PPKM Darurat Berlaku, Harga Ayam Ras Pedaging di Ciamis dan Tasikmalaya Justru Naik

Harga ayam ras pedaging jenis broiler (BR) di tingkat peternak di Ciamis dan Tasikmalaya mengalami kenaikan bersamaan dengan pelaksanaan PPKM Darurat.

Penulis: Andri M Dani | Editor: Mega Nugraha
tribunjabar/firman suryaman
Sepuluh hari lagi ayam broiler milik Endang Solihat, koordinator peternak ayam briloiler Kelurahan Cibunigeulis, Kecamatan Bungursari, Kota Tasikmalaya, bisa dipanen. Dengan harapan harga jual sudah normal minimal Rp 20.000 per kg. 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Andri M Dani

TRIBUNJABAR.ID,CIAMIS – Harga ayam ras pedaging jenis broiler (BR) di tingkat peternak di Ciamis dan Tasikmalaya mengalami kenaikan bersamaan dengan pelaksanaan PPKM Darurat.

“Hari ini harga ayam ras pedaging jenis broiler di kandang peternak di Ciamis malah naik jadi Rp 16.500/kg hidup,” ujar Ketua Gabungan Organisasi Peternak Ayam Nasional (GO-PAN) Ir H Heri Dermawan kepada Tribun dan wartawan lainnya di Ciamis Senin (5/7/2021).

Semula peternak sempat khawatir, harga ayam broiler yang anjlok beberapa hari menjelang diterapkannya PPKM Darurat akan terus merosot setelah diberlakukannya PPKM Darurat. Mengingat berbagai pembatasan akan membuat daya serap pasar melemah.

Baca juga: PPKM Belum Diberlakukan, Harga Ayam di Tingkat Peternak Mulai Merosot, Kini Rp 12.500/Kg

“Tetapi kenyataannya malah sebaliknya. Harga ayam BR di tingkat peternak justru naik,” katanya.

Meski naik jadi Rp 16.500/kg dari harga semula Rp 12.500/kg, harga ayam BR tersebut menurut Heri masih jauh dari BEP. Mengingat biaya pokok produksi ayam BR saat ini masih dikisaran Rp 19.000-Rp 20.000/kg.

Naiknya harga ayam BR saat ini menurut Heri merupakan dampak dari terjadinya keseimbangan supply dan demand.

Beberapa minggu lalu stok ayam BR secara nasional mencapai 80 juta ekor/minggu, sementara kebutuhan nasional hanya  60 juta ekor/minggu. Sehingga terjadi over suplai yang berakibat pada jatuhnya harga ayam hidup di tingkat peternak.

Seminggu terakhir, menurut Heri, stok ayam nasional hanya 40 juta ekor/minggu menyusul dilakukannya pembatasan jumlah DOC yang beredar dan dikuranginya jumlah paren stock.

Usia produktif parent stok semula 65 minggu dikurangi jadi 58 minggu. Ayam parent stok di atas usia 58 minggu diafkir yang berdampak pada berkurangnya DOC yang beredar.

Dan akhirnya jumlah stok ayam nasional juga berkurang sehingga terjadi keseimbangan supply dan demand yang berdampak mulai naiknya harga ayam BR di tingkat peternak.

Baca juga: Pemerintah Impor Oksigen Jika Produksi Oksigen Medis Dalam Negeri Sudah Kewalahan

Untuk menekan tingkat kerugian di tingkat peternak mengingat harga ayam BR masih dibawah BEP, menurut Heri masih perlu diperjuangkan adalah  harga DOC (day old chick/anak ayam umur sehari). Yang saat ini harga DOC mencapai Rp 7.500/ekor kembali ke harga normal yang seharusnya yakni Rp 6.400/ekor.

“Demikian juga harga pakan yang masih tinggi,” ujar Ir H Heri Dermawan yang juga dari PS Rinjani Ciamis tersebut.

Di saat terajdinya peningkatan kasus Covid-19, menurut Heri, masyarakat tentu dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan bergizi tinggi guna meningkatkan daya tahan tubuh (imunitas).  Misalnya  dengan mengkonsumsi daging ayam yang penuh gizi tapi harga terjangkau (andri m dani)  
 

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved