Di Tangan Mang Utis, Limbah Bambu dari Sungai Citanduy Disulap Menjadi Barang Bernilai Seni Tinggi
Limbah atau potongan bambu yang tumbuh atau hanyut di Sungai Citanduy atau Sungai Cipalih menjadi barang bernilai seni dan ekonomis di tangan Utis.
Penulis: Andri M Dani | Editor: Giri
TRIBUNJABAR.ID, CIAMIS – Limbah atau potongan bambu yang tumbuh atau hanyut di Sungai Citanduy atau Sungai Cipalih menjadi barang bernilai seni dan ekonomis di tangan Utis Sutisna atau Mang Utis (56).
Utis udah 20 tahun memanfaatkan bambu-bambu itu.
Dengan kemahiran tangan, limbah potongan bambu tersebut oleh bapak tiga anak dan kakek dari empat cucu ini diolah jadi tas yang bergaya etnis dengan nilai seni tinggi.
Baik tas bambu bentuk segi empat, tas bulat lazimnya potongan bambu maupun dompet.
Ada lima jenis tas bambu buatan tangan Mang Utis.
Juga ada cangklong, asbak, tempat dupa, kele (tempat air), cashing HP dan lainnya.
Dan tak kalah menarik adalah radio dengan cashing anyaman bambu.
Radio merek National yang masih berfungsi tersebut menjadi unik dan menarik lantaran tampilannya berbeda dari radio biasa.
“Radio ini masih berfungsi. Masih bagus, cukup dengan dua baterai,” ujar Mang Utis kepada Tribun di arena pameran Ramadan Corner di Plaza Kuliner TIC Ciamis, Selasa (4/5/2021) sore.
Radio lawas tersebut uniknya tidak hanya karena cashingnya dari bambu tetapi tiang antenenya juga cukup antik.
Mirip tower mini yang terbuat dari susunan potongan bambu.
“Yang ini memang koleksi, radionya masih berfungsi. Masih bisa mendengarkan siaran radio dari Ciamis, bahkan juga siaran radio dari Banjar dan Tasikmalaya,” katanya.
Tak hanya limbah bambu, Mang Utis juga memanfaatkan berbagai limbah tanaman dan pohon-pohon yang ditemukan di kebun-kebun sekitar lingkungan Rancapetir, di Sungai Cipalih maupun Sungai Citanduy.
Seperti buah maja atau buah labu, brenuk bisa disulap jadi tempat air atau tas yang menarik khas etnis.
Sedangkan biji burahol yang harum dibuat gelang.
Tentu saja limbah tempurung kelapa, lebih menantang imajinasi dan kreatifivitas.
Tak hanya sekadar membuat asbak, gelas atau teko dari tempurung.
“Dari limbah tempurung banyak jenis karya seni yang bisa dibuat,” ujar Mang Utis.
Berbagai karya buah keterampilan memanfaatkan limbah bambu tersebut oleh Mang Utis kini dipajang di rumahnya sekaligus markas Sanggar Nagawiru di Lingkungan Rancapetir RT 01 RW 28 Kelurahan Ciamis.
Di tengah kemajuan teknologi, Mang Utis tidak memasarkan berbagai karya seninya tersebut secara online, misalnya lewat medsos.
“Senangnya langsung bertemu dengan calon pembeli. Jualannya ya dari rumah ke rumah bersilaturahmi langsung dengan peminat ,” katanya.
Meski demikian, Mang Utis rajin ikut berbagai kegiatan pameran atau kegiatan-kegiatan budaya tradisi untuk memperkenalkan buah karya seninya yang unik tersebut. (andri m dani)
