Kisah Boy Jati Asmara, Legenda Persib Bandung yang Melanglangbuana, Dari Medan hingga Papua

Persib Bandung terkenal dengan gaya permainan cantik elegan. Para pemainnya pun memiliki karakter yang lebih berkarakter, seperti Boy Jati Asmara

Penulis: Ferdyan Adhy Nugraha | Editor: Mega Nugraha
Super Ball/Feri Setiawan
Pesepak bola Persija Jakarta, Ismed Sofyan (14) berebut bola dengan pesepak bola Persijap Jepara, Boy Jati Asmara (99). 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Ferdyan Adhy Nugraha

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG  - Persib Bandung terkenal dengan gaya permainan yang cantik dan elegan. Para pemainnya pun memiliki karakter yang lebih stylish dengan mengandalkan teknik ketimbang fisik.

Namun pada setiap generasi selalu muncul pemain yang memiliki karakter ngotot, bengal, petarung, dan lebih mengandalkan fisik. Satu di antara pemain itu adalah Boy Jati Asmara.

Boy lahir di Bandung, 3 Januari 1983. Dia memulai pendidikan sepak bolanya SSB UNI. Jiwa petarung dan petualangnya pun sudah muncul sejak junior. 

Dia bahkan sudah melanglangbuana ke sejumlah klub seperti Persijatim Jakarta Timur dan Persikabo Kabupaten Bogor di usia yang bahkan belum 20 tahun. Hal ini pula yang membuatnya dilirik oleh pelatih Timnas U-19.

Berkat keberaniannya itu, karakter sebagai seorang petarung pun mulai terbentuk. Tawaran dari berbagai klub untuk menggunakan jasa Boy Jati Asmara mulai bermunculan berkat permainannya.

Hingga pada Liga Indonesia ke-8 di tahun 2002, Boy kembali ke klub yang sangat dicintainya, Persib Bandung. Di tim asuhan Deny Syamsudin waktu itu Boy Jati Asmara jarang sekali mendapat kesempatan bermain.

Baca juga: Kisah Sujana, Legenda Persib Bandung Berjuluk Sujagol dan Kenangan Indahnya Bobol Gawang Persija

Hal ini membuat Boy akhirnya memutuskan keluar dari Persib pada musim 2003. Dia kembali ke Persijatim untuk nantinya bisa kembali ke Persib dengan kemampuan dan mental yang lebih siap.

Jiwa petualang Boy benar-benar terbukti ketika memutuskan untuk mengambil tawaran dari Persipura Jayapura pada musim 2004. Di tim berjuluk Mutiara Hitam itu, Boy tampil cukup apik. Meskipun Persipura di musim tersebut nyaris degradasi.

Memasuki musim 2005, Boy yang merasa kondisinya sudah jauh lebih baik dari pada periode pertamanya membela Pangeran Biru akhirnya kembali ke Persib. Pelatih Persib saat itu, Indra M Thohir memanggil Boy untuk pulang dengan harapan mampu menjadi juru gedor utama.

Di tim Persib saat itu, Boy bertandem dengan striker asing asal Kamerun, Ekene Ikenwa. Duet ini sanggup membawa kengerian bagi pemain bertahan lawan karena gaya permainan yang sangat ngotot.

Bobotoh pun langsung menyukai gaya permainan Boy yang tak kenal lelah untuk terus berlari sepanjang pertandingan. Postur tubuh yang tak terlalu tinggi tidak menjadi halangan baginya untuk berduel dengan bek-bek tangguh di Liga Indonesia.

Selain menjadi pemain inti, Boy menyumbangkan 7 gol bagi Persib di musim itu. Dia berada di posisi kedua sebagai top skor Persib di bawah Ekene Ikenwa dengan 13 gol.

Baru semusim kembali membela Persib, Boy memutuskan hijrah ke PSMS Medan. Di sana, Boy menjadi pemain yang sangat diandalkan. Bahkan dia membawa PSMS Medanmenembus babak final Liga Indonesia musim 2007 sebelum akhirnya dikandaskan Sriwijaya FC.

Sejak membela PSMS Medan, Boy berkelana ke sejumlah klub seperti Deltra Sidoarjo, Persitara Jakarta Utara, Mitra Kukar, Arema Indonesia, Persijap Jepara, dan Persepam Madura United.

Baca juga: Kisah Persahabatan Dua Pemain Persib Bandung, Cicil Motor Berdua, Berpisah dan Kini Bersama Kembali

Di tahun 2016, perjalanan Boy sebagai pesepak bola profesional akhirnya berakhir. Dia memutuskan untuk pensiun dan kini fokus menjadi pelatih di SSB UNI.

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved