.
Aep mengatakan, sangkar burung adalah kerajinan pertamanya yang menghasilkan uang.
"Itu tahun 2011-an. Tapi, semenjak adanya pandemi Covid-19 ini saya mulai membuat kerajinan lain seperti miniatur kapal pinisi, dudukan lampu, dan lainya," kata Aep.
Aep mengaku, untuk kreasi-kreasi yang rumit, karyanya memang masih harus terus disempurnakan.
"Mungkin belum rapi. Tapi, saya terus belajar, mencoba membuat lagi. Intinya, jangan menyerah. Terus berusaha," kata Aep.
Aep mengatakan, berbagai produk kerajinannya ia jual secara daring. Namun, ada juga yang dijual melalui teman-temannya. Harganya bervariasi. Mulai dari Rp 50 ribu hingga Rp 500 ribuan.
Hari-hari ini, kata Aep, ia tengah sibuk mengerjakan miniatur kapal pesiar dari sebuah perusahaan besar di Indonesia.
"Katanya, perusahaan itu akan memajangnya di kantornya," kata Aep.
Aep mengatakan, sejauh ini penjualan miniatur kapal pesiar masih di lingkup Jawa Barat.
"Namun, untuk sangkar burung, penjualannya sudah sampai Sumatera."
Aep mengatakan, mempelajari pembuatan kerajinan ini secara otodidak. "Belajar dari internet," katanya.
Aep berharap, semua penyandang difabel atau yang mengalami keterbatasan fisik seperti dirinya tidak patah semangat dalam menjalani hidup.
"Jangan mengeluh dengan apa yang dialami. Kita hanya bisa terus berkarya dan tetap semangat," kata Aep.
Baca juga: Kisah Aep Penyandang Disabilitas di Purwakarta, Karyanya Miniatur Kapal Pesiar Laku di Pasaran