Kominfo Ingatkan Medsos Ladang Penyebaran Radikalisme dan Intoleransi, Sasarannya Generasi Milenial
Kominfo mengingatkan masyarakat tak hanya bijak dalam memanfaatkan medi sosial, tetapi juga waspada terutama di kalangan generasi muda.
Penulis: Andri M Dani | Editor: Giri
Kominfo tidak hanya melakukan upaya-upaya preventif, pencegahan, tetapi juga melakukan upaya penindakan secara teknik digital.
Yakni menertibkan akun-akun di medsos yang berisikan penyebaran paham radikalisme dan intoleransi.
“Sedangkan penindakan secara hukum adalah menjadi kewenangan lembaga lain,” katanya.
Pada saat acara, kepada para santri, Dikdik mengungkapkan kalangan muda milineal yang sudah mulai terpapar paham radikalisme dan intoleransi akan suka menyendiri.
Gaya bicara pun berubah, lebih egois, merasa benar sendiri, kurang toleran.
Di medsos, dia sering nge-share hal-hal yang berbau radikalisme dan intoleran.
Indikasi seseorang yang sudah mulai terpapar paham radikalisme dan intoleransi bisa dilacak dari aktivitas akunnya di medsos. Meski hanya sekedar komentar.
Wakil Bupati Ciamis, Yana D Putra, saat membuka talkshow mengajak masyarakat Ciamis untuk lebih bijak dalam menggunakan media sosial (medsos).
“Saat ini medsos menjadi media digital yang sangat berpengaruh. Dalam penggunaannya harus betul-betul bijak, jangan sampai hilang kontrol,” ucap Yana D Putra.
Menurutnya, menyalurkan kritik melalui medsos sangat dibolehkan tapi jangan sampai semena-mena, apalagi sampai menghakimi, maupun menghina.
“Medsos merupakan sarana yang bermanfaat dalam membangun tolransi antarsesama,” katanya.
Bila puncak paham radikalisme diidentikan dengan aksi terorisme, menurut Kepala Badan Kesbangpol Ciamis, Wawan Ruhiyat, maka Ciamis pernah tersangkat. Ada empat aksi terorisme yang kebetulan pelakunya dari Ciamis. Mulai kasus bom Bali, bom panci, dan dua aksi terorisme lainnya.
“Dengan adanya upaya-upaya yang dilakukan Kominfo semacam talkshow ini, kami sangat terbantu dalam upaya pencegahan berkembangnya paham radikalisme dan intoleransi,” ujar Wawan.
Sebenarnya, menurut Wawan, secara turun-temurun Ciamis sudah mendarah daging dalam menerapkan toleransi beda agama, beda ras, seperti yang terjadi di Kampung Pencinan Jalan Ampera dan Jalan Pemuda, Ciamis. Di sana, masjid, gereja, dan kelenteng berdiri saling berdekatan. Demikian pula di Kampung Susuru, Desa Kertayasa Panawangan, sudah dari leluhurnya di satu kampung bahkan dalam satu keluarga beda agama.
“Di Ciamis sudah berjalan lama Forum Kerukunan Umat Beragama maupun Forum Kerukunan Kebangsaan,” ucapnya.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jabar/foto/bank/originals/kementerian-kominfo-denga-tajuk-toleransi-di-era-digital-yang-berlangsung.jpg)