Wisata

Kampung Boneka Sayati, Penjualnya Masih Menunggu Pembeli Eceran Meski Ada Larangan Mudik

Kampung Boneka Sayati, Penjualnya Masih Menunggu Pembeli Eceran Meski Ada Larangan Mudik. Menurutnya, tokonya ramai pada H-10 Lebaran.

Editor: Januar Pribadi Hamel
TRIBUN JABAR/JANUAR P HAMEL
Reza Faizal pemilik Toko Jihaz Toys di Kampung Boneka Sayati, Jalan Sayati Hilir, Margahayu, Kabupaten Bandung. 

KAMPUNG Boneka Sayati di Jalan Sayati Hilir, Desa Sayati, Kecamatan Margahayu, Jumat (7/5/2021), terlihat sepi.

Hanya beberapa toko boneka saja yang buka siang itu.

Satu di antaranya adalah Jihaz Toys. Toko milik Reza Faizal (40) di Kampung Boneka Sayati ini merupakan toko yang melayani pembeli grosiran dan pengecer.

Boneka yang dipajang di Toko Jihaz, Kampung Boneka Sayati, Jalan Sayati Hilir, Margahayu, Kabupaten Bandung.
Boneka yang dipajang di Toko Jihaz, Kampung Boneka Sayati, Jalan Sayati Hilir, Margahayu, Kabupaten Bandung. (TRIBUN JABAR/JANUAR P HAMEL)

Menurutnya, tokonya ramai pada H-10 Lebaran. Dari dulu, katanya, memang saat awal Puasa sepi.

"Kami nyetok saja. Persiapan sebelum Lebaran suka ramai. Kebanyakan grosiran yang banyak buat stok mereka," kata Reza saat ditemui di tokonya, Jumat (7/5/2021).

Namun, katanya, tokonya terbentur kargo-kargo yang kirim paket ke luar Jawa sudah tutup. Biasanya ekspedisi ke lura Jawa tutup seminggu sebelum Lebaran.

Reza masih menunggu pembeli eceran yang biasanya datang dari warga Kabupaten Babdung dan sekitarnya. Dia juga tadinya berharap para pembeli dari luar kota yang datang mudik ke Bandung.

"Kan, ada larangan mudik, jadi sepertinya saat Lebaran ini, penjualan bakal sepi," katanya.

Menurutnya tamu-tamu dari luar kota bakal kesulitan mendatangi toko boneka miliknya.

Reza mengisahkan peristiwa Lebaran tahun lalu. Saat itu pelanggannya yang berasal dari Sukabumi terpaksa balik lagi.

Boneka yang dipajang di Toko Jihaz Kampung Boneka Sayati, Jalan Sayati Hilir, Margahasyu, Kabupaten Bandung.
Boneka yang dipajang di Toko Jihaz Kampung Boneka Sayati, Jalan Sayati Hilir, Margahasyu, Kabupaten Bandung. (TRIBUN JABAR/JANUAR P HAMEL)

Padahal, katanya, pelanggan Reza itu sudah sampai di gerbang tol Kopo. "Kasihan juga, jauh-jauh dari Sukabumi," kata Reza.

Tadinya, kata Reza, pelanggannya ingin lihat langsung Kampung Boneka. "Biasanya kalau dia membeli, selalu dikirim lewat paketan," katanya.

Dia berharap toko bonekanya kembali ramai saat seminggu setelah Lebaran.

"Sekarang enggak boleh mudik juga pengaruh. Saya berharap sih tetap ada yang belanja boneka," katanya.

Wildan Permana (36), pemilik Toko Wildan Toys di Sayati Hilir, Desa Sayati, Kecamatan Margahayu, Kabupaten Bandung, merasakan hal yang sama dengan Reza.

Menurut Wildan, musim mudik biasanya lumayan banyak pembeli yang datang ke tokonya. Mereka, katanya, datang dari Jakarta, Tasikmalaya, dan kota lainnya.

"Mereka beli boneka untuk oleh-oleh. Tapi untuk Lebaran sekarang mah sepertinya sulit," kata Wildan.

Reza membuka toko pada 2013. Reza memilih buka toko boneka karena di sana mayoritas warganya berjualan boneka.

Menurut Reza, boneka yang dijualnya banyak jenis dan karakternya. Harganya bisa grosir bisa ritel.
"Kami menjual kodian (20 pcs). Harganya bisa lebih murah daripada pembeli yang ritel," katanya.

"Yang beli grosir biasanya dari luar pulau seperti dari Kalimantan dan Sumatera. Mereka jual lagi di sana," katanya.

Berbeda dengan Reza, Wildan lebih memilih memproduksi boneka pesanan untuk even atau instasi.

"Kami menerima pesanan untuk pembuatan maskot Asian Games, PON, PORWIL, Perbankan, Museum Geologi, dan lain-lain," katanya.

Wildan mengaku untuk penjualan reguler membidik pasar di luar Bandung.

"Kalau di Bandung banyak saingannya karena banyak yang memproduksi boneka. Makanya kami larinya ke luar Jawa," katanya.

Kampung Boneka Sayati Omzetnya Sempat Anjlok

Kampung Boneka Sayati juga terimbas pandemi Covid-19. Omzet mereka anjlok hingga mencapai 50 persen saat awal diberlakukannya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Bandung, tahun lalu.

"Kami tutup dulu selama dua minggu. Mengikuti anjuran pemerintah dan toko-toko yang biasa disuplai tutup juga," kata Reza.

Menurut Reza, saat itu, dia tetap memproduksi boneka, namun tidak normal.

"Omzet kalau normal Rp 500 juta-600 juta. Kalau sekarang, saya enggak tahu, mengeceknya malas karena omzetnya turun banget," kata Reza.

Untuk agar produksi dan penjualan tetap berjualan, Reza menerima reseller yang berjualan di market place atau media sosial.

"Kami tidak jualan online. Tapi banyak reseller yang jualan online yang menjual boneka kami," kata Reza.

Wildan Permana (36) merasakan hal yang sama. Pemilik Toko Wildan Toys di Kampung Boneka Sayati ini mengaku sempat banting setir memproduksi masker.

"Ini agar karyawan ada pekerjaan dan mereka tetap berpenghasilan," kata Wildan ditemui di tokonya, Jumat (7/5/2021).

Menurut Wildan, produksi boneka di tokonya sudah mulai membaik dibanding tahun sebelumnya.
"Alhamdulillah sekarang ada perkembangan dari tahun kemarin," ujarnya.

Wildan mengaku harus mengikuti zaman untuk memasarkan bonekanya. Untuk itu dia pun berusaha mengikuti zaman sudah serbadigital.

"Kalau tetap bertahan seperti sekarang (toko offline) pasti ketinggalan akan sulit," ujarnya.

Wildan mengaku memasok beberapa toko boneka online di market place. "Saya bidik para pemilik tokonya," ujarnya. (januar p hamel)

VIDEO PILIHAN

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved