Antisipasi RS di Jabar Kolaps, Ini Permintaan Ridwan Kamil di Tengah Meningkatnya Angka BOR di Jabar
Semua rumah sakit di Jabar diperintahkan menambah BOR atau kapasitas tempat tidur perawatan pasien Covid-19 menjadi sekitar 40 persen.
Penulis: Muhamad Syarif Abdussalam | Editor: Giri
Laporan Wartawan TribunJabar.id, Muhamad Syarif Abdussalam
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Semua rumah sakit di Jawa Barat diperintahkan menambah bed occupancy rate (BOR) atau kapasitas tempat tidur perawatan pasien Covid-19 menjadi sekitar 40 persen dari keseluruhan tempat perawatan.
Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, mengatakan saat ini ada peningkatan keterisian tempat tidur untuk pasien Covid-19 sejak masa libur Lebaran 2021.
Padahal selama Ramadan dan Idul Fitri, angka keterisiannya mencapai titik terendah, sampai 29 persen.
"Pada saat hari salat Idul Fitri, BOR kita di 29 persen. Sekarang naik ke 65 persen lebih. Beberapa daerah sudah mendekati 100 persen. Karena itu dalam kedaruratan ini, tindakan kita menambahi kapasitas bed di rumah sakit. Dari tadinya hanya 20 persenan untuk Covid-19 sekarang kita minta nambah 30 atau sampai 40 persen," katanya di Bandung, Senin (14/6/2021).
Jangan sampai, katanya, rumah sakit di Jabar kolaps.
Semua orang, katanya, juga sudah jenuh dan sudah bosan, tapi kalau nanti terjadi kedaruratan, yang dirugikan masyarakat juga.
"Kita harus WFH lagi, mal harus ditutup jam operasionalnya, jalan-jalan juga, kita tidak menginginkan itu berkepanjangan. Makanya bantulah penanganan ini dengan 5M. Ditambah kita sedang mengakselerasi vaksinasi," katanya.
Ridwan Kamil mengatakan telah menemani Presiden RI Jokowi di Bekasi untuk meninjau vaksinasi massal.
Jokowi sangat senang dengan menemukan pola pemberian vaksinasi, yaitu di stadion.
"Menurut beliau vaksinasi di stadion itu bisa massal, outdoor, sehingga akan dimaksimalkan khususnya zona rawan seperti Bodebek dan Bandung Raya sesuai kasus harian," katanya.
Penyebaran Covid-19 di Jabar, katanya, kini berasal dari klaster keluarga.
Hal ini disebabkan sejak libur Lebaran, interaksi antarkeluarga kembali meningkat.
"Klasternya mayoritas keluarga. Jadi kalaupun tidak mudik, ada kunjungan ke rumah-rumah tinggi. Kalau di Jateng kan klaster ziarah yang Kudus itu," katanya.
Sebelumnya, persentase angka keterisian tempat tidur (bed occupancy ratio) perawatan pasien Covid-19 di Jawa Barat tampaknya tidak lagi didominasi kawasan Bodebek (Bogor-Depok-Bekasi).
Kini, angka keterisian tempat tidur yang sangat tinggi malah dialami daerah-daerah kawasan timur dan utara Jabar, serta Bandung Raya.
Berdasarkan data Pusat Informasi dan Koordinasi Covid-19 Jawa Barat (Pikobar), keterisian tempat tidur di Jabar secara rata-rata mencapai 69,89 persen pada 13 Juni 2021, atau melebihi batas wajar WHO yang seharusnya di angka 60 persen.
Dengan kata lain, dari 13.636 tempat tidur perawatan pasien Covid-19 di Jabar, sebanyak 9.530 di antaranya telah terisi, baik di ruang perawatan kategori hijau untuk pasien gejala ringan, ruang kategori kuning untuk pasien bergejala sedang, ruang kategori merah untuk gejala berat, ICU, dan IGD.
Pikobar merilis angka keterisian tempat tidur terbanyak terdapat di Kabupaten Purwakarta, yakni dari 441 tempat tidur, sebanyak 91,61 persennya sudah terisi.
Peringkat kedua adalah Kabupaten Bandung yang dari 334 tempat tidur, 88,02 persennya terisi.
Di Kota Bandung, sebanyak 86,2 persen dari 1.775 tempat tidur yang ada sudah terisi.
Kemudian di Kabupaten Bandung Barat, dari 143 tempat tidur, sebanyak 85,31 persen sudah terisi.
Di Kota Tasikmalaya, dari 53 tempat tidur, 84,62 persennya sudah terisi.
Di Kabupaten Karawang, dari 1.057 tempat tidur, terisi 83,54 persen.
Di Kota Bekasi, dari 1.737 tempat tidur, 81,52 persennya sudah terisi.
Di Kabupaten Sumedang, dari 70 tempat tidur, sudah terisi 81,52 persen, di Majalengka dari 89 tempat tidur sudah 75 28 persen terisi.
Kemudian di Kabupaten Subang, dari 132 tempat tidur, sudah terisi 71,21 persen.
Di Kota Cirebon dari 325 tempat tidur, terisi 71,08 persen, dan di Kabupaten Bekasi dari 1.468 tempat tidur, yang terisi mencapai 70,44 persen.
Ketua Harian Satgas Penanganan Covid-19 Jawa Barat, Daud Achmad, mengatakan persentase tertinggi keterisian tempat tidur pasien Covid-19 memang kini dialami kawasan di luar Bodebek.
Hal ini disebabkan masih rendahnya jumlah tempat tidur perawatan Covid-19 di luar Bodebek.
"Di Bodebek jumlah kamarnya sangat banyak. Sedangkan di timur sedikit, sehingga persentase BOR-nya tinggi. Contoh ada RS di satu daerah yang BOR-nya langsung 100 persen. Ternyata kamar isolasinya hanya ada tiga dan pasen yang masuknya tiga orang," kata Daud di Gedung Sate, Senin (14/6/2021).
Daud mengatakan pihaknya akan kembali meningkatkan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat terkait penerapan prokes 5M.
"Untuk bisa mengendalikan pandemi Covid-19 itu jalannya hanya disiplin prokes 5M untuk kita semua, dan 3T (tracing, testing, dan treatment) di pemerintah untuk melaksanakan itu secara konsisten," kata Daud.
Daud juga meminta masyarakat Jabar untuk turut terlibat dalam penanganan pandemi Covid-19. Sebab, masyarakat bersama pemerintah merupakan garda terdepan melawan Covid-19.
"Seluruh masyarakat yang ada di daerah itu dapat berkontribusi dengan mengoptimalkan PPKM Mikro. Masyarakat dapat bergabung dengan posko (penanganan Covid-19) di kelurahan atau desa," katanya.
"Jika ada di lingkungannya positif Covid-19 dan menjalani isolasi mandiri, masyarakat bisa bergotong royong membantu mereka," ucapnya.
Untuk mengantisipasi lonjakan kasus Covid-19, Jabar akan memperkuat pusat isolasi, rumah sakit darurat dan rumah sakit rujukan.
“Jabar memiliki tempat isolasi di BPSDM dan Secapa AD. Jumlah bed di BPSDM dan Secapa AD total ada 350 bed Dinkes Jabar terus melakukan komunikasi dengan pihak Kesdam (Kesehatan Kodam) untuk menambah bed di Secapa AD sebagai langkah antisipasi lonjakan kasus,” ujar Daud Ahmad.
Selain itu, Jabar juga telah mempersiapkan Lapangan Tembak Gunung Bohong sebagai tempat isolasi, juga akan mengerahkan rumah sakit baru di Soreang untuk menampung 100 bed untuk pasien Covid-19.
Terkait rumah sakit darurat, Jabar masih memiliki rumah sakit darurat di Bogor dan Bekasi yang sejauh ini belum beroperasi.
Rumah sakit darurat ini dapat dikerahkah jika suatu saat terjadi kenaikan kasus yang signifikan.
Sebelumnya, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengatakan rumah sakit di Bandung Raya dan Bodebek, merasakan dampak aktivitas libur Lebaran, yaitu mengalami lonjakan pasien Covid-19 yang meminta dirawat.
Rata-rata berasal dari klaster keluarga san yang didatangi pemudik.
Langkah yang dilakukan adalah penambahan kamar dan penambahan relawan tenaga kesehatan sedang diupayakan.
Ia meminta warga Jawa Barat untuk berempatilah kepada nakes yang sudah lelah jatuh bangun menangani Covid-19 lebih dari setahun.
"Dengan cara taat pada imbauan-imbauan pemerintah, disiplin prokes 5M, segera divaksin pada kesempatan pertama, dan paling mengingatkan antara kita sendiri," katanya.
Menurut Emil, Pemerintah Provinsi Jabar sudah menyiapkan antisipasi manakala peningkatan kasus Covid-19 terus terjadi.
Selain menambah kapasitas rumah sakit untuk pasien Covid-19, pusat-pusat isolasi nonrumah sakit bagi pasien tanpa gejala akan ditambah.
"Pemerintah sudah menyiapkan antisipasi. Pertama menaikkan rasio bed untuk Covid-19 menjadi lebih tinggi. Dari rata-rata 20-an persen, ke arah 30-40 persen. Kedua, isolasi-isolasi nonrumah sakit kita siapkan," katanya. (*)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jabar/foto/bank/originals/ridwan-kamil-menghadiri-acara-pengangkatan-sebagai-anggota-kehormatan-hdci.jpg)