Olimpiade Tokyo

Tak Ada Teriakan Intimidasi Chen dan Apriyani Keluarkan Jurus Tak Terduga, Final Olimpiade Tokyo

Apriyani keluarkan jurus tak terduga ketika mencoba memukul bola yang meluncur di antara dua kakinya.

Penulis: taufik ismail | Editor: taufik ismail

TRIBUNJABAR.ID - Teriakan intimdasi Chen Qing Chen tak begitu terdengar di awal gim kedua final Olimpiade Tokyo 2020.

Saat ini tengah berlangsung final Olimpiade Tokyo 2020 ganda putri bulu tangkis antara Greysia Polii/Apriyani Rahayu versus Chen/Jia Yi Fan.

Teriakan Chen ketika meraih poin biasanya menjadi senjata yang mengintimidasi lawan.

Namun kali ini, Chen dan rekannya justru banyak melakukan kesalahan sendiri, setidaknya sampai awal babak kedua.

Bahkan ada momen gemilang yang dilakukan Apriyani.

Ia berhasil melakukan gerakan indah untuk menyelamatkan bola yang meluncur tajam di antara dua kakinya.

Kini pasangan Indonesia unggul 11-7 di gim kedua.

Dan akhirnya pasangan Indonesia menang 21-15 hingga berhasil meraih medali emas.

Di gim pertama, pasangan Greysia Polii/Apriyani Rahayu mengalahkan ganda Cina Chen Qing Chen/Jia Yi Fan.

Laga ini berlangsung seru.

Pasangan Greysia/Apriyani bermain tenang sejak awal gim.

Meski sempat tertinggal mereka tak panik.

Bahkan akhirnya mereka unggul 11-8 di interval gim pertama.

Angka sempat mendekat di akhir gim pertama menjadi 19-18 untuk keunggulan Greysia/Apriyani.

Dan akhirnya Greysia/Apriyani menang 21-19.

Biarkan Greysia/Apriyani Menikmati Pertandingan

Harapan Indonesia untuk meraih emas kini ada di pundak dua pendekar wanita di cabang bulu tangkis.

Senin (2/8/2021) siang, Greysia Polii/Apriyani Rahayu akan bertanding di final Olimpiade Tokyo.

Momen menegangkan bakal tersaji di laga ini.

Di laga nanti Greysia Polii/Apriyani Rahayu akan menantang pasangan favorit dari Cina, Chen Qing Chen/Jia Yi Fan untuk perebutan medali emas.

Grey-Ap, julukan Greysia/Apriyani, melaju setelah di babak semifinal, Sabtu lalu, menyingkirkan pasangan Shin Seung-chan/Lee So-hee dari Korea Selatan 21-19 21-17 .

Mereka mencetak sejarah sebagai ganda putri pertama Indonesia yang lolos ke semifinal. Kebanggaan tertinggi tentu saja meraih medali emas.

Namun, lawan mereka bukan sembarangan. Chen Qingchen/Jia Yifan adalah pemegang peringkat 2 dunia BWF. Posisi mereka empat level berada di atas Greysia/Apriyani.

Dari sembilan pertemuan, pasangan Chen/Jia memetik enam kemenangan atas wakil Indonesia ini.

Dalam empat pertemuan terakhir di tahun 2019, Grey-Ap juga cuma satu kali menang.

Sejarah pertemuan memang tak memihak wakil merah putih. Namun, selain faktor teknis, faktor nonteknis juga berpengaruh sangat besar, apalagi di babak final.

Karenanya, kata Greysia, kuncinya untuk laga final ini adalah tetap tenang, dan tetap berusaha menikmati permainan, dalam situasi apa pun

Menurutnya, karena sudah sering bertemu, dari tipe permainan tak ada lagi yang bisa disembunyikan karena mereka sudah saling tahu.

"Kami ingin terus menjaga pikiran seperti datang awal ke Tokyo. Kami ingin menikmati permainan agar bisa menunjang performa di lapangan," ujar Greysia dikutip dari situs Komite Olimpiade Indonesia.

"Kami tak mau berpikir lawan seperti apa, begini atau begitu. Persiapan yang harus kami lakukan adalah menjaga ketenangan agar dapat mengontrol permainan serta mempersiapkan diri untuk pemuihan," katanya.

Selain itu, kata Gresyia, faktor chemistry juga berperan sangat kuat. Dan chemistry itu didapat di antaranya dengan lamanya mereka berpasangan.

Greysia sudah berduet dengan Apriyani sejak tahun 2017.

Mereka saling mengisi. Greysia berusia 33 tahun, punya jam terbang, dan pengalaman tinggi. Apriyani 23 tahun punya speed, dan power yang masih mumpuni. Sebelumnya, Greysia duet dengan Jo Novita, Nitya Krishinda Maheswari, dan Anggita Shitta Awanda.

Terkait bermain tenang, dan menikmati permainan ini, pelatih ganda putri Eng Hian meminta masyarakat Indonesia meredam harapan berlebihan kepada Greysia/Apriyani.

Eng Hian takut anak-anak asuhnya itu mengalami bumerang psikologis seperti yang dialami ganda putra Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo.

Marcus mengaku sangat ditekan untuk meraih medali emas ganda putra, seolah-olah tak boleh gagal.

Pengakuan itu diucapkan Marcus secara blak-blakan seusai kalah dua gim langsung 14-21 17-21 dari pasangan Malaysia yang kurang diunggulkan, Aaron Chia/So Wooi Yik pada perempatfinal Olimpiade lalu.

"Banyak tekanan yang menjadi beban kami untuk menang dan membawa pulang medali," ungkap Marcus.

Eng Hian meminta, biarkan Greysia/Apriyani bermain dengan cara mereka sendiri di final.

Masalah nonteknis seperti ditekan harus meraih medali, katanya, justru berpotensi besar mengganggu pemain di lapangan.

"Sebenarnya masalah nonteknis itu adalah saat pemain tidak bisa mengontrol ekspektasi. Di Olimpiade ini banyak unggulan tumbang karena bermain berbeda dengan standar akibat beban berat. Mohon jangan terlalu berlebihan. Mohon doanya saja," kata Eng Hian.

Baca juga: Greysia/Apriyani Kian Dekat Raih Emas Olimpiade Tokyo, Menang di Gim Pertama Lawan Ganda Cina

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved