Jalan Kaki Gombong-Bandung Ternyata Cuma Akal-akalan Agar Tuai Simpati, Idenya dari Siapa?
Saat itu mereka mengaku terpaksa jalan kaki Gombong-Bandung karena hanya memiliki uang Rp 120 ribu usai dipecat dari pekerjaannya.
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Lutfi Ahmad Mauludin
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Belakangan ini viral satu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan dua anaknya pulang kampung jalan kaki dari Gombong, Jawa Tengah ke Bandung.
Aksi jalan kaki dari Gombong ke Bandung Keluarga Dani Rahmat (39) dan Masitoh Ainun (36) itu sontak viral di media sosial.

Saat itu mereka mengaku terpaksa jalan kaki Gombong-Bandung karena hanya memiliki uang Rp 120 ribu usai dipecat dari pekerjaannya.
Pengakuan mereka ternyata tak sepenuhnya benar.
Dani dan keluarganya ternyata sudah setahun berjalan kaki, keliling dari Bandung, Karawang, Tegal dan Gombong sebelum kembali ke Bandung lagi.
Masitoh mengakui, dia tak mudik dari Gombong ke Cangkuang.
Tapi ia dan suaminya dengan membawa kedua anaknya sengaja melakukan perjalanan untuk menghidupi keluarga.
Baca juga: Fakta Mengejutkan di Balik Keluarga Jalan Kaki Gombong-Bandung, Pengakuannya Tak Sepenuhnya Benar
Mereka memang sudah berniat jalan kaki untuk mendapatkan uang.
Aksi nekat hidup di jalanan dan jalan kaki keliling kota itu disebut ide dari Masitoh.
Masitoh sendiri mengungkapkan kalau ide tersebut muncul setelah tempat mereka bekerja gulung tikar.
"Mesin jahit diambi bos, jadi bingung kerjaan enggak ada. Yang ngajak hidup di jalan, saya. Kami turun ke jalan yang penting ada buat makan. Ada yang ngasih kami terima, enggak ada yang ngasih, kami jalan," ujar Masitoh saat ditemui di tempat karantina, Minggu (9/5/2021).
Rute Perjalanan Dani dan Keluarga
Menurut Masitoh, baru sekitar seminggu lalu, mereka kembali melakukan perjalanan.
"Kami dari sini (Cangkuang) ke Cimindi naik angkot. Dari Cimindi naik kereta api ke Purwakarta. Purwakarta-Bandung, ongkosnya cuman Rp 7 ribu. Lalu dari Purwakarta ke Cikarang. Mulai dari Cikarang, kami jalan (kaki)," kata Masitoh.
Baca juga: TERUNGKAP Masitoh Mengaku BUKAN MUDIK Gombong-Bandung, tapi Sengaja Jalan Kaki untuk Cari Uang
Masitoh mengatakan, dari Cikarang, mereka menuju Cikampek, Karawang, Subang, Indramayu.
"Di Indramayu kami dapat tumpangan dinaikkan ke bus. DFtanya tujuannya mau ke mana, kalau sebutin jauh-jauh kasihan orang itu, jadi saya sebut yang dekat saja ke Tegal, ongkos Rp 100 ribu," tuturnya.
Setelah di Tegal, menurut Masitoh, ia dan keluarganya jalan ke Gombong, Jawa Tengah.
Nah, dari Gombong, mereka balik lagi.
"Jadi muter, pergi dari utara, pulang lintas selatan," katanya.

Menurutnya, dia melakukan perjalanan seperti itu sudah satu tahun.
"Setahun sebenarnya kami sudah keliling Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat. Cuma tidak hanya sambil diam, tapi sambil cari kerja. Tapi itu memang yang namannya cari kerja susah," katanya.
Masitoh memaparkan, selama satu tahun keliling, dia mengibaratkan jalan-jalan gratis,
Kalau tak ada tumpangan, jalan kaki.
"Kalau tidur ada pom bensin, ya pom bensin, ada di masjid. Kan di Jawa (masjid) tak dikunci," tuturnya.
Hal tersebut dilakukan, kata Masitoh, saat anaknya yang kecil berusia empat bulan dan sekarang sudah berusia 1,6 tahun.
"Tinggal di (rumah) mertua enggak mungkin, rumahnya kecil, sempit. Untuk kontrakan harus jalan hidup harus jalan, daripada mencuri, kan gitu kan," ujar Masitoh.
Bukan Warga Bandung
Keluarga Dani Rahmat (39) dan Masitoh Ainun (36) yang viral karena berjalan kaki dengan membawa dua anak balita dari Gombong, Jawa Tengah, ke Desa Pananjung, Kecamatan Cangkuang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, ternyata bukan warga setempat.
Sekretaris Desa Pananjung, Ridwan, mengungkapkan, awalnya ada konfirmasi dari Polres bahwa saat di-BAP ia mengaku warga Pananjung.
"Makanya dari polres mungkin menelepon Kapolsek, Kapolsek dengan Bhabinkamtibmasnya ke sini langsung, maka kami antisipasi, yaitu tentang karantina (sebab dalam kondisi Covid-19)," kata Ridwan di Kantor Desa Pananjung, Kecamatan Cangkuang, Kabupaten Bandung, Minggu (9/5/2021).
Ridwan mengatakan, dilihat dari data administrasi kependudukan, keluarga yang viral berjalan kaki itu bukan merupakan warga Desa Pananjung.
"Beliau bukan orang Desa Pananjung, enggak tahu kami juga, tapi kata istrinya (identitasnya) masih di Medan," kata Ridwan.
Ridwan mengungkapkan, sebetulnya hanya orang tua dari laki-lakinya, yakni Dani terdaftar sebagai warga di Desa Pananjung, sedangkan istrinya berasal dari Medan.
"Kalau secara administrasi itu mungkin WNI aja lah, cuma tinggalnya mungkin enggak tahu di mana," ucap Ridwan.

Ridwan mengungkapkan, pihaknya membantu keluarga tersebut bukan karena domisili sebagai warga Desa Pananjung, tapi sebagai rasa kemanusiaan saja.
"Kalau ke sini (kantor desa) mungkin dari Polres diantar ke sini dikarenakan punya asumsi bahwa beliau warga Desa Pananjung, ternyata diklarifikasi dari data apa pun bukan orang Desa Pananjung, cuma orang tuanya (Dani) aja yang ada di sini," kata dia.
Menurut Ridwan, Dani sekeluarga dari Ciamis dapat tumpangan, secara logika juga bingung kalau jalan kaki dari sana, berapa jam sampai ke sana.
"Mungkin benar atau tidaknya tergantung beliau, tapi kita mengasumsikannya secara logika saja, dari Ciamis ke sini," ucapnya.
Kini Dani bersama istri dan anaknya dikarantina terlebih dahulu di Desa Pananjung, sebab menurut Ridwan, mengikuti aturan PPKM.
"Setelah beres karantina, kami juga bingung, mau ke mana, dengan keluarganya kurang akur," ucapnya. (*)