Cerita Perempuan Muda di Tasik yang Bertugas Memakamkan Jenazah Covid, Ini yang Dirasakan Saat Tugas
Perempuan berparas cantik ini sempat merasakan kegalauan ketika menjadi petugas pemakaman jenazah pasien Covid-19.
"Sambil berdoa saya mulai mengenakan perlengkapan APD satu per satu. Mulai dari hazmat (pakaian plastik), sepatu bot hingga face shield," ujar Tri Yuliani menceritakan pertama kali jadi anggota tim pemakaman.
Ia menyebutkan, mengenakan APD lengkap ternyata panas karena memang tak ada celah ventilasi.
"Kalau ada celah kan sama aja bohong. Kan APD harus bisa steril dari paparan virus," kata Tri.
Saat berangkat menuju lokasi pemakaman di TPU Aisha Rashida, Tri memilih ikut naik mobil ambulans pembawa jenazah.
Sesampainya di komplek pemakaman, perasaan takut sempat penyerangnya.
Terlebih pelaksanaan pemakaman saat itu dilakukan hampir tengah malam.
Namun setelah melihat rekan-rekan se-timnya terlihat mulai sibuk dengan tugas masing-masing, Tri pun langsung terjun sebagai petugas penyemprot.
"Banyak juga tugas penyemprotan disinfektan ini. Misal menyemprot liang lahat sebelum jenazah dikubur. Menyemprot peti jenazah saat keluar dari ambulans," ujar Tri.
Tak sampai di situ, petugas yang ada pun harus mendapat penyemprotan, termasuk ambulans beserta interiornya setelah peti jenazah diangkat keluar.
"Sekarang sudah tak terhitung berapa kali saya ikut tugas pemakaman jenazah Covid-19. Sudah biasa lagi," kata Tri.
Ia mengaku tak malu jadi petugas pemakaman Covid-19.
Bahkan ia merasa bangga dengan profesi yang tidak ditekuni banyak perempuan lain, seperti dirinya.
Baca juga: Kisah Petugas Pemakaman Jenazah Pasien Covid-19 Perempuan, Tri Yuliani; Sempat Takut