Gempa Bumi
Gempa Bumi Termasuk Kategori Bencana Berulang, Berikut Kewaspadaan yang Harus Diperhatikan
Kajian saintifik telah menunjukkan bahwa peristiwa gempa dapat terjadi berulang dengan periode perulangan hingga ratusan tahun.
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Sebagian dari kita masih mengingat peristiwa gempa M5,9 yang dirasakan warga Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah (Jateng) pada 27 Mei 2006 silam.
Dikutip dari laman resmi BMKG, Guncangan dahsyat kurang dari satu menit menewaskan ribuan warga dan kerusakan bangunan yang sangat masif.
Gempa bumi yang terjadi dini hari tersebut mengagetkan masyarakat di dua wilayah tersebut.
Korban meninggal dunia lebih disebabkan tertimpa reruntuhan bangunan tempat tinggal mereka.
Gempa bumi dapat terjadi tanpa adanya tanda-tanda pasti; dan dapat terjadi kapan pun.
Teknologi ciptaan manusia belum mampu untuk memprediksi waktu gempa akan terjadi.
Baca juga: Pagi Tadi Gempa Terjadi di Pacitan Jawa Timur, Pusat Lindu Jauh di Laut Selatan
Belajar dari gempa Yogya dan serangkaian gempa besar yang terjadi, seperti gempa Sumatera Barat (2009), Pidie Jaya (2016), Sulawesi Tengah dan Nusa Tenggara Barat (2018) dan Sulawesi Barat (2020), beberapa pendekatan dapat dilakukan untuk menyikapi potensi atau dampak buruk gempa.
Pendekatan tersebut yaitu pengelolaan risiko bencana, kolaborasi pentaheliks dan adaptasi revolusi industry 4.0. Hal ini disampaikan Ptl Deputi Bidang Sistem dan Strategi BNPB Dr. Raditya Jati pada acara Refleksi 15 Tahun Gempa Bumi DIY- Jateng, pada Kamis (27/5) yang diselenggarakan MDMC secara virtual.
Pada pengelolaan risiko bencana, investasi pengurangan risiko bencana (PRB) dapat dilakukan sebagai upaya pencegahan maupun mitigasi bencana.
Sedangkan pada konteks suatu wilayah yang pernah terdampak, prinsip build back better and safer menjadi sangat penting dalam proses rehabilitasi dan rekonstruksi.
Investasi PRB ini dan penekanan prinsip build back better and safer ini sangat penting karena bencana merupakan suatu peristiwa yang berulang.
Kajian saintifik telah menunjukkan bahwa peristiwa gempa dapat terjadi berulang dengan periode perulangan hingga ratusan tahun.
Baca juga: Tadi Pagi Gempa Bumi Guncang Sukabumi tapi Tak Ada Warga yang Merasakan
Ada berbagai upaya dalam pengelolaan risiko bencana.
Misalnya di beberapa negara maju seperti Jepang, warga melakukan retrofitting pada salah satu ruang yang ada di rumah.
Retrofit ini merupakan teknik melengkapi bangunan dengan memodifikasi atau membangun kembali dengan menambah bagian atau peralatan baru yang dianggap perlu karena tidak tersedia pada saat awal pembuatannya.