Masyarakat di Daerah Ini Enggan Berobat Ke Rumah Sakit, Warga Ternyata Takut, Ini Alasannya

Saat ini banyak orang enggan ke rumah sakit untuk memeriksakan gejala yang dirasakan atau membatalkan kontrol kesehatan rutinnya karena takut hal ini

Penulis: Eki Yulianto | Editor: Siti Fatimah
Kompas.com/Amriza Nursatria Hutagalung
Ilustrasi pasien corona dijemput ambulans - Saat ini banyak orang enggan ke rumah sakit untuk memeriksakan gejala yang dirasakan atau membatalkan kontrol kesehatan rutinnya karena takut hal ini. 

TRIBUNCIREBON, MAJALENGKA- Pada masa pandemi Covid-19 seperti sekarang ini, masyarakat saat ini dikhawatirkan akan stigma dicovidkan ketika berobat ke rumah sakit.

Akibatnya, banyak orang sekarang ini enggan ke rumah sakit untuk memeriksakan gejala yang dirasakan atau membatalkan kontrol kesehatan rutinnya karena takut bakal dicovidkan.

Hal ini terjadi hampir di setiap daerah, tak terkecuali di Majalengka.

Baca juga: Sebanyak 38 Warga Purwakarta Terkonfirmasi Positif Covid-19 Setelah Lebaran, Ini Kata Bupati Anne

Menjawab keresahan warga ini, pihak rumah sakit khususnya RSUD Majalengka memberi penjelasan.

Dirut RSUD Majalengka, dr Erni Harleni mengatakan, sampai saat ini keilmuan manusia belum sepenuhnya mengetahui pola penyakit Covid-19.

Mulai cara penularan, omset, gejala, termasuk vaksin dan terapi obatnya.

"Hal ini dikarenakan, di era pandemi Covid-19, setiap orang yang hendak berkunjung ke rumah sakit diwajibkan untuk melakukan skrining suhu tubuh," ujar Erni kepada Tribun, Rabu (2/6/2021).

Kondisi seperti itu, jelas dia, membuat semua fasilitas pelayanan kesehatan saat ini mewajibkan pasien harus menjalani tes Covid-19.

Petugas rumah sakit juga mewajibkan pasien terbuka dan menerima dengan lapang dada setelah memang dinyatakan terpapar Covid-19.

Baca juga: Ini Pengaruh Mutasi Covid-19 Terhadap Vaksin, Varian Afrika Selatan Pengaruhi Empat Merek Vaksin

"Jadi, seharusnya pasien bukan memikirkan ini itu karena kita nggak bisa ubah kondisi tersebut. Tapi kita bisa atur bagaimana bisa membuat kondisi nyaman dan bahagia," ucapnya.

Apalagi, sambung dia, pasien membawa penyakit yang menyerupai demam berdarah.

Yang mana, salah satu diagnosa penyakit tersebut menyerupai kriteria terpapar Covid-19.

"Begitu juga dengan pasien-pasien lain yang datang ke rumah sakit dengan gejala awal seperti, tipus, diare tapi saat pemeriksaan lanjutan ditemukan tanda-tanda Covid-19 maka harus diperlakukan sebagai pasien Covid-19 untuk pengobatannya," jelas dia.

Erni tak memungkiri stigma dicovidkan menjadi isu sangat sensitif.

Beragam tuduhan muncul, misalnya sebagai konspirasi global, program misionaris, curiga rumah sakit cari untung, perdagangan vaksin, ditambahi lagi dengan kondisi ekonomi masyarakat yang memburuk, maka isu Covid-19 semakin tajam.

Pihaknya mengimbau, tak perlu mencurigai rumah sakit mencari keuntungan dalam kondisi saat ini.

Sebab, manajemen rumah sakit, dokter, dan paramedis bekerja dengan komitmen sesuai sumpahnya.

Tenaga medis sudah banyak berkorban tenaga, biaya, dan nyawa untuk mengatasi wabah ini.

"Patuhi protokol kesehatan. Semoga Allah selalu memberi kita kesehatan yang optimal dan dijauhkan dari penyakit apapun, sehingga dakwah kita tetap berjalan dengan baik," katanya.

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved