Belajar dari Aep Difabel Asal Purwakarta, Tak Menyerah di Tengah Pandemi, Karyanya Laku di Pasaran

Kita sepertinya harus berkaca ke Aep, difabel yang tak menyerah di tengah kondisi pandemi.

Penulis: Dwiky Maulana Vellayati | Editor: taufik ismail
Tribun Jabar/Dwiky
Aep Saepudin (40) penyandang disabilitas saat mengerjakan miniatur kapal pesiar dikediamannya di Kampung Sukamaju, Rt 11 Rw 06 Desa Pasawahan, Kecamatan Pasawahan, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat. 

TRIBUNJABAR.ID, PURWAKARTA - Situasi pandemi Covid-19 menyulitkan hampir semua pihak dan orang.

Namun, sejumlah kesulitan di tengah pandemi Covid-19 tak menyurutkan semangat Aep Saepudin (40).

Aep merupakan penyandang difabel, warga Kampung Sukamaju, Desa Pasawahan, Kecamatan Pasawahan, Kabupaten Purwakarta.

Ia terus berkarya mulai dari membuat sangkar burung cantik hingga miniatur kapal pesiar yang rumit.

Aep mengaku, semangat untuk membuat berbagai jenis kerajinan itu muncul justru karena keterbatasan dirinya.

Dengan terus berkarya dan menghasilkan sesuatu yang bermanfaat dan memiliki nilai ekonomis, ia bisa mandiri.

Bisa menghidupi diri dan keluarganya tanpa mengandalkan belas kasihan dari orang lain.

Asep bercerita, kedua kakinya mengalami kelumpuhan permanen setelah terjatuh dari ayunan saat usianya masih dua tahun.

"Kata orang tua saya begitu. Jatuh dari ayunan membuat saya tidak bisa berjalan lagi, saraf-sarafnya sudah tidak berfungsi," kata Aep saat ditemui di kediamannya, Rabu (4/8/2021).

Agar bisa ke sana-kemari, Aep mengandalkan dua bilah tongkat sebagai alat bantu jalan.

Meski langkahnya agak lambat, Aep selalu bersemangat. Aep juga menyenangkan dan murah senyum.

Pada awalnya, kata Aep, ia kerap minder dengan kondisinya.

"Namun perlahan rasa minder itu hilang. Saya bertekad untuk terus berkarya, tak mau mengandalkan belas kasihan dari orang lain," ucapnya.

Aep mengaku, ia memang memiliki hobi berkreasi sejak dulu. Mulai dari membuat layang- layang, membuat kandang ayam dan sangkar burung yang cantik.

Meski belum banyak menghasilkan, Aep mengaku optimistis bahwa usaha yang ia rintis itu akan berkembang apabila ditekuni secara serius.

"Bagi saya, keluarga adalah sumber inspirasi untuk terus berjuang. Saya pun memiliki cita-cita ingin mengajak teman-teman sesama difable dalam usaha yang saya lakoni ini," tutur Aep.

Aep mengatakan, sangkar burung adalah kerajinan pertamanya yang menghasilkan uang.

"Itu tahun 2011-an. Tapi, semenjak adanya pandemi Covid-19 ini saya mulai membuat kerajinan lain seperti miniatur kapal pinisi, dudukan lampu, dan lainya," kata Aep.

Aep mengaku, untuk kreasi-kreasi yang rumit, karyanya memang masih harus terus disempurnakan.

"Mungkin belum rapi. Tapi, saya terus belajar, mencoba membuat lagi. Intinya, jangan menyerah. Terus berusaha," kata Aep.

Aep mengatakan, berbagai produk kerajinannya ia jual secara daring. Namun, ada juga yang dijual melalui teman-temannya. Harganya bervariasi. Mulai dari Rp 50 ribu hingga Rp 500 ribuan.

Hari-hari ini, kata Aep, ia tengah sibuk mengerjakan miniatur kapal pesiar dari sebuah perusahaan besar di Indonesia.

"Katanya, perusahaan itu akan memajangnya di kantornya," kata Aep.

Aep mengatakan, sejauh ini penjualan miniatur kapal pesiar masih di lingkup Jawa Barat.

"Namun, untuk sangkar burung, penjualannya sudah sampai Sumatera."

Aep mengatakan, mempelajari pembuatan kerajinan ini secara otodidak. "Belajar dari internet," katanya.

Aep berharap, semua penyandang difabel atau yang mengalami keterbatasan fisik seperti dirinya tidak patah semangat dalam menjalani hidup.

"Jangan mengeluh dengan apa yang dialami. Kita hanya bisa terus berkarya dan tetap semangat," kata Aep.

Baca juga: Kisah Aep Penyandang Disabilitas di Purwakarta, Karyanya Miniatur Kapal Pesiar Laku di Pasaran

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved