Gempa Bumi
Gempa Bumi Termasuk Kategori Bencana Berulang, Berikut Kewaspadaan yang Harus Diperhatikan
Kajian saintifik telah menunjukkan bahwa peristiwa gempa dapat terjadi berulang dengan periode perulangan hingga ratusan tahun.
Upaya seperti ini mungkin masih jarang dilakukan di Indonesia mengingat penambahan biaya yang harus ditanggung setiap keluarga.
Pendekatan berikutnya yaitu kolaborasi pentaheliks. Pentaheliks yang terdiri dari pemerintah, pakar atau akademisi, lembaga usaha, masyarakat dan media massa memiliki peran yang luar biasa dalam penanggulangan bencana.
Setiap heliks memiliki kapasitas dan peran masing-masing yang diharapkan untuk saling berkolaborasi dan bekerja sama.
Manfaat kolaborasi pentaheliks ini dapat mencakup beberapa hal, seperti meningkatkan aspek kewaspadaan, akses ke sumber daya, koordinasi dalam PRB maupun pemulihan, serta memperkuat pengambilan keputusan, akses komunikasi serta koordinasi saat tanggap darurat.
Contoh pada media massa; heliks ini berperan untuk menyebarluaskan informasi kebencanaan kepada masyarakat. Media massa diharapkan tidak terjebak pada pemberitaan pada saat bencana tetapi terus menerus mengedukasi masyarakat terhadap potensi bahaya atau edukasi risiko bencana.
Terakhir yaitu pendekatan adaptasi revolusi industri 4.0. Modalitas dalam penanggulangan bencana yang dimiliki Indonesia sangat besar.
Baca juga: Gempa Bumi Guncang Lagi Malang Jatim, di Banyuwangi Sudah Dibangun Rumah Tahan Gempa
Oleh karena itu, pendekatan berbasis teknologi menjadi salah satu terobosan dalam kebencanaan.
Dengan adanya kolaborasi pentaheliks diharapkan terwujud inter-konektivitas.
Proses ini akan menghasilkan big data yang dapat digunakan sebagai kajian maupun penciptaan sesuatu.
End to end dari terobosan ini untuk keselamatan nyawa manusia.
Merefleksikan kejadian dengan konteks sosial, modalitas sosial memberikan catatan penting untuk membangun resiliensi keluarga, penghidupan yang berkelanjutan serta mengembalikan permukiman kembali dengan lebih baik.
Modalitas sosial yang dimiliki oleh masyarakat Yogyakarta dan Jawa Tengah salah satunya kekuatan gotong royong untuk membangun kembali kehidupan pascabencana.
Di samping itu, pemulihan pascabencana dapat berjalan baik dengan adanya sikap kepemimpinan dan komitmen kepala daerah.
Gempa bumi yang terjadi pada 15 tahun lalu itu memiliki parameter kekuatan M5,9 dengan kedalaman sekitar 12 km.
Fenomena bumi pada pukul 05.55 WIB menghasilkan intesitas guncangan VI – VII MMI dan menewaskan lebih dari 6.000 jiwa dalam waktu kurang dari 1 menit di wilayah DI Yogyakarta dan Jateng.